Kaum pemberontak mencapai tingkatan yang lebih tinggi dibanding pihak yang bersengketa baik secara politik, organisasi dan militer. Dalam batas-
batas tertentu sudah mampu menampakkan diri tidak hanya ke dalam wilayah nasional tetapi juga keluar pada tingkat internasional. Pengakuan
terhadap kaum pemberontak bersifat politis, dengan empat indikator yang harus dipenuhi yakni:
a. Kaum pemberontak itu harus terorganisasi dan teratur di bawah
pemimpinnya yang jelasl; b.
Kaum pemberontak harus menggunakan tanda pengenal atau uniform yang jelas yang menunjukkan identitasnya;
c. Kaum pemberontak harus sudah menguasai sebagian wilayah secara
efektif sehingga benar-benar wilayah itu berada di bawah kekuasaannya; dan
d. Kaum pemberontak harus mendapat dukungan dari rakyat diwilayah
yang didudukinya.
75
Dengan hal seperti ini pemberontak akan tampak berkedudukan sama dengan pemerintah resmi dan juga negara berdaulat lain. Contoh Organisasi
Pembebasan Palestina Palestine Liberation OrganisationPLO dan Gerakan Aceh Merdeka GAM di Indonesia.
B. Personalitas organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional
B.1 Perkembangan organisasi internasional
Subjek hukum internasional yang dikonsentrasikan dalam hal ini ialah organisasi internasional. Pengertian organisasi internasional salah satunya dapat
sebagai tandingan terhadap pemerintahan yang berkuasa, c mentaati hukum perang dan mampu serta bersedia melindungi warga negara asing serta harta bendanya.
75
Lihat Protokol Tambahan 1977 Protocol Additional to Geneva Conventions of 12 August 1949 and Relating to Protection of Victims of International Armed Conflict.
Universitas Sumatera Utara
ditemukan dalam Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional dan Konvensi Wina 1986 tentang Hukum Perjanjian Antar Negara dan Organisasi
Internasional atau Antara Organisasi Internasional bahwa organisasi internasional merupakan suatu organisasi antar pemerintah.
76
Faktanya tidak semua organisasi internasional adalah subjek hukum internasional. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi suatu organisasi
internasional untuk dapat menjadi subjek hukum internasional, yaitu: 1.
Harus dapat dibuktikan apakah organisasi internasional itu mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum internasional, yang dapat dilihat dari
perjanjian yang menjadi dasar terbentuknya organisasi tersebut;
2. Harus dilihat perkembangan organisasi internasional itu dalam masyarakat
internasional;
3.
Harus dilihat bentuk dan susunan organisasinya;
4. Organisasi internasional itu tidak bertentangan dengan Piagam PBB.
77
Lebih lanjut diklasifikasikan secara umum berdasarkan Piagam PBB bahwa ada dua jenis organisasi internasional yaitu: 1 organisasi internasional
antar pemerintah atau International Governmental Organizations IGOs dan 2 organisasi non pemerintah atau Non Governmental Organizations NGOs.
78
Organisasi internasional antar pemerintah atau International Governmental Organizations IGOs adalah organisasi permanen yang dibentuk
oleh dua negara atau lebih dengan membawa aktivitas yang menjadi kepentingan
76
Pasal 2 ayat 1i Konvensi Wina 1969 dan 1986
77
Edy Zulham, Bahan Kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara: Subjek Hukum Internasional, 2011.
78
Pasal 71 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Universitas Sumatera Utara
bersama.
79
Menilik dari catatan sejarah, organisasi, IGOs mengambil tempat dalam perhatian hukum internasional ketika tidak memadainya sistem konferensi
ad hoc untuk memecahkan masalah politik yang timbul dari hubungan internasional, bahkan bagi pengaturan hubungan antara kelompok rakyat sebuah
negara yang berbeda dari kepentingan.
80
Selain pembentukan International Governmental Organizations IGOs, saat itu diwarnai juga dengan pembentukan organisasi-organisasi non-pemerintah
atau International Non-Governmental Organizations IGOs NGOs. Data Union of International Associations mencatat berdampingan dengan perkembangan
IGOs yang berjumlah 7 pada tahun 1970-an menjadi 37 pada 1909, perkembangan NGOs lebih cepat dengan pencapaian 176 pada waktu yang sama.
81
Non Governmental Organisations NGOs adalah suatu lembaga yang didirikan atas prakarsa swasta atau non-pemerintah. Menurut Yearbook of
International Organizations kini terdapat lebih dari 6.500 NGOs yang memiliki keanggotaan dan wilayah operasi di sejumlah negara.
