Krisis ekonomi dalam konteks regional dan global.

BAB IV KEWENANGAN

INTERNATIONAL MONETARY FUND IMF DALAM PENANGANAN KRISIS EKONOMI GLOBAL DIKAITKAN DENGAN KEBERADAAN DAN KEWENANGAN UNI EROPA DALAM PENANGANAN KRISIS EKONOMI UNI EROPA

A. Krisis ekonomi dalam konteks regional dan global.

Sebuah analisa menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi sebuah negara atau kawasan tidak menjadi jaminan luput akan terjadinya krisis. Periode sebelum tahun 2000 krisis umumnya terjadi pada negara-negara berkembang atau berpendapatan menengah, tetapi setelahnya terjadi pergeseran kepada negara- negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar di masa lalu. Lebih dari itu krisis paska tahun 2000 menampilkan ciri dominan yaitu dampak kerugian yang semakin meluas contagion effect ke banyak negara dan kawasan. 217 Potret krisis regional mengetengahkan fenomena yang secara sederhana mengguncang suatu kawasan. Katakan saja seperti krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997-1998 atau disebut krisis keuangan Asia. Krisis yang bermula di Thailand ini terjadi akibat: ekspansi ekonomi yang terlalu agresif dan serangan spekulatif terhadap mata uang Bath; membesarnya defisit transaksi berjalan di dalam neraca pembayaran akibat kenaikkan impor yang besar; depresiasi Bath terhadap dollar AS; jatuhnya harga saham; tersendatnya laju pertumbuhan 217 Departemen Keuangan Indonesia, “Peningkatan Kapasitas Pendanaan IMF dalam Penanganan Krisis Global” dalam www.fiskal.depkeu.go.id2010adoku2012 tanggal 19 Januari 2014 09:48 WIB Universitas Sumatera Utara investasi, termasuk penjadwalan ulang sejumlah proyek besar serta kondisi krisis politik hingga terjadinya perombakan kabinet serta lengsernya pimpinan pemerintahan. 218 Berkaitan dengan hal tersebut, posisi ekonomi Indonesia di Asia saat itu cederung tak sehat dimana tanda-tanda krisis moneter tidak dapat dielakkan seperti: utang luar negeri Indonesia tercatat 138 miliar dolar AS; kondisi sosial demografi yang diwarnai konflik pribumi dan non pribumi di sektor bisnis 219 serta kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang meningkat sampai empat kali lipat sehingga para debitur sektor swasta kesulitan membayar utangnya. Bank Sentral Bank Indonesia juga tidak mampu menjamin pinjaman luar negeri. Akhirnya IMF dilirik sebagai pilihan terakhir dan tercatat ada 11 paket kesepakatan Indonesia dengan IMF sampai April 1998. 220 Selain krisis dua negara ini, keadaan perekonomian tiga negara lain di Asia juga tergolong tidak baik yaitu Malaysia, Filipina dan Korea Selatan. Menurut data IMF sepanjang Maret 1997 sampai Juli 1999, tiga negara tesebut juga silih berganti mengalami perombakan kebijakan, pemerintahan bahkan kemerosotan nilai mata uang. 221 Sejarah mencatat peristiwa ini sebagai krisis keuangan Asia dengan pemicu utama kondisi pilar ekonomi masing-masing negara yang terbilang gawat 218 KOMPAS, “Penyebab-Penyebab Utama Tiga Krisis Ekonomi Besar Selama Periode 1997-2011”, Kamis 27 Mei 2010, hlm.1 219 Jelly Leviza, “Tanggung Jawab Bank Dunia dan IMF sebagai Subjek Hukum Internasional” , Jakarta:SOFMEDIA, 2009, hlm.226 220 “Lebih Ketat dan Rinci Agar Tak Ingkar Lagi”,Forum Keadilan No.2 Tahun VII, 04 Mei 1998 sebagaimana dikutip dari Jelly Leviza, op.cit.,hlm.269 221 IMF, “East Asian Crises’ Cronology” http:www.imf.orgexternalpubsftopopfinsecindex.htm diakses pada tanggal 26 Februari 2014 07:19 WIB Universitas Sumatera Utara dan terlibat dalam pasar Asia sehingga aset-aset bermasalah dikelimanya menghambat laju perekonomian bahkan matinya