Kewenangan Masyarakat Hukum Adat

diintegrasikan dengan sistem lain yang dijalankan oleh Pemerintah KabupatenKota, seperti sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Kewenangan seperti itu memang diserahkan kepada Pemerintah KabupatenKota mengingat kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat seringkali tidak mampu menjangkau secara detail setiap permasalahan yang ada di daerah. 101 Untuk itu perlu adanya suatu badan yang melakukan supervisi terhadap administrasi pertanahan yang diselenggara kan oleh Pemerintah Daerah agar sesuai dengan kerangka kebijakan pertanahan nasional. Kesemuanya itu dimaksudkan agar tercipta tertib hukum pertanahan, tertib administrasi, tertib penggunaan, dan tertib pemeliharaan dalam penyelenggaraan urusan di bidang pertanahan oleh Pemerintah Daerah.

C. Kewenangan Masyarakat Hukum Adat

Susunan hukum adat pada prinsipnya bermula pada manusia yang terikat pada masyarakatnya, menurut hukum adat, individu mempunyai kekuasaan-kekuasaan hukum sebagai anggota dari persekutuan territorial daerah tanah, persekutuan genealogis pertalian kerukunan danatau persekutuan lain. Persekutuan-persekutuan tersebut dapat terbentuk karena, 102 101 Ibnu Subiyanto, Peluang dan Tantangan Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat Pada Era Desentralisasi, Makalah pada diskusi terbatas dengan tema “Kebijakan Pertanahan Dalam era Desentralisasi dan Peningkatan Pelayanan Pertanahan Kepada Masyarakat”, Jakarta, 12 September 2002, hal. 169. Pertama, mempunyai hubungan kekerabatan yang erat berdasarkan kerukunan satu nenek moyang, dan Kedua, berdasarkan daerah atau wilayah yang didiami. Apabila persekutuan-persekutuan itu memiliki warga yang 102 Soerjono Soekanto, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Suatu Pengantar Untuk Mempelajari Hukum Adat, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, 1981, hal. 78. Universitas Sumatera Utara teratur, yang agak tetap, mempunyai pemerintahan sendiri kepala daerah dan pembantunya, memiliki harta materiil dan immaterial sendiri, maka persekutuan- persekutuan itu dinamakan sebagai persekutuan hukum. 103 Persekutuan-persekutuan hukum yang warganya mempunyai hubungan yang erat atas keturunan yang sama dimana faktor keturunan adalah faktor yang penting, dinamakan sebagai persekutuan hukum genealogis. 104 Dalam hubungan genealogis pada umumnya terdapat susunan keluarga menurut keturunan pihak bapak vaderrechtelijk dan susunan keluarga menurut keturunan pihak bapak-ibu ouderrechttelijk, parenteel. 105 Persekutuan-persekutuan hukum yang didasarkan pada daerah atau wilayah yang didiami dinamakan sebagai persekutuan hukum tertorial. 106 103 Ibid. Persekutuan teritorial dapat dibedakan menjadi 3 tiga macam persekutuan, yaitu : Pertama, persekutuan desa, Kedua, persekutuan daerah, dan Ketiga, perserikatan desa. Apabila terdapat segolongan orang yang terikat pada suatu tempat kediaman dan di dalamnya terdapat dukuh-dukuh terpencil yang tidak berdiri sendiri, dan kepala persekutuannya dengan pejabat pemerintahan desa praktis berdiam di tempat itu juga maka dinamakan sebagai persekutuan desa. Persekutuan daerah lahir dari beberapa persekutuan yang meliputinya yang memiliki batas-batas dan pemerintahan sendiri dan memiliki hak ulayat tanah di wilayahnya itu. Jika beberapa persekutuan desa lengkap dengan wilayahnya dan pemerintahannya tinggal 104 Ibid., hal. 79. 105 Ibid., 106 Ibid., hal. 80. Universitas Sumatera Utara secara berdampingan, mengadakan suatu perikatan dengan maksud untuk memenuhi kepentingan-kepentingan bersama, atau memelihara suatu hubungan atas dasar relasi dari dahulu, dan atau pemerintahannya bekerjasama antar pemerintahan- pemerintahan desa dan gabungan persekutuan desa itu tidak memiliki hak ulayat sendiri, maka dinamakan perserikatan desa. 107 Persekutuan hukum genealogis memiliki hubungan yang erat dengan persekutuan hukum teritorial karena persekutuan genealogis ditentukan juga dan dibatasi oleh hubungannya dengan tanah desanya yaitu daerahnya. Namun demikian, hubungan dengan tanah desanya, daerahnya mengikat juga kelompok-kelompok yang tinggal di wilayahnya itu dan yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan menjadi suatu persekutuan hukum, suatu kesatuan. 