Ruang lingkup kegiatan NGOs ini sangat luas dan beraneka ragam: Bidang humaniter seperti Komite Internasional Palang Merah Internasional atau
International Committee of Red CrossICRC yang didirikan oleh Henry Dunant di tahun 1949 dan sangat berperan dalam pembentukan rezim hukum perang,
Amnesty International ataupun dewan gereja. Bidang politik seperti Federasi
79
Clive Archer, “International Organizations”, 1983, hlm.35: mendefinisikan organisasi antar pemerintah sebagai struktur formal berkesinambungan yang didirikan berdasarkan perjanjian
antar anggota pemerintahan maupupun bukan pemerintahan dari dua negara berdaulat atau lebih dengan tujuan yang menjadi kepentingan bersama”.
80
D.W. Bowett, Op.Cit.
81
Yearbook of International Organizations, 1974, Vol.15 seperti dikutip oleh Boer Mauna, Op.Cit., hlm.460
Universitas Sumatera Utara
Sosialis, Komunis, Liberal. Bidang ilmu pengetahuan seperti the Institute of International Law Assosiation. Bidang olahraga seperti Komite Olimpiade
Internasional dan bidang perlindungan lingkungan seperti Greenpeace.
82
Perkembangan NGOs mampu mencuri perhatian terhadap lembaga- lembaga formal dunia, misalnya Bank Dunia. Contohnya, saran dari NGOs
kepada Bank Dunia untuk membatalkan keputusan membiayai proyek pembangkit tenaga listrik di Nepal cukup diperhitungkan.
83
Kemudian hari timbul wacana tentang pengajuan NGOs sebagai subjek hukum internasional, hal ini didasari pada kiprah NGOs yang memperoleh status
konsultatif pada badan-badan tertentu seperti Dewan Ekonomi dan Sosial PBB. Terhadap Protokol Kyoto, NGOs
seperti Friends of Earth dan WWF juga aktif meningkatkan kewaspadaan mengenai bagaimana protokol itu dilaksanakan. Begitu juga kajian HAM
internasional, NGOs memberi perhatian ditandai dengan maraknya forum-forum HAM di tingkat universal maupun regional dan lokal.
84
Kembali pada organisasi internasional antar pemerintah atau International Governmental Organizations IGOs Schwarzenberger menyatakan bahwa
berdasarkan fungsinya organisasi internasional dibagi dalam lima 5 klasifikasi sesuai dengan:
Namun sampai saat ini NGOs ditegaskan bukan subjek hukum internasional meski kontras dengan keberadaannya yang makin berperan besar dalam proses
pembentukan hukum internasional.
82
Boer Mauna, Op.Cit., hlm.54
83
Margaret P Karns, “International Organizationz: The Politics and The Process of Global Governance”, London: Lynne Rienner, 2004, hlm.10
84
Lihat Pasal 71 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Universitas Sumatera Utara
a. durasi atau lamanya; adhoc, provisional dan organisasi yang permanen
b. sifat kekuasaannya; judicial, conciliatory, governmental,
admininistrative, co-operative dan legislative. Jika memberikan bantuan sepenuhnya tergolong comprehensive tetapi jika sebaliknya
maka tergolong non-comprehensive. c.
sifat homogen atau heterogen sasarannya yakni organisasi yang memiliki satu atau beberapa maksud dan tujuan sejalan dengan sifat
sesungguhnya, juga tujuannya adalah politis dan fungsional yang disebutkan dalam ekonomi, sosial, kemanusiaan dan kelembagaan
d. bidang yurisdiksinya: personal scope menyangkut universal,
universalist dan sectional, geographical scope berupa global, regional dan local, substantive scope berupa general dan limited, temporal
scope berupa limited dan unlimited e.
tingkat integrasi yang meliputi lembaga internasional dan lembaga supranasional.
Penjelasan berikutnya ialah untuk klasifikasi organisasi internasional berkekuasaan supra nasional mampu mengeluarkan keputusan maupun peraturan
yang langsung mengikat baik individu, pemerintah bahkan negara, misalnya Uni Eropa yang didirikan berdasarkan hasil Perjanjian Roma 25 Maret 1957.
85
Hal yang membedakan antara organisasi internasional dengan negara ialah organisasi internasional merupakan himpunan dari negara-negara bukanlah subjek
asli mengingat predikat par excellence yang melekat pada negara. Organisasi
85
George Schwarzenberger, “A Manual of International Law: First Edition”, London: S tevens Sons Limited, 1967, hlm.238
Universitas Sumatera Utara
internasional ialah subjek hukum “buatan” yang dibuat oleh negara-negara yang menciptakannya melalui perjanjian internasional. Menurut segi kewenangan-pun
organisasi internasional cenderung lebih sempit dibanding negara-negara.
86
Organisasi internasional sebagai subyek hukum internasional dapat melakukan hubungan bukan saja antara mereka sendiri, tetapi juga dengan subyek
hukum internasional lain. Organisasi-organisasi internasional dapat juga menggunakan pengaruhnya dan menerapkan batasan-batasan terhadap kebijakan-
kebijakan dan cara-cara negara-negara anggotanya.
87
B.2 personalitas hukum organisasi internasional
Urgensi dari keberadaan subjek hukum internasional ialah kejelasan mengenai pertanggungjawaban hukum dalam kancah hubungan internasional.
Berbicara mengenai pertanggungjawaban maka personalitas hukum legal personality menjadi hal penting yang harus dipastikan melekat padanya.
Maryan Green merumuskan pengertian tentang personalitas hukum dari subjek hukum internasional dengan analogi pada personalitas hukum dari subjek
hukum nasional sebagai berikut: “Personalitas dari suatu subjek hukum internasional adalah ukuran dari
kapasitasnya untuk bertindak. Beberapa negara, seperti individu-individu dalam hukum nasional, memiliki personalitas hukum yang berukuran penuh. Lainnya,
seperti perusahaan dalam hukum nasional, hanya memiliki personalitas hukum sesuai yang disetujui terhadap mereka”.
88
86
Ibid.
87
Margaret P Karns, Ibid.,hlm.8
88
N.A Maryan Green,”International Law, Law of Peace”, London: Mac Donald Evants Ltd., 1973, hlm.30
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga dengan organisasi internasional dalam kiprahnya di dunia internasional, maka persyaratan akan personalitas hukum menjadi hal yang mutlak
dimiliki agar mampu bertindak dalam hubungan internasional, untuk melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian
dengan suatu negara atau mengajukan tuntutan dengan negara lainnya. Tanpa personalitas hukum, sebuah organisasi internasional tidak dapat
bertindak secara sah menurut hukum.
89
Hukum yang dimaksud baik personalitas hukum terhadap hukum nasional terkait dengan kekebalan dan keistimewaan bagi
organisasi internasional itu sendiri di wilayah negara anggota berikut juga pejabat- pejabat sipil organisasi tersebut. maupun hukum internasional.
90
Personalitas organisasi internasional semakin diakui setelah adanya kasus “ Reparation For Injuries Case”, dimana Majelis Umum PBB berdasarkan
Resolusi 258III meminta pendapat hukum tentang apakah PBB memiliki kemampuan hukum legal capacity untuk mengajukan tuntutan kepada
pemerintah yang bertanggung jawab atau tidak. Dalam kesimpulannya, Mahkamah Internasional memberikan Advisory
Opinion yang terkenal tanggal 11 April 1989 berjudul: “Reparation for Injuries Suffered in the Service of the United Nations” yang menempatkan PBB sebagai
pribadi internasional yang dapat mempertahankan haknya dengan jalan mengajukan tuntutan atau klaim internasional.
91
89
N.A Maryan Green, Loc.Cit.
Seperti pernyataan berikut:
90
Sumaryo Suryokusumo,”Hukum Organisasi Internasional” Cetakan Pertama, Jakarta: Penerbit UI Press, 1990, hlm.113.
91
Mochtar Kusumaatmadja, “Pengantar Hukum Internasional-Buku I Bagian Umum” Bandung: Binacipta, 1989, hlm 7.
Universitas Sumatera Utara
“... the Court has come to the conclusion that the Organisation is an international person ... it is a subject of international law and capable of
possesing international rights and duties, and it has capacity to maintain its rights by bringing international claims”
Sebuah studi yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional menyatakan personalitas hukum sebuah organisasi internasional berbeda dengan negara-negara
yaitu adanya pembatasan prinsip spesialitas. Ini berarti organisasi internasional hanya dapat melaksanakan kapasitas yuridik yang dimiliki dalam tujuan tetap
piagam konstitutif organisasi itu. Berdasarkan uraian diatas, dapat dielaborasi secara teoritis dan akademis
mengenai kapasitas yang lekat pada kepemilikan personalitas dalam beberapa aspek berikut:
a. Organisasi-organisasi internasional dapat membuat perjanjian
internasional dengan negara anggota, negara lain atau organisasi internasional lainnya seperti termaktub dalam Pasal 6 Konvensi Wina
tentang Hukum Perjanjian antara Negara-Negara dan Organisasi- Organisasi Internasional;
b. Organisasi-organisasi internasional memiliki hak legasi pasif untuk
mengadakan hubungan dengan misi-misi tetap negara anggota yang menghendaki dan hak legasi aktif untuk melaksanakan misi diplomatik
di negara atau bahkan organisasi internasional tertentu seperti yang dilakukan PBB dan Uni Eropa;
Universitas Sumatera Utara
c. Organisasi internasional memiliki hak untuk mengajukan pengaduan
internasional atas kerugian yang diderita.; d.
Organisasi internasional memiliki otonomi keuangan dan kapasitasnya untuk mempunyai anggaran belanja sendiri.
92
Apabila pada konstitusi organisasi internasional tidak menyatakan secara eksplisit akan personalitas hukum dari organisasi tersebut, maka personalitas
hukum masih akan dinikmati oleh organisasi tersebut ketika adanya kesediaan dari suatu negara untuk mengadakan sebuah perjanjian dengan organisasi tersebut,
maka dapat dianggap sebagai pengakuan terhadap personalitas hukumnya.
C. Wewenang organisasi internasional dalam hukum internasional