2. Pembinaan dan pengawasan pemberian ganti kerugian dan santunan
tanah untuk pembangunan. E.
Sub Bidang Penetapan Subyek dan Obyek Redistribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian Tanah Kelebihan Maksimum dan Tanah Absentee,
kewenangannya meliputi: 1.
Pembentukan panitia pertimbangan landreform provinsi. 2.
Penyelesaian permasalahan penetapan subyek dan obyek tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee.
3. Pembinaan penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti
kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee. F.
Sub Bidang Penetapan Tanah Ulayat, kewenangannya meliputi: 1.
Pembentukan panitia peneliti lintas kabupatenkota. 2.
Penelitian dan kompilasi hasil penelitian. 3.
Pelaksanaan dengar pendapat umum dalam rangka penetapan tanah ulayat.
4. Pengusulan rancangan peraturan daerah provinsi tentang penetapan
tanah ulayat. 5.
Penanganan masalah tanah ulayat melalui musyawarah dan mufakat. G.
Sub Bidang Pemanfaatan dan Penyelesaian Masalah Tanah Kosong, kewenangannya meliputi:
1. Penyelesaian masalah tanah kosong.
2. Pembinaan pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong.
H. Sub Bidang Ijin Membuka Tanah, kewenangan Provinsi meliputi:
1. Penyelesaian permasalahan pemberian ijin membuka tanah.
2. Pengawasan dan pengendalian pemberian ijin membuka tanah. tugas
pembantuan. I.
Sub Bidang Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupatenkota, kewenangan Provinsi meliputi : Perencanaan penggunaan tanah lintas
kabupatenkota yang berbatasan.
B. Kewenangan Pemerintah KabupatenKota di Bidang Pertanahan
Sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, daerah kabupatenkota merupakan daerah otonom yang tidak
menjadi sub ordinat dari daerah provinsi lagi. Demikian pula dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak ditegaskan bahwa daerah
kabupatenkota adalah sub ordinat atau bawahan dari daerah provinsi. Akibat
Universitas Sumatera Utara
kabupatenkota tidak lagi menjadi sub ordinat atau bawahan Provinsi maka dampaknya seringkali terjadi pertentangan yang dilakukan oleh Pemerintah
KabupatenKota terhadap Pemerintah Provinsi. Padahal, baik dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maupun dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah ditegaskan bahwa Gubernur selaku Kepala Daerah Provinsi adalah wakil Pemerintah Pusat di daerah.
Sebagai wakil Pemerintah di daerah, maka Pemerintah Provinsi berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah KabupatenKota. Hal ini
terlihat dari adanya kewenangan Gubernur untuk mengawasi dalam arti melakukan evaluasi dan klarifikasi terhadap Peraturan Daerah dan Rancangan Peraturan Daerah
serta Peraturan BupatiWalikota dan Rancangan Peraturan BupatiWalikota sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan
Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
97
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
tersebut, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
97
Suriansya Murhaini, Aspek Hukum Pengawasan Pemerintah Daerah, Yogyakarta: Mediatama, 2008, hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini sesuai prinsip desentralisasi yang mensyaratkan pembagian
urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Urusan pemerintahan tersebut terdiri dari urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan pemerintah dan urusan pemerintahan yang dikelola secara bersama-sama antar tingkatan dan susunan pemerintahan.
Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah adalah urusan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan
fiskal nasional, hukum dan agama. Sedang urusan pemerintahan yang dapat dikelola secara bersama-sama antar tingkatan dan susunan pemerintahan adalah urusan-urusan
pemerintahan selain urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah. Dengan demikian maka dalam setiap bidang urusan pemerintahan yang
bersifat konkuren senantiasa terdapat bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota.
Untuk pembagian urusan secara proporsional maka kemudian disusun kriteria pembagian urusan yang meliputi eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan
mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan antar tingkatan pemerintahan. Urusan yang menjadi kewenangan daerah meliputi urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan
hidup minimal, prasarana lingkungan dasar. Sedang urusan pemerintahan yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah yang bersangkutan.
Adapun urusan wajib yang harus diselenggarakan Pemerintah KabupatenKota adalah sama dengan Pemerintah Provinsi, yaitu menurut Pasal 7 ayat
2 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
KabupatenKota
yang meliputi
98
1. pendidikan;
:
2. kesehatan;
3. lingkungan hidup;
4. pekerjaan umum;
5. penataan ruang;
6. perencanaan pembangunan;
7. perumahan;
8. kepemudaan dan olah raga;
9. penanaman modal;
10. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
11. kependudukan dan catatan sipil;
12. ketenagakerjaan;
13. ketahanan pangan;
14. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
15. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
16. perhubungan;
17. komunikasi dan informatika;
18. pertanahan;
19. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
20. otonomi daerah; pemerintahan umum; administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian dan persandian; 21.
pemberdayaan masyarakat dan desa; 22.
sosial; 23.
kebudayaan; 24.
statistik;
98
Pasal 7 ayat 2, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota
Universitas Sumatera Utara
25. kerarsipan;
26. perpustakaan.
