Terbukti bahwa baik industri finansial maupun perbankan memainkan peran signifikan dalam sebuah negara. Keguncangan yang satu berdampak negatif
pada seluruh sistem systemic risk. Semua pelaku ekonomi dunia baik yang menikmati maupun tidak hasil perekonomian tersebut tak luput dari dampaknya.
Inilah yang pada kemudian hari dikenal sebagai efek domino yang merupakan fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik dan geo-
strategis. Pendapat ini muncul sebagai konsekuensi dari konsideran geografis, maka obyeknya adalah negara-negara yang secara geografis berdekatan, misalnya
terletak dalam satu kawasan, termasuk efek domino sebuah krisis ekonomi juga akan menghapus batas sektor perekonomian dengan hal-hal publik yang dikaji
hukum internasional. Krisis global menambah perkembangan bagi hukum internasional itu sendiri, seperti semakin berperannya organisasi keuangan
internasional.
B. Mandat International Monetary Fund IMF dalam penanganan
krisis ekonomi global
Sebagai salah satu Lembaga Bretton Woods Bretton Woods Institution, IMF memiliki esensi mengekspresikan prinsip tentang bagaimana perdagangan
dan pembayaran internasional harus dilakukan serta memberikan keabsahannya.
234
234
W. M Scammel, ”International Monetary Policy”, Second Editiion, New York: St Martin’s Press, 1967, hlm.154-155 sebagaimana dikutip dalam Jelly Leviza, ”Tanggung Jawab
Bank Dunia dan IMF sebagai subjek Hukum Internasional”, Jakarta:PT. SOFMEDIA, 2009, hlm.25
Berbasis pada esensi itu, IMF mengkonsentrasikan diri pada
Universitas Sumatera Utara
tujuan-tujuan yang secara substansial dimuat dalam Pasal I The Articles of Agreement IMF yaitu sebagai berikut:
i. Untuk mempromosikan kerjasama moneter internasional melalui
lembaga permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kolaborasi tentang masalah moneter internasional;
ii. Untuk memudahkan perluasan dan pertumbuhan yang seimbang dari
perdagangan internasional, dan dengan demikian ikut mendukung pembinaan dan pemeliharaan tingkat kesempatan kerja maupun
pendapatan riil yang tinggi dan pengembangan sumber daya produktif semua anggota sebagai tujuan utama kebijakan ekonomi;
iii. Untuk mempromosikan stabilitas nilai tukar, untuk memelihara
pengaturan pertukaran yang tertib di antara anggota, dan untuk menghindari depresiasi pertukaran yang kompetitif;
iv. Untuk membantu pembentukan sistem pembayaran multilateral dalam
rangka menghormati transaksi berjalan antara anggota dan untuk menghapuskan pembatasan valuta asing yang menghambat
pertumbuhan perdagangan dunia; v.
Untuk memberikan kepercayaan diri bagi para anggotanya dengan menyediakan sumber daya umum IMF yang tersedia bagi mereka
dengan tetap menjaga keamanan sumber daya secara memadai, sehingga mampu memberi kesempatan kepada anggota untuk
mengoreksi ketidaksesuaian dalam neraca pembayaran mereka tanpa
Universitas Sumatera Utara
mengambil langkah-langkah yang menghambat kemakmuran nasional atau internasional;
vi. Sejalan dengan hal di atas, untuk memperpendek waktu dan
mengurangi tingkat ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran internasional para anggota.
235
Tujuan IMF juga semakin signifikan karena meluasnya keanggotaan. Jumlah negara anggota IMF sudah bertambah empat kali lipat dibandingkan awal
pembentukannya.