108 Selama seorang individu anggota persekutuan mengusahakan tanah tersebut sebagai sumber makanan bagi keluarganya, maka ia akan dihormati dalam hal itu. Namun jika ia melanggar batas tersebut, misalnya menggunakan haknya untuk maksud perdagangan maka ia akan diperlakukan sebagai orang asing. Konsekuensinya adalah ia harus meminta ijin kepada ketua persekutuan dengan Individu sebagai anggota desa ikut mempunyai hak pertuanan desa, dimana ia dapat ikut menggunakan tanah yang masuk pertuanan desa. Tanah tersebut digunakan sebagai sumber makanan bagi persekutuan. Hak untuk ikut mengusahakan sumber makanan tersebut adalah untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi keluarga anggota persekutuan tersebut. 107 Ibid., hal. 81. 108 Ibid., hal. 82. Universitas Sumatera Utara membayar sejumlah uang yang diharuskan dan ditetapkan oleh adat, sama halnya dengan orang asing, yang juga memerlukan ijin desa untuk menggunakan tanah persekutuan. Atas dasar hak pertuanannya, baginya dapat menyediakan sendiri sebidang tanah rimba dengan lebih dahulu memberitahukannya kepada kepala desa. Dengan demikian ia berhak untuk membuat tanah tersebut menjadi lading tanaman bagi keluarganya. Disamping itu, ia mempunyai kewajiban melakukan pekerjaan- pekerjaan untuk membuka tanah, bila telah tiba musim yang ditentukan untuk itu. Bial ia lalai dalam hal itu, maka ia tidak dapat mencegah orang lain untuk mengerjakan tanah itu. Kemudian, jika seseorang anggota sedesa membuka tanah secara individual, maka ia mendapat hak individual yang paling tinggi atas tanah, yaitu hak milik. Hak ini memberi kekuasaan, juga kewajiban untuk menanami tanah atau memakainya mengerjakan, menjaminnya selaras dengan maksud tanah tersebut. Hubungan antar individu dan persekutuan dalam kehidupan desa dikuasai oleh kesadaran persatuan yang sewajarnya antara individu yang satu dengan yang lain dan oleh solidaritas rasa satu individu dengan golongan sebagai kesatuan. Dalam hukum adat dikenal istilah hak ulayat dimana hak ulayat pada hakekatnya merupakan kepunyaan bersama para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Ada bagian tanah ulayat yang digunakan bersama dan ada pula yang dikuasai warganya secara perorangan dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya. Dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Universitas Sumatera Utara Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, yang dimaksud dengan hak ulayat adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. Hak ulayat merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dalam hukum adat, meliputi semua tanah di dalam lingkungan wilayah suatu para warganya. Di dalam hak ulayat terkandung unsur perdata, yaitu bahwa masyarakat hukum adat secara bersama-sama kolektif menguasai dan memiliki tanah yang termasuk wilayah hukum tersebut dan unsur publik untuk mengelola dan mengatur peruntukan, penggunaan dan penguasaan tanah hak ulayat tersebut baik dalam hubungan intern maupun ekstern. 109 Pada Pasal 2 Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat menyebutkan bahwa hak ulayat masyarakat hukum adat dianggap masih ada apabila 110 a. Terdapat sekelompok orang yang masih merasa terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum tertentu, : 109 Arie Sukanti Hutagalung, Laporan Akhir Tim Kompilasi Hukum Tentang Penggunaan Tanah Menurut Hukum Adat, Jakarta: BPHN Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia, 19992000, hal. 16. 110 Pasal 2, Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat masyarakat Hukum Adat Universitas Sumatera Utara yang mengakui dan menerapkan ketentuan-ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari; b. Terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-hari; dan c. Terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah ulayat yang berlaku dan ditaati oleh para warga persekutuan hukum tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, disinggung pula mengenai keberadaan masyarakat hukum adat. Hutan mempunyai arti penting bagi masyarakat hukum adat yakni sebagai sumber hidup dan penghidupannya yang merupakan satu-satunya sumber penghidupan. Dalam Pasal 67 ayat 1 dikatakan bahwa masyarakat hukum adat sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya berhak 111 a. melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan. : b. melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang; dan c. mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Penjelasan Pasal 67 menyatakan masyarakat hukum adat diakui keberadaannya jika menurut kenyataannya memenuhi unsur antara lain : a. masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban rechtsgemeenschap; b. ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya; c. ada wilayah hukum adat yang jelas; d. ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat, yang masih ditaati; dan 111 Pasal 67 ayat 1, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Universitas Sumatera Utara e. masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Selanjutnya, masyarakat hukum adat dalam bidang kehutanan mempunyai hak : a. mengelola pengetahuan dan teknologi dan kearifan setempat dalam mengelola hutan; b. mempraktekkan pengetahuan dan teknologi dan kearifan setempat dalam mengelola hutan; c. memperoleh pendampingan dan fasilitas dari pemerintah dan atau pemerintah daerah dalam rangka pemberdayaan; d. memperoleh perlindungan dari pemerintah dan atau pemerintah daerah; dan e. berpartisipasi dalam pengurusan hutan dan pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penguasaan bidang tanah ulayat dapat dilakukan secara perorangan baik oleh warga masyarakat hukum adat maupun bukan masyarakat hukum adat dan badan hukum. Atas kehendak warga masyarakat hukum adat yang menguasai bidang tanah menurut hukum adat yang berlaku tersebut, hak atas tanahnya dapat didaftar menurut ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria. Bagi instansi pemerintah, badan hukum atau perorangan bukan warga masyarakat hukum adat, penguasaan tanah menurut ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria baru dapat diberikan setelah tanah tersebut Universitas Sumatera Utara dilepaskan oleh masyarakat hukum adat itu atau oleh warganya sesuai dengan ketentuan dan tata cara hukum adat yang berlaku. 112 Hak ulayat merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dalam hukum adat. Hak ulayat ini meliputi semua tanah yang ada dalam lingkungan wilayah masyarakat hukum adat yang bersangkutan, dimana mempunyai kekuatan berlaku ke dalam dan ke luar. Mempunyai kekuatan berlaku ke dalam artinya bahwa tiap-tiap anggota kaum atau warga nagari mempunyai hak untuk menggunakan hak ulayat itu menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat hukum itu dan hak itu dibatasi oleh masyarakat hukum itu untuk kepentingan bersama. Kekuatan ke luar berarti bahwa orang-orang yang bukan warga sukukaum atau daerah asli yang mempunyai hak ulayat itu, tidak diperkenankan menggunakannya kecuali dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh masyarakat hukum yang bersangkutan. 113 Pengelolaan, penguasaan dan pemeliharaan tanah ulayat dan bagian- bagiannya tersebut perlu diatur, direncanakan dan dipimpin agar terselenggara ketertiban dan kelestarian pemanfaataannya bagi generasi berikutnya. Hak ulayat masyarakat hukum adat mengandung 2 dua unsur, yaitu 114 a. unsur kepunyaan yang kita ketahui bukan hak milik dalam arti teknis yuridis dan; : b. unsur tugas kewenangan untuk mengatur, merencanakan, memipin yang dalam hukum modern termasuk bidang hukum publik. 112 Arie Sukanti Hutagalung, Laporan Akhir Tim Kompilasi Hukum……., Op.Cit., hal. 49. 113 Mahjudin Saleh, Status Tanah; Kumpulan Tulisan Tanah Ulajat Dalam Pembangunan, Padang: Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Andalas, Tanpa Tahun, hal. 10. 114 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan……, Op.Cit., hal. 24. Universitas Sumatera Utara Dengan banyaknya anggota masyarakat hukum adat, tugas kewenangan tidak dapat dilaksanakan sendiri-sendiri sehingga kewenangan pelaksanaannya dilimpahkan kepada kepala adat sebagai penguasa masyarakat hukum adat yang bersangkutan dan penguasa adat mempunyai kewenangan penuh dalam hal penggunaan tanah adat suatu masyarakat hukum adat. Dengan kewenangannya tersebut, penguasa adat dapat menunjuk objek, subjek maupun bentuk penggunaan terhadap bidang-bidang tanah di dalam masyarakat hukum adat dan pelaksanaan hak ulayat tidak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lain yang lebih tinggi. 115

D. Urusan Pertanahan Dalam Konteks Otonomi Daerah