sektor usaha, tingginya inflasi, suku bunga. Dapat dikonklusikan meskipun krisis ini menjadi sorotan dunia tetapi pribadi yang menderita akibat krisis ini adalah mereka yang berada di kawasan tersebut, belum sampai pada tahap merosotnya gairah perekonomian dunia. Berbeda halnya dengan krisis global,seperti negara adidaya yang tak luput dari pengalaman krisis. Resiko akan dampak krisis ini terbilang mendunia. Pada tahun 2006-2008, dimana salah satu kebijakan pemerintah Amerika Serikat waktu itu ialah pemberian pinjaman kepemilikan rumah mortgage yang mudah tanpa jaminan cukup terhadap warganya. Abainya penerapan prinsip kehati-hatian prudential principe dengan mempelajari profil dan karakter debitur menimbulkan semua lapisan masyarakat bahkan seorang berpenghasilan rendah sekalipun dapat memperoleh subprime loan tersebut dengan mudah. Tahun 2006 laporan pertumbuhan Amerika Serikat menunjukkan predikat kurang memuaskan sehingga surat berharga properti di Amerika Serikat turut terkena imbasnya. Baik debitur maupun investment banker selaku penerbit hutang dengan jaminan mortgage makin terbelit kredit macet dan gagal bayar pinjamannya default dalam jumlah besar dan merata. 222 Sebuah perusahaan asuransi Amerika Serikat yang memiliki kantor cabang di London, AIG 223 222 Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan Depkeu-RI., “Buku Putih Bank Century”, Jakarta: Departemen Keuangan, 2010 , menawarkan jaminan pada bank-bank di negara-negara Uni Eropa untuk menjadi kreditur perusahaan-perusahaan berakreditasi AAA 223 American Insurance Group AIG adalah perusahaan asuransi terbesar di dunia, dengan aset lebih dari 1 triliun dollar AS dengan lebih dari 100.000 ribu karyawan di seluruh dunia. Sampai Juni 2008, perusahaan ini menderita kerugian sebesar 18,5 miliar dollar AS . Universitas Sumatera Utara excellent top position tetapi mengalami kesulitan finansial di Amerika Serikat dan hal ini disetujui oleh Uni Eropa. Kemudian 9 Desember 2007, baik Bank Sentral Amerika Serikat menyumbangkan 38 miliar dolar AS dan Eropa 95 miliaran Euro, namun kemudian bibit yang mengecewakan mulai terasa. Performa bursa saham Amerika Serikat di pasar finansial terus menurun tajam, termasuk perusahaan-perusahaan keuangan multinasional seperti Merryl Lynch, Washington Mutual, Lehman Brothers mengalami kesulitan finansial dan kemudian pailit. 224 Pasar finansial Wall Street, diwarnai kegagalan dan pemerintah Amerika Serikat dipaksa untuk memberi dana talangan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. The Fed mengambil kebijakan menurunkan suku bunga, disusul nasionalisasi beberapa perusahaan termasuk AIG. 225 Sesaat setelah informasi pailitnya Lehman Brothers dan perusahaan raksasa lain di Amerika Serikat, sinyal kepanikan meluas ke berbagai pusat keuangan seluruh dunia. Turbulensi pasar keuangan global merosot sampai ke tingkat terendah, termasuk kerugian besar-besaran di pihak bank-bank di Uni Eropa. Kebijakan pertama di Uni Eropa ialah pengalihan piutang yang dipinjamkan ke perusahaan-perusahaan tersebut kepada pemerintah Amerika Serikat. Namun tetap saja tidak terselesaikan mengingat Amerika Serikat sendiri mengalami fase krisis. Padahal di satu sisi, bank-bank di Uni Eropa mengalami 224 Lehman Brothers merupakan perusahaan keuangan terbesar dan tertua di Amerika Serikat, yang mengawali kinerjanya dalam bidang penjualan kapas kemudian berkembang ke komoditi lainnya sampai menjadi perusahaan perdagangan instrumen investasi. Keberadaannya sangat membantu perkembangan sektor finansial dan pasar modal Amerika Serikat, termasuk mengantisipasi dampak Great Depression. Selengkapnya dalam “Lehman History” sebagaimana dimuat dalam http:www.library.hbs.eduhclehmanhistory.html , diakses pada 11 Januari 2014. 