236
Meluasnya keanggotaan IMF dan perubahan di dalam perekonomian dunia, telah membuat IMF beradaptasi dengan bertanggung jawab mengatur
sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keuangan. Salah satu misinya adalah
membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan
tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Semua tindakan, kebijakan dan keputusan IMF dibuat berdasarkan tujuan-
tujuan yang ditentukan dalam Anggaran Dasarnya dan untuk mencapai tujuan tersebut, IMF melakukan:
a. pemantauan perkembangan dan kebijakan ekonomi dan keuangan dari
negara-negara anggotanya dan pada tingkat global, dan memberikan
235
Article I 1 Article of Agreements International Moneter Fund
236
Mengenai keanggotaan, menurut AD IMF dibedakan antara anggota asli dan anggota lain. Anggota asli menurut Pasal II ayat 1 adalah negara-negara yang hadir dalam Konferensi Moneter
dan Keuangan PBB dimana pemerintahannya menerima status keanggotaan sebelum 31 Desember 1945. Sedangkan anggota lain menurut Pasal II ayat 2 adalah keanggotaan yang bersifat terbuka
bagi negara-negara lain yang statusnya ditentukan oleh Dewan Gubernur. Jelly Leviza, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
nasihat dan masukan kebijakan kepada anggotanya berdasarkan pengalamannya yang lebih dari lima puluh tahun;
b. memberikan pinjaman kepada negara anggota yang menghadapi masalah
neraca pembayaran, juga untuk mendukung proses penyesuaian dan kebijakan reformasi yang bertujuan untuk mengoreksi permasalahan
medasar perekonomian; c.
menyediakan bantuan teknis dan pelatihan di bidang yang menjadi
keahliannya kepada pemerintah dan bank sentral dari negara anggotanya; d.
berkolaborasi secara aktif dengan Bank Dunia, bank-bank pembangunan regional, Organisasi Perdagangan Dunia, lembaga-lembaga PBB, dan
badan-badan internasional lainnya. IMF dan Bank Dunia bekerja secara erat di bidang lain termasuk penilaian sektor keuangan.
237
Dekade 1970-an yang ditandai oleh serangkaian krisis finansial turut mendorong proses perombakan peranan IMF dalam pasar-pasar keuangan
internasional yaitu membantu sejumlah negara dengan cara yang komprehensif. Tahun 1996, Bank Dunia dan IMF membuka Inisiatif HIPC
238
237
Seksi Grafik IMF, “Buku Pedoman tentang IMF: Apakah Dana Moneter Internasional itu?”,N.W Washington D.C: 2001, hlm.3.
untuk mengurangi beban hutang negara termiskin di dunia. Inisiatif ini dipandang
sebagai sarana untuk membantu negara bersangkutan mencapai pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Selain itu, IMF juga menyediakan
dukungan bagi pemerintah yang sedang membangun strategi mereka, tetapi tanpa menentukan hasil akhir.
238
Heavily Indebted Poor Countries HIPC merupakan kelompok negara penghutang berpendapatan rendah. Selengkapnya dalam
http:www.imf.orgexternalnpexrfactshipc.htm diakses pada tanggal 24 Februari 2014 15:00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Adapun sejumlah fasilitas Pinjaman IMF terhadap anggota ialah sebagai berikut:
a.
Fasilitas Pinjaman Siaga adalah inti kebijakan pinjaman IMF. Skema ini memberikan kepastian kepada negara anggota bahwa bantuan pinjaman
siaga digunakan sampai sejumlah tertentu, biasanya selama 12–18 bulan, untuk mengatasai masalah neraca pembayaran jangka pendek.
b.
Fasilitas Pendanaan yang Lebih Panjang. Dukungan IMF bagi anggotanya berdasarkan Fasilitas ini memberikan kepastian bahwa sebuah negara
anggota bisa menarik sampai sejumlah tertentu, biasanya selama tiga sampai empat tahun, untuk membantu negara itu mengatasi masalah
ekonomi struktural yang menyebabkan kelemahan serius dalam neraca pembayarannya;
c.
Fasilitas Pertumbuhan dan Pengurangan Kemiskinan adalah fasilitas berbunga rendah untuk membantu negara anggota termiskin menghadapi
masalah neraca pembayaran yang terlalu lama. Biaya bagi para peminjam disubsidi melalui hasil dari penjualan emas milik IMF di masa lalu,
bersama dengan pinjaman dan dana bantuan yang disediakan kepada IMF untuk tujuan tersebut oleh anggota-anggotanya;
d.
Fasilitas Cadangan Tambahan, menyediakan pembiayaan jangka pendek tambahan kepada negara anggota yang mengalami kesulitan neraca
pembayaran yang terkecuali karena hilangnya kepercayaan pasar yang mendadak dan mengganggu yang tercermin dalam arus modal keluar;
Universitas Sumatera Utara
e.
Kredit Kontinen Contingent Credit Lines—CCL. Bantuan untuk memudahkan anggota melaksanakan kebijakan ekonomi kuat agar
memperoleh pembiayaan IMF jangka pendek ketika menghadapi hilangnya kepercayaan pasar yang mendadak dan mengganggu, biasanga
diakibatkan dari “penularan” kesulitan di negara lain;
f.
Bantuan Darurat yang diperkenalkan tahun 1962 untuk membantu negara anggota mengatasi masalah neraca pembayaran yang timbul dari bencana
alam yang mendadak dan tidak disangka, bentuk bantuan ini diperpanjang di tahun 1995 untuk mencakup situasi tertentu di mana anggota telah
keluar dari konflik militer, untuk membantu pembangunan kapasitas administratif dan institusional.
239
Dalam level akuntabilitas, IMF bertanggung jawab kepada negara anggota, dan pertanggung-jawaban ini penting untuk efektifitasnya. Secara struktur,
pekerjaan sehari-hari IMF dilaksanakan oleh IMF memiliki Dewan Gubernur, Dewan Eksekutif, seorang Direktur Pelaksana, dan staff, dan Penasihat
240
seperti berikut ini: ,
a. Dewan Gubernur, di mana semua anggota negara terwakili, adalah
kekuasaan tertinggi dalan organisasi IMF. Setiap negara anggota menunjuk seorang Gubernur—biasanya menteri keuangan negara tersebut
atau Gubernur bank sentral negara atau seorang ekonom senior yang dipercaya dan seorang Gubernur Alternatif. Dewan Gubernur berhak
239
Syamsul Arifin, “IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional: SuatuTinjauan Kritis”, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007,hlm.91
240
Articles XII 1 Articles of Agreements International Monetary Fund IMF
Universitas Sumatera Utara
untuk memilih dan menunjuk Direktur Eksekutif yang merupakan arbiter utama pada isu terkait penafsiran Anggaran Dasar Perjanjian IMF.
Isu-isu kebijakan kunci yang berkaitan dengan sistem moneter internasional dipertimbangkan dua kali per tahun dalam komisi Gubernur
yang disebut Komite Keuangan dan Moneter Internasional Pertemuan Tahunan biasanya termasuk dua hari sesi pleno, di mana para Gubernur
berkonsultasi satu sama lain dan menyampaikan pandangan negara-negara mereka untuk isu-isu di bidang ekonomi dan keuangan internasional.
Selama Rapat, Dewan Gubernur juga membuat keputusan tentang bagaimana isu-isu moneter internasional terkini harus ditangani dan
menyetujui resolusi yang sesuai. Pertemuan Tahunan dipimpin oleh seorang Gubernur dengan kepemimpinan yang bergilir di antara
keanggotaan setiap tahun. Setiap dua tahun, pada saat Rapat Tahunan, Gubernur Bank memilih Direktur Eksekutif dan Dewan Eksekutif;
241
b. Dewan Eksekutif, Dewan Eksekutif, pihak yang bertanggung jawab untuk
menjalankan usaha IMF, dan untuk tujuan ini akan menjalankan segala wewenang yang didelegasikan kepadanya melalui Dewan Gubernur.
Dewan Eksekutif terdiri dari Direktur Eksekutif dengan Direktur Pelaksana;
242
c. Direktur Pelaksana dan Staff : Dewan Eksekutif memilih seorang Direktur
Pelaksana yang bukan merupakan Gubernur atau Direktur Eksekutif. Direktur Pelaksana tersebut akan menjadi ketua dari Dewan Eksekutif, tapi
241
Articles XII 2 Articles of Agreements International Monetary Fund IMF
242
Articles XII 3 Articles of Agreements International Monetary Fund IMF
Universitas Sumatera Utara
tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan dalam hal pembagian yang rata. Direktur Pelaksana akan menjadi kepala staf operasional IMF
dan menjalankan, berdasarkan pengarahan dari Dewan Eksekutif, usaha IMF. Berdasarkan pengawasan umum dari Dewan Eksekutif, bertanggung
jawab untuk organisasi, penunjukan, dan pembubaran staff IMF. Direktur Pelaksana dan staff IMF, tidak akan tunduk kepada kekuasaan selain dari
IMF. Setiap anggota IMF tunduk terhadap ketentuan ini dan tidak mempengaruhi staff tersebut dalam pelaksanaan fungsinya.