Selanjutnya urusan pilihan yang menjadi urusan Pemerintah KabupatenKota sebagaimana disebutkan Pasal 7 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota
, yaitu meliputi
99
1. kelautan dan perikanan;
:
2. pertanian;
3. kehutanan;
4. energi dan sumber daya mineral;
5. pariwisata;
6. industri;
7. perdagangan;
8. ketransmigrasian.
Pembagian urusan wajib dan urusan pilihan antara Pemerintah KabupatenKota adalah sama dengan urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Provinsi. Hanya saja tergantung pada Pemerintah Daerah yang bersangkutan apakah akan mengambil semua urusan wajib dan urusan pilihan
tersebut dalam penyelenggaraan pemerintahan. Terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota
tersebut maka diatur pula struktur kelembagaan yang menangani masing-masing bidang urusan tersebut, yaitu
99
Pasal 7 ayat 4, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan daerah
KabupatenKota
Universitas Sumatera Utara
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah
yang berisi pedoman penyusunan organisasi perangkat daerah baik tingkat provinsi maupun kabupatenkota.
Selanjutnya mengenai kewenangan Pemerintah KabupatenKota untuk mengurusi bidang pertanahan telah ditentuka secara rinci dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota
yang meliputi 9 sub bidang, yaitu
100
A. Sub Bidang Ijin Lokasi, kewenangan Pemerintah Kabupaten Kota
meliputi: :
1. Penerimaan permohonan dan pemeriksaan kelengkapan persyaratan.
2. Kompilasi bahan koordinasi.
3. Pelaksanaan rapat koordinasi.
4. Pelaksanaan peninjauan lokasi.
5. Penyiapan berita acara koordinasi berdasarkan pertimbangan teknis
pertanahan dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan pertimbangan teknis lainnya dari instansi terkait.
6. Pembuatan peta lokasi sebagai lampiran surat keputusan ijin lokasi
yang diterbitkan. 7.
Penerbitan surat keputusan ijin lokasi. 8.
Pertimbangan dan usulan pencabutan ijin dan pembatalan surat keputusan ijin lokasi dengan pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan
KabupatenKota. 9.
Monitoring dan pembinaan perolehan tanah. B.
Sub Bidang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, kewenangannya meliputi:
1. Penetapan Lokasi.
2. Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. 3.
Pelaksanaan penyuluhan. 4.
Pelaksanaan inventarisasi. 5.
Pembentukan tim penilai tanah.
100
Lampiran, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
6. Penerimaan hasil penaksiran nilai tanah dari lembagatim penilai tanah.
7. Pelaksanaan musyawarah.
8. Penetapan bentuk dan besamya ganti kerugian.
9. Pelaksanaan pemberian ganti kerugian.
10. Penyelesaian sengketa bentuk dan besarnya ganti kerugian.
11. Pelaksanaan pelepasan hak dan penyerahan tanah di hadapan Kepala Kantor
Pertanahan KabupatenKota. C.
Sub Bidang Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan, kewenangannya meliputi: 1.
Penerimaan dan pengkajian laporan pengaduan sengketa tanah garapan.
2. Penelitian terhadap obyek dan subyek sengketa.
3. Pencegahan meluasnya dampak sengketa tanah garapan.
4. Koordinasi dengan instansi terkait untuk menetapkan langkah-langkah
penanganananya. 5.
Fasilitasi musyawarah antar para pihak yang bersengketa untuk mendapatkan kesepakatan para pihak.
D. Sub Bidang Penyelesaian Masalah Ganti Kerugian dan Santunan Tanah
untuk Pembangunan, kewenangannya meliputi: 1.
Pembentukan tim pengawasan pengendalian. 2.
Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan.
E. Sub Bidang Penetapan Subyek dan Obyek Redistribusi Tanah, serta Ganti
Kerugian Tanah Kelebihan Maksimum dan Tanah Absentee, kewenangannya meliputi:
1. Pembentukan panitia pertimbangan landreform dan sekretariat panitia.
2. Pelaksanaan sidang yang membahas hasil inventarisasi untuk penetapan
subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee.
3. Pembuatan hasil sidang dalam berita acara.
4. Penetapan tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee sebagai obyek
landreform berdasarkan hasil sidang panitia. 5.
Penetapan para penerima redistribusi tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee berdasarkan hasil sidang panitia.
6. Penerbitan surat keputusan subyek dan obyek redistribusi tanah serta ganti
kerugian. F.
Sub Bidang: Penetapan Tanah Ulayat, kewenangannya meliputi: 1.
Pembentukan panitia peneliti lintas kabupatenkota. 2.
Penelitian dan kompilasi hasil penelitian. 3.
Pelaksanaan dengar pendapat umum dalam rangka penetapan tanah ulayat.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengusulan rancangan peraturan daerah provinsi tentang penetapan
tanah ulayat. 5.
Pengusulan pemetaan dan pencatatan tanah ulayat dalam daftar tanah kepada Kantor Pertanahan KabupatenKota.
6. Penanganan masalah tanah ulayat melalui musyawarah dan mufakat.
G. Sub Bidang Pemanfaatan dan Penyelesaian Masalah Tanah Kosong,
kewenangannya meliputi: 1.
Inventarisasi dan identifikasi tanah kosong untuk pemanfaatan tanaman pangan semusim.
2. Penetapan bidang-bidang tanah sebagai tanah kosong yang dapat
digunakan untuk tanaman pangan semusim bersama dengan pihak lain berdasarkan perjanjian.
3. Penetapan pihak-pihak yang memerlukan tanah untuk tanaman pangan
semusim dengan mengutamakan masyarakat setempat. 4.
Fasilitasi perjanjian kerjasama antara pemegang hak tanah dengan pihak yang akan memanfaatkan tanah di hadapan diketahui oleh
kepala desalurah dan camat setempat dengan perjanjian untuk dua kali musim tanam.
5. Penanganan yang timbul dalam pemanfaatan tanah kosong jika salah
satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian. H.
Sub Bidang Ijin Membuka Tanah, kewenangan Kabupaten Kota meliputi: 1.
Penerimaan dan pemeriksaan permohonan. 2.
Pemeriksaan lapangan dengan memperhatikan kemampuan tanah, status tanah dan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah RTRW
kabupatenkota. 3.
Penerbitan ijin membuka tanah dengan memperhatikan pertimbangan teknis dari Kantor Pertanahan Kabupaten Kota.
4. Pengawasan dan pengendalian pemberian ijin membuka tanah. tugas
pembantuan. I.
Sub Bidang Perencanaan Penggunaan Tanah Wilayah KabupatenKota, kewenangannya meliputi:
1. Pembentukan tim koordinasi tingkat KabupatenKota.
2. Kompilasi data dan informasi yang terdiri dari:
a. peta pola penatagunaan tanah atau peta wilayah tanah usaha atau
peta persediaan tanah dari kantor pertanahan setempat. b.
rencana tata ruang wilayah. c.
rencana pembangunan yang akan menggunakan tanah baik rencana pemerintah, pemerintah kabupatenkota, maupun investasi swasta.
3. Analisis kelayakan letak lokasi sesuai dengan ketentuan dan kriteria
teknis dari instansi terkait.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyiapan draft rencana letak kegiatan penggunaan tanah.
5. Pelaksanaan rapat koordinasi terhadap draft rencana letak kegiatan
penggunaan tanah dengan instansi terkait. 6.
Konsultasi publik untuk memperoleh masukan terhadap draft rencana letak kegiatan penggunaan tanah.
7. Penyusunan draft final rencana letak kegiatan penggunaan tanah.
8. Penetapan rencana letak kegiatan penggunaan tanah dalam bentuk peta
dan penjelasannya dengan keputusan BupatiWalikota. 9.
Sosialisasi tentang rencana letak kegiatan penggunaan tanah kepada instansi terkait.
10. Evaluasi dan penyesuaian rencana letak kegiatan penggunaan tanah
berdasarkan perubahan RTRW dan perkembangan realisasi pembangunan.
Perincian sub bidang kewenangan bidang pertanahan yang dilimpahkan kepada Pemerintah KabupatenKota sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota
di atas lebih rinci dan bersifat teknis. Hal ini sesuai dengan sifatnya bahwa daerah hanya melaksanakan
kebijakan nasional pertanahan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam rangka penyerahan kewenangan bidang pertanahan kepada Pemerintah Kabupaten Kota, maka
perlu dipahami makna politik pertanahan lokal dan administrasi pertanahan yang dikendalikan oleh Pemerintah KabupatenKota. Politik pertanahan lokal berkaitan
dengan kebijakan pemerintah lokal dalam rangka penataan tata guna tanah bagi perikehidupan sosial maupun ekonomi guna memenuhi interaksi antar individu di
daerah. Politik pertanahan lokal tersebut sepenuhnya dikendalikan oleh Pemerintah
KabupatenKota dengan tujuan agar alokasi sumber daya alam maupun sumber daya ekonomi dapat diwujudkan untuk kemakmuran rakyat. Regulasi tersebut harus
Universitas Sumatera Utara
diintegrasikan dengan sistem lain yang dijalankan oleh Pemerintah KabupatenKota, seperti sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Kewenangan seperti itu memang
diserahkan kepada Pemerintah KabupatenKota mengingat kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat seringkali tidak mampu menjangkau secara detail setiap
permasalahan yang ada di daerah.
101
Untuk itu perlu adanya suatu badan yang melakukan supervisi terhadap administrasi pertanahan yang diselenggara kan oleh
Pemerintah Daerah agar sesuai dengan kerangka kebijakan pertanahan nasional. Kesemuanya itu dimaksudkan agar tercipta tertib hukum pertanahan, tertib
administrasi, tertib penggunaan, dan tertib pemeliharaan dalam penyelenggaraan urusan di bidang pertanahan oleh Pemerintah Daerah.
C. Kewenangan Masyarakat Hukum Adat