225 Johan Van Overtveldt, “Bernanke’s Test”, Ben Bernanke, Alan Greenspan dan Drama Bankir Bank Sentral, terjemahan oleh Sugianto Yusuf, Jakarta: PT Gramedia, 2009, hlm. 153. Universitas Sumatera Utara kesulitan dalam menangani tumpukan piutang mereka serta tanggung jawab mereka terhadap bank sentral masing-masing negara. Hal itu diperparah dengan kesepakatan mereka dengan AIG London yang hanya memberi ganti rugi yang prosentasenya cukup sedikit dari jumlah dana yang dipinjamkan. Kesimpulannya kerugian besar-besaran di pihak bank-bank di Uni Eropa tidak dapat dielakkan. Tidak hanya sampai disitu, dampak lanjutan terlihat melalui beberapa bank besar yang collapse diikuti runtuhnya berbagai bank investasi lainnya di Amerika Serikat. Pasar modal di Eropa dan Asia segera mengalami panic selling yang mengakibatkan jatuhnya indeks harga saham pada setiap pasar modal segera. 226 Data mencatat bahwa Amerika Serikat menyumbang sekitar 20 terhadap ekonomi global, krisis yang dialaminya secara otomatis mempengaruhi pasar uang financial market di belahan Asia. Negara-negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-surat berharga pada perusahaan-perusahaan tersebut dan ekspor negara-negara Asia juga terkena imbasnya. Contoh paling dekat adalah perekonomian Singapura. Setiap kali perekonomian Amerika turun sampai dengan 2 , maka ekonomi Singapura ikut terseret turun 2-3. Laporan kuartal IV-2007, perekonomian Singapura yang biasanya tumbuh sekitar 9 , turun ke 6 . 227 Bahkan, perekonomian Cina dengan reputasi kekebalan terhadap resesi negara lain, juga terkena imbas. Indeks Shanghai turun dan mulai mengantisipasi penurunan ekspor ke Amerika Serikat dengan mengalihkan ke pasar regional, 226 Edy Suandi Hamid, “La Riba-Jurnal Ekonomi Islam:Akar Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia”, Vol III No.1, Juli 2009, hlm.3 227 Universitas Sumatera Utara termasuk Indonesia. Upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor itu harus diwaspadai karena akan membuat banjirnya produk Cina ke Indonesia. 228 Regulasi yang lunak dan kegagalan di sektor finansial yang dialami Amerika Serikat ditengarai menjadi faktor penting krisis yang terjadi di kawasan Benua Eropa. Efeknya sangat terasa ditandai dengan indeks-indeks harga saham di sejumlah pasar saham di dunia seperti Dow Jones Industrial Average Amerika Serikat , Hang Seng Hong Kong, Kospi Korea Selatan dan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG di Bursa Efek Jakarta BEJ juga terjadi kemerosotan. Krisis di jantung kapitalisme global sanggup melemahkan perekonomian dunia bahkan mengundang perhatian dan keterlibatanforum internasional maupun lembaga keuangan dunia seperti G-20, IMF, bahkan Bank Dunia. 229 Secara valid analisa IMF pada 6 November 2008 menyatakan Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif -0,2 pada 2009. Sementara China mengalami penurunan dari 11,9 pada 2007 dan diprediksi terus turun menjadi 8,5 pada 2009. Demikian juga dengan India yang berturut-turut mengalami tren penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu 9,3 pada 2007 dan dipredikisi terus turun menjadi 6,3 pada 2009. 