4. Wewenang Pemerintah Daerah di Bidang Pertanahan meliputi :
a. Pengaturan, penguasaan tanah dan tata ruang.
b. Hal-hal lain yang berkaitan dengan tanah.
c. Hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan.
Pembagian kewenangan bidang pertanahan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah tersebut dirasakan masih belum sesuai kehendak Pasal 11 ayat 2
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, karena meski sebagian kewenangan di bidang pertanahan dilimpahkan kepada daerah, namun masih tetap dipertahankannya keberadaan Kantor Badan
Pertanahan Nasional BPN KabupatenKota untuk mengurusi pertanahan di wilayah kabupaten dan kota. Padahal, sebagai bagian dari kewenangan daerah, bidang
pertanahan harus sepenuhnya diurusi oleh Pemerintah Daerah. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah melalui Surat Keputusan Nomor 502000 Tentang Pedoman
Susunan Perangkat Daerah telah menyatakan bahwa urusan pertanahan di KabupatenKota ditangani oleh Dinas Pertanahan yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah. Jadi, karena urusan pertanahan belum dapat diurusi sendiri secara penuh oleh Pemerintah KabupatenKota maka hingga saat ini terdapat 3 tiga
pandangan dalam mengurusi bidang pertanahan, yaitu :
1. Pengurusan Pertanahan Berdasarkan Ketentuan Badan Pertanahan Nasional BPN
Eksistensi Badan Pertanahan Nasional BPN yang memiliki tugas dan wewenang di bidang pertanahan masih dipertahankan oleh Pemerintah melalui
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional walaupun urusan bidang pertanahan adalah merupakan salah satu urusan yang telah
disentralisasikan kepada Pemerintah Daerah melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ini. Salah satu pertimbangan
dipertahankannya keberadaan Badan Pertanahan Nasional BPN adalah karena tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga perlu diatur dan
dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.
117
Kebijakan Pemerintah mempertahankan eksistensi Badan Pertanahan Nasional BPN melalui Peraturan Presiden tersebut menunjukkan bahwa
desentralisasi di bidang pertanahan kepada Pemerintah Daerah sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
belum dijalankan atau dengan kata lain belum menjadi kenyataan, hanya sekedar das sollen saja. Justru Pemerintah menghendaki agar penyerahan urusan pertanahan
kepada daerah tidak dilaksanakan berdasarkan prinsip desentralisasi sebagai esensi otonomi daerah, tetapi didasarkan pada prinsip dekonsentrasi atau tugas pembantuan
medebewind. Hal ini didasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dimana kedudukan BPN sebagai instansi
117
Hasil wawancara dengan Fachrul Husin Nasution, SH., M.Kn Kepala Seksi Bidang Pengaturan Tanah Instansi Pemerintah Pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Sumatera
Utara, Pada tanggal 3 April 2012.
Universitas Sumatera Utara
yang melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.
Selanjutnya, dalam Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2, maka Badan Pertanahan Nasional BPN menyelenggarakan fungsi antara lain
118
1. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
:
2. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
3. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
4. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
5. penyelenggaraan dan pelaksanaan survey, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan; 6.
pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum; 7.
pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; 8.
pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-wilayah khusus;
9. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai danatau milik
Negaradaerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan; 10.
pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; 11.
kerja sama dengan lembaga-lembaga lain; 12.
penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
13. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
14. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara, dan konflik di
bidang pertanahan; 15.
pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan; 16.
penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; 17.
pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan;
18. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
19. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang
pertanahan; 20.
pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, danatau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
118
Pasal 3, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional
Universitas Sumatera Utara
21. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturn perundang-undangan
yang berlaku. Terkait dengan kebijakan pertanahan nasional, maka hal-hal yang menyangkut
hukum, kebijakan dan pedoman dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah maupun keputusan presiden menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Wewenang Antara Pusat dan Provinsi dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, yaitu
mengenai
119
1. penetapan persyaratan pemberian hak atas tanah;
:
2. penetapan persyaratan landreform;
3. penetapan standar administrasi pertanahan;
4. penetapan pedoman biaya pelayanan pertanahan; dan
5. penetapan kerangka dasar kadastral nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Wewenang Antara Pusat dan Provinsi dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah kemudian diganti
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
KabupatenKota
yang mengatur pembagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ProvinsiKabupatenKota,
termasuk di bidang pertanahan. Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan dalam pembinaan, pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pedoman
dan bimbingan yang dapat dilakukan melalui instansi vertikal yang menangani masalah pertanahan. Kemudian, berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006
119
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Wewenang Antara Pusat dan Provinsi dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Universitas Sumatera Utara
tentang Badan Pertanahan Nasional yaitu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, maka
Pemerintah membentuk instansi Badan Pertanahan Nasional BPN di daerah untuk melaksanakan tugas di bidang pertanahan secara regional dan sektoral. Dalam Pasal 28
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional disebutkan bahwa untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional
BPN di daerah dibentuk Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi di daerah Provinsi, dan Kantor Pertanahan KabupatenKota di daerah KabupatenKota. Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan KabupatenKota ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Badan Pertanahan
Nasional setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Dengan demikian, maka Pemerintah masih
mempertahankan keberadaan Badan Pertanahan Nasional BPN sebagai instansi vertikal di daerah.
Adapun pengurusan bidang pertanahan di daerah dilaksanakan oleh unit terbawah Badan Pertanahan Nasional BPN yaitu Kantor Pertanahan KabupatenKota
yang dibentuk berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional dan bertanggungjawab kepada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan
Universitas Sumatera Utara
Nasional BPN dalam lingkungan wilayah KabupatenKota. Kantor Pertanahan mempunyai fungsi, yaitu
120
1. Menyiapkan kegiatan di bidang pengaturan penguasaan tanah, penataan tanah,
pengurusan hak-hak atas tanah serta pengukuran dan pendaftaran tanah. :
2. Melaksanakan kegiatan pelayanan di bidang pengaturan penguasaan tanah,
penatagunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah.
3. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Kantor Pertanahan bertanggungjawab kepada instansi di atasnya namun secara teknis operasional dikoordinasi oleh BupatiWalikota selaku Kepala Daerah.
Dalam pelaksanaan tugas tersebut Kepala Kantor Pertanahan wajib melakukan prinsip koordinasi, integrasi dengan instansi vertikal di wilayah dan unsur Pemerintah
Daerah terkait.
2. Pengurusan Pertanahan Oleh Pemerintah Daerah Menurut Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang kebijakan nasional di
bidang pertanahan diterbitkan untuk mengatur pembagian urusan di bidang pertanahan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Perlu diketahui juga
bahwa, sebelum Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang kebijakan
120
Hasil wawancara dengan Bapak Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn Kepala Seksi Bidang Pengaturan Tanah Pemerintah Pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Sumatera Utara,
Pada tanggal 3 April 2012.
Universitas Sumatera Utara
nasional di bidang pertanahan diterbitkan, Menteri Dalam Negeri memandang bahwa masalah pertanahan merupakan bagian dari otonomi daerah, sehingga harus diurusi
oleh dinas daerah. Dalam Lampiran VII.17 Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000 tentang Pedoman Susunan Organisasi
Perangkat Daerah telah ditegaskan bahwa Dinas Pertanahan KabupatenKota mempunyai tugas melaksanakan kewenangan di bidang pertanahan berkaitan dengan
pelaksanaan otonomi daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun
2000 tentang Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah tersebut kemudian dianulir oleh Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang kebijakan nasional
di bidang pertanahan. Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 diatur tentang pembagian kewenangan Pemerintah di bidang pertanahan yang
dilaksanakan oleh pemerintah kabupatenkota. Kewenangan tersebut meliputi 9 sembilan sub bidang, yaitu
121
1. pemberian ijin lokasi;
:
2. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan;
3. penyelesaian sengketa tanah garapan;
4. penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk
pembangunan; 5.
penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee;
6. penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat;
7. pemanfaatan dan penyelesaian tanah kosong;
8. pemberian ijin membuka tanah; dan
9. perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupatenkota.
121
Pasal 2, Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan
Universitas Sumatera Utara
Untuk menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang kebijakan nasional di bidang pertanahan maka kemudian diterbitkan Keputusan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2003 tentang Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota. Dalam Keputusan Kepala Badan Pertanahan tersebut diatur secara rinci Sembilan sub kewenangan bidang pertanahan
yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota sebagaimana yang disebutkan dalam Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang kebijakan
nasional di bidang pertanahan . Perincian 9 sembilan sub bidang tersebut diatur mulai dari proses persiapan, pelaksanaan dan pelaporan pengurusan bidang
pertanahan oleh Pemerintah KabupatenKota. Selanjutnya, materi muatan undang-undang dan peraturan pemerintah serta
keputusan presiden yang di dalamnya mengatur delegasi kewenangan tersebut dalam pelaksanaannya dituangkan dalam peraturan daerah oleh Pemerintah KabupatenKota
yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun mengenai masalah teknis yang sewaktu-waktu dapat berubah maka dituangkan dalam bentuk Peraturan
Kepala Daerah. Kewenangan pemerintah daerah dalam bidang pertanahan dikhusukan kepada pelaksanaan hukum dan kebijakan yang telah diputuskan oleh
Pemerintah, dan ditujukan pada hal-hal yang benar-benar diketahui dan secara nyata ada di daerah kabupatenkota bersangkutan. Kesemuanya itu sudah diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh Pemerintah, yaitu yang meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1. Pengaturan, penguasaan tanah dan tata ruang, meliputi :
a. Ijin lokasi, pengaturan persediaan dan peruntukan.
b. Penyelesaian tanah garapan.
c. Wide occupatie penguasaan pendudukan tanah oleh yang tidak berhak.
d. Penyelesaian ganti rugi dalam pengadaan tanah.
e. Penyelesaian dan penetapan hak ulayat masyarakat hukum adat;
f. Penyelesaian tanah terlantar;
g. Pemanfaatan lahan tidur.
h. Pengaturan reklamasi;
i. Penetapan obyek, subyek redistribusi landreform tanah kelebihan absentee.
j. Penetapan harga dasar tanah.
k. Penetapan penyelenggaraan perjanjian bagi hasil tanah pertanian.
2. Hal-hal lain yang berkaitan dengan tanah, meliputi :
a. Penetapan nilai obyek pajak bumi dan bangunan.
b. Ijin mendirikan bangunan.
c. Ijin usaha.
d. Undang-undang gangguan yang berkaitan dengan penanaman modal.
e. Penetapan koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan.
f. Lingkungan siap bangun dan kawasan siap bangun.
3. Hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan, meliputi :
a. Mendapatkan bagian dari uang pemasukan dari pemberian hak atas tanah
sebesar 80 dari total pemasukan.
Universitas Sumatera Utara
b. Mendapat bagian dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
BPHTB serta Pajak Penghasilan PPh sebesar 80 untuk daerah dimana BPHTB serta PPh diperoleh, sedangkan sebesar 20
didistribusikandibagikan kembali kepada daerah-daerah lain sebagai subsidi silang secara merata.
3. Pengurusan Pertanahan Dalam Peraturan Daerah