Data stok karbon dan penyerapan karbon dioksida

d. Penyiapan lahan tanpa terbuka dengan menggunakan tutupan sisa-sisa tanaman mulsa. e. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat mempercepat regenerasi. f. Kegiatan pemupukan. g. Penjarangan dan pemanenan antara. h. Memperpendek rotasi, karena rotasi yang lebih lama tidak baik. i. Penghutanan kembali lahan tidak berhutan.

4.4.2. Data stok karbon dan penyerapan karbon dioksida

Data-data stok karbon dan penyerapan karbon dioksida pada hutan tanaman Eucalyptus sp. telah diperoleh. Hasil penelitian ini telah mendapatkan data potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp. sebesar 10,71 – 95,68 tonha dan penyerapan karbon dioksida sebesar 39,30 – 351,15 tonha. Butarbutar 2009a mendapatkan hasil potensi karbon tersimpan rata-rata tegakan Eucalyptus grandis umur 1 tahun sebesar 3,38 tonha dan umur 2 tahun sebesar 4,28 tonha. Siahaan 2009 mendapatkan hasil total simpanan karbon pada tegakan Eucalyptus sp. pada umur satu sampai lima tahun berturut-turut adalah sebagai berikut 5,40 tonha, 18,89 tonha, 26,34 tonha, 28,22 tonha dan 41,07 tonha. Data potensi karbon tersimpan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian berbeda-beda. Hasil ini disebabkan karena adanya perbedaan metode yang dipakai terutama dalam penggunaan persamaan allometrik dalam penentuan potensi karbon tersimpan. Data-data yang telah didapatkan ini dapat dijadikan dasar dalam penerapan REDD. Universitas Sumatera Utara Dalam hal potensi karbon tersimpan dan penyerapan karbon dioksida, hutan tanaman Eucalyptus sp. menyerap karbon dioksida dengan menanam pada lahan yang sudah tidak produktif, menanam dengan menggantikan tanaman yang telah dipanen serta penerapan manajemen tegakan yang dapat menambah karbon dan kelestarian hasil secara terus menerus. 4.4.3. Estimasi pendapatan dari REDD Estimasi pendapatan yang bisa didapatkan dari penerapan REDD dari hutan tanaman Eucalyptus sp. berkisar antara US179,61ha – US1.604,74ha. Estimasi pendapatan ini didapatkan melalui perhitungan dari nilai jasa lingkungan penyerapan karbon dioksida. Dalam penerapan REDD, estimasi pendapatan yang hanya dihitung dari penyerapan karbon dioksida belum cukup. Menurut Rahmat 2010, REDD masih sulit untuk diimplementasikan, karena masih banyak perangkat pendukungnya yang belum tersedia, diantaranya adalah dari segi informasi kelayakan usahanya. Dalam skema atas jasa karbon, ada dua tipe jasa karbon, yaitu penurunan emisi tingkat gas rumah kaca ke atmosfer dan peningkatan cadangan karbon di daratan, yang disertifikasi oleh standar internasional dan digunakan dengan komitmen pengurangan emisi. Peningkatan tutupan kanopi dan perlindungan karbon tanah merupakan dua hal utama, dimana jasa lingkungan dapat memperoleh penghargaan Tata et al. 2011. Boer et al. 2009 menambahkan negara berkembang pada saat ini pada tahap membangun dimana kegiatan ekonomi yang berbasis lahan masih sangat tinggi sehingga laju pembukaan hutan masih sangat tinggi. Adanya mekanisme insentif lewat REDD diharapkan pola transisi hutan tidak mengikuti yang pernah terjadi di masa lalu pada negara maju, Universitas Sumatera Utara sehingga keberadaan hutan alam yang banyak memberikan manfaat lingkungan global tidak hilang dan dapat dipertahankan.

4.4.4. Pelaku REDD