243
Pejabat IMF adalah pegawai sipil internasional yang bertanggung jawab kepada IMF, tidak kepada pemerintah nasionalnya negaranya. Organisasi ini
memiliki sekitar dua pertiga para ahli ekonomi sebagai staf professional. Ada 80 perwakilan ditempatkan di negara anggota untuk membantu memberi nasihat
tentang kebijakan ekonomi. IMF mempunyai kantor penghubung di Paris dan Tokyo untuk melaksanakan hubungan dengan lembaga regional dan internasional,
serta dengan lembaga swadaya masyarakat; IMF juga berkantor di New York dan Jenewa, sebagai penghubung ke lembaga lain di dalam sistem PBB.
244
Ada satu komite gabungan Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia disebut Komite Pembangunan, yang bertugas memberi nasihat dan melaporkan kepada
Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia tentang kebijakan pembangunan, ekonomi, dan hal-hal lain yang penting bagi negara-negara berkembang. Tujuan
utama pembentukan IMF adalah sebagai organisasi internasional yang meliputi upaya promosi perluasan secara seimbang perdagangan dunia, stabilitas nilai
243
Articles XII 4 Articles of Agreements International Monetary Fund IMF
244
Jeremy Clift, “Buku Pedoman Tentang IMF”, Washington, 2003. hlm, 13
Universitas Sumatera Utara
tukar, pencegahan devalusasi mata uang kompetitif, dan mengoreksi secara tertib
persoalan neraca pembayaran suatu negara. Umumnya berbagai mandat IMF tersebut juga disempurnakan dengan
melaksanakan fungsi pengawasannya yang dikemas dalam tiga cara berikut: a.
Pengawasan Negara Dalam bentuk konsultasi komprehensif teratur biasanya tahunan dengan
negara anggota secara individu tentang kebijakan-kebijakan ekonomi mereka, dengan diskusi interim seperlunya. Konsultasi tersebut disebut
“Article IV Consultations” karena dimandatkan oleh Pasal IV piagam IMF.
245
b. Pengawasan Global
Menyangkut peninjauan kecenderungan dan perkembangan ekonomi global oleh Dewan Eksekutif IMF. Pengkajian utama semacam ini adalah
berdasarkan pada laporan Ramalan Ekonomi Dunia World Economic Outlook disiapkan oleh staf IMF, biasanya dua kali setahun, sebelum
pertemuan Panitia Moneter dan Keuangan Internasional yang diadakan dua kali setahun. Elemen lain dalam pengawasan global IMF adalah
biasanya diskusi tahunan Dewan tentang isu pembangunan, prospek, dan kebijakan dalam pasar modal internasional, laporan staf tentang hal-hal ini
juga diterbitkan. Dewan Eksekutif juga mengadakan diskusi informal yang lebih sering tentang perkembangan pasar dan ekonomi dunia.
c. Pengawasan Regional
245
Article IV, Article of Agreements International Moneter Fund
Universitas Sumatera Utara
IMF memeriksa kebijakan yang dilaksanakan berdasarkan perjanjian regional. Ini termasuk, misalnya, diskusi Dewan tentang perkembangan di
Uni Eropa, Uni Moneter dan Ekonomi Afrika Barat, Komunitas Moneter dan Ekonomi Afrika Tengah, dan Uni Mata Uang Karibia Bagian Timur.
Manajemen dan staf IMF juga berpartisipasi dalam diskusi pengawasan kelompok negara semacam itu seperti G-7 Kelompok Tujuh negara
industri utama dan forum APEC Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik. Salah satu mandat IMF yang penting adalah penegasan fasilitas
pembiayaan yang bersifat kondisional bersyarat, dalam arti pemerintah negara penerima harus memenuhi serangkaian syarat yang ditentukan oleh IMF sesuai
dengan tujuan pemberian pinjaman itu sendiri. Selama 25 tahun pertama pendiriannya, distribusi dana IMF mulai menetapkan kebijakan ekonomi yang
harus ditempuh oleh negara penerima atau disebut kondisionalitas.
246
Kondisionalitas ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya IMF dengan mendorong pihak penerima untuk berlaku
sedemikian rupa guna mengatasi kekacauan neraca pembayaran secepat mungkin. IMF menekankan negara terlibat juga dalam kebijakan yang dapat mereka kontrol
yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
247
246
Secara praktis, kondisionalitas merupakan hal yang lumrah dalam dunia pinjam meminjam sebagaimana diutarakan Mohsin S.Khan dan Sunil Sharma: “…conditions to those
loans-known as “conditionality”. This is nothing unusual in the world of borrowers and lenders. Indeed, the finance literature shows that some form of conditionality must be present virtually all
borrower-lender relationship” Mohsin S. Khan, Sunil Sharma, “Reconciling Conditionality and Country Ownership”, Finance Development, vol.39., Washington: Juni 2002,hlm.28
247
Forum Ekonomi International Monetary Fund, “Persyaratan IMF: Sebanyak apa cukup itu”, Washington DC. 2001, dalam
http:www.lfip.orglaws817idverdokDok20IMF.htm tanggal 10 Desember 2013 09:10 WIB
Universitas Sumatera Utara
Kondisionalitas ini diinterpretasikan oleh pejabat-pejabat IMF dalam ketentuan Pasal V Bagian 3 a Anggaran Dasar IMF khususnya pada kalimat:
”conditions governing the use of the Fund’s general resources” atau diartikan sebagai kondisi-kondisi yang berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber daya
umum IMF. Bunyi lengkap dari pasal tersebut, yakni: “The Fund shall adopt policies on the use of its general resources,
including policies on stand by or similar arrangements and may adopt special policies for special balance of payment problem, that will assist members to solve
their balance of payment problem in a manner consistent with the provisions of this Agreement and that will establish adequate safeguards for the temporary use
of the general resources of the Fund”
248
Hal ini kemudian dilanjutkan dengan prinsip dan pedoman-pedoman kondisionalitas yang diterapkan dalam penggunaan sumber dana umum IMF
seperti disebut dalam Keputusan Dewan Eksekutif IMF tanggal 2 Maret 1979.
249
Tujuan pencanangan kondisionalitas ini tidak bergeser jauh dari tujuan makroekonomi dari program-program IMF
250
248
Rosa M. Lastra, “IMF conditionality”, Journal of International Banking Regulation, London: Desember 2002, hlm.167 sebagaimana dikutip dari Jelly Leviza, op. cit.,hlm.66
yaitu untuk memastikan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh negara peminjam guna mencapai keseimbangan
eksternal tidak bersifat destruktif terhadap kemakmuran, nasionalnya. Kondisionalitas diimplementasikan dalam program-program yang telah dirancang
kemudian dipantau apakah kebijakan telah ditempuh dalam waktu dan cara tepat.
249
Ibid.
250
Tujuan makroekonomi dari program-program bantuan IMF menurut Pedoman Kondisionalitas yaitu untuk untuk menyelesaikan masalah-masalah neraca pembayaran tanpa
menimbulkan langkah destruktif bagi kesejahteraan nasional. Chandrasekhar, “IMF-World Bank: Search for Legitimacy”, Businessline, Chennai, Oktober 2002, hlm.1
Universitas Sumatera Utara
“Policy program” tersebut kemudian dideskripsikan dalam suatu Letter of Intent LoI
251
dengan suatu Memorandum of Economic and Financial Policies untuk diajukan sebagai permohonan pinjaman dan bermuara pada kesepakatan.
252
C. Peranan International Monetary Fund IMF dalam menangani