230 Rentetan resesi akbar tersebut menunjukan karakterisitik dominan yang mengerucut pada hal yaitu: masifnya dampak sebuah krisis kawasan. Sebagai Semakin panjang dan lama krisis perekonomian suatu wilayah, semakin hancur juga kondisi perekonomian wilayah lain. 228 Agus Salim Hussein, “Memahami Krisis Keuangan Global:Bagaimana Harus Bersikap”, Jakarta: Departemen Keuangan, Bapennas, Menteri Komunikasi dan Informatika, 2008, hlm.21 229 Kompas, Internasional, Selasa, 20 September 2011, hlm. 11 230 Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan Depkeu-RI., Ibid. Universitas Sumatera Utara penjelasan akan analisa ini, tak dapat dielakkan adalah faktor dari globalisasi dan interconnected antara pilar-pilar perekonomian. Seperti sektor perbankan yang berperan sebagai penyedia sarana pembayaran ketika mengalami kegagalan bank failure akan menyeret kegagalan perusahaan corporate failure dan memperlambat masalah pembayaran payment settlement. Pilar kedua dimana para pelaku bisnis global terinjeksi pada satu bursa saham global sehingga keuntungan korporasi bukan saja di satu kawasan tersebut, sebaliknya kejatuhan bursa tersebut merupakan pelepasan saham-saham secara bersamaan. Jika diikuti dengan kebijakan ekonomi yang tidak konsisten, kepanikan di pasar uang, pecahnya gelembung finansial, moral hazzard 231 , ketiadaan aturan baku maka permasalahan krisis semakin menjadi 232 Maka terbukti apa yang dianalisa Miskhin bahwa: . “Gangguan pada pasar uang dapat melebar ke perekonomian yang lebih luas dan menimbulkan dampak buruk terhadap keluaran dan lapangan kerja. Selain itu, menurunnya perekonomian cenderung menyebabkan meningkatkan ketidakpastian tentang nilai aset, yang dapat saja menjadi lingkaran setan di mana krisis finansial menghambat aktivitas perekonomian; situasi semacam itu dapat semakin mengingatkan ketidakpastian serta memperparah krisis keuangan sehingga memperparah kerusakan aktivitas perekonomian secara makro.” 233 231 Moral Hazzard merupakan istilah yang menggambarkan lemahnya penegakan peraturan hukum oleh pemerintah seperti membiarkan perbankan dan lembaga keuangan untuk memberi jaminan dan kredit melebihi dari modalnya sendiri, sehingga menyebabkan investasi berlebih dan berisiko. Teori Moral Hazard pernah digunakan oleh Krugman untuk mengidentifikasi krisis Asia 1997. Selengkapnya dalam http:www.macroeconomics.tu- berlin.defileadminfg124financial_criseslecture14-moral_hazzard.pdf diakses pada tanggal 20 Februari 2014 13:23 WIB. 232 Radelet, “The East Asian Financial Crises: Diagnosis, Remedies, Prospects”, sebagaimana dimuat dalam http:www.earth.columbia.edusitefilesfileaboutdirectordocumentsBPEA19981withRadelet- TheEastAsianFinancialCrises.pdf diakses pada tanggal 10 Februari 2014 13:35 WIB 233 Fredric Mishkin, “How Should We Respond to Asset Price Bubble?” pidato disampaikan di hadapan Warthon Financial Institutions Center and Oliver Wyman Institute’s Annual Finacial Risk Roundtable, Philadelphia, Pennsylvania. Sebagaimana dikutip dari http:www.gsb.columbia.edufacultyfmishkin diakses pada tanggal 10 Februari 2014 13:20 WIB. Universitas Sumatera Utara Terbukti bahwa baik industri finansial maupun perbankan memainkan peran signifikan dalam sebuah negara. Keguncangan yang satu berdampak negatif pada seluruh sistem systemic risk. Semua pelaku ekonomi dunia baik yang menikmati maupun tidak hasil perekonomian tersebut tak luput dari dampaknya. Inilah yang pada kemudian hari dikenal sebagai efek domino yang merupakan fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik dan geo- strategis. Pendapat ini muncul sebagai konsekuensi dari konsideran geografis, maka obyeknya adalah negara-negara yang secara geografis berdekatan, misalnya terletak dalam satu kawasan, termasuk efek domino sebuah krisis ekonomi juga akan menghