kelembagaan pengelolaan pertanahan di pusat dan daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya kepastian hukum terhadap hak milik atas tanah; dan terselenggaranya
pelayanan pertanahan bagi masyarakat secara efektif oleh setiap pemerintah daerah dan berdasarkan pada peraturan dan kebijakan pertanahan yang berlaku secara
nasional.
43
Adapun kegiatan pokok yang dilakukan adalah 1 peningkatan pelayanan pertanahan di daerah yang didukung sistem informasi pertanahan yang andal; 2
penegakan hukum pertanahan secara konsisten; 3 penataan penguasaan tanah agar sesuai dengan rasa keadilan; 4 pengendalian penggunaan tanah sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah termasuk pemantapan sistem perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang atau penggunaan tanah didaerah; dan 5 pengembangan
kapasitas kelembagaan pertanahan di pusat dan daerah.
44
2. Konsepsi
Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep dan terminologi yang perlu untuk dijelaskan secara lebih rinci serta diberikan batasan dalam definisinya.
Penjelasan dan pemberian dimaksudkan untuk memberikan definisi atau gambaran yang sama tentang konsep dan terminologi yang berhubungan topik pada penelitian
ini. Kerangka konsep yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari undang- undang dan pendapat ahli. Beberapa definisi dan batasan yang dapat digunakan
sebagai pedoman operasional dalam penulisan ini antara lain sebagai berikut :
43
Ibid.
44
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
45
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Dalam hal ini Pemerintah ialah seluruh aparat dari unit Pemerintah, baik yang berada di pusat
pemerintahan negara maupun instansi vertikal yang ada di daerah.
46
Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
47
3. Pembagian urusan pemerintah adalah pembagian kewenangan dalam
melaksanakan urusan pemerintahan bukan merupakan pembagian kedaulatan.
48
4. Kewenangan adalah kemampuan yuridis dari orang atau badan berdasarkan
hukum publik.
49
45
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor
38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493 yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4584;
46
Pasal 1 angka 2, Ibid.
47
Pasal 1 angka 3, Ibid.
48
H.M. Arief Muljadi, Landasan dan Prinsip Hukum Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan RI, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005, hal. 71.
49
H. Ateng Syafrudin, Pemahaman Tentang Dekonsentrasi, Bandung: Refika Aditama, 2006, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
5. Otonomi daerah adalah penyerahan sebagian urusan rumah tangga dari
pemerintah yang lebih atas kepada pemerintah di bawahnya dan sebaliknya pemerintah di bawahnya yang menerima sebagian urusan tersebut telah mampu
melaksanakannya.
50
6. Kewenangan pertanahan yang dilimpahkan kepada daerah adalah wewenang
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan tanah di daerah yang bersangkutan.
51
Kewenangan tersebut meliputi, perencanaan tanah pertanian dan tanah nonpertanian sesuai dengan keadaan daerah masing-masing.
52
7. Kewenangan pemerintah di bidang pertanahan yang dilaksanakan oleh
pemerintah kabupatenkota adalah kewenangan pemberian izin lokasi; penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan; penyelesaian
sengketa tanah garapan; penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan; penetapan subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti
kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee, penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; pemanfaatan dan penyelesaian tanah kosong;
50
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai, dan Sumber Daya Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003, hlm. 81. Kemudian pengertian otonomi daerah
menurut Bhenyamin Hossein adalah pemerintahan oleh, dari, dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu negara melalui lembaga-lembaga pemerintahan yang secara formal berada di luar
pemerintah pusat. Bhenyamin Hoessein, Perubahan Model, Pola, dan Bentuk Pemerintahan Daerah: Dari Era Orde Baru ke Era Reformasi, Op.Cit., hal. 18. Lihat juga pengertian daerah dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
51
Pasal 2 ayat 2 huruf a, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria.
52
Pasal 14 ayat 2 huruf a, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pemberian izin membuka tanah; perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupatenkota.
53
G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan menganalisis data
yang diperoleh secara sistematis, faktual dan akurat tentang kewenangan bidang pertanahan dalam konteks otonomi daerah.
Spesifikasi penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian hukum normatif. Mengambil istilah Ronald Dworkin, penelitian
semacam ini juga disebut dengan istilah penelitian doktrinal
54
doctrinal research, yaitu penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis di dalam buku law as it is
written in the book, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan law as it decided by the judge through judicial process.
55
53
Pasal 2, Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan.
Dalam penelitian ini bahan kepustakaan dan studi dokumen dijadikan sebagai bahan utama sementara data
lapangan yang diperoleh melalui wawancara akan dijadikan sebagai data pendukung atau pelengkap.
54
Penelitian sejenis ini disebut juga penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder, Ronny Hanitijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 10.
55
Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah, disampaikan pada Dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum
pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
2. Metode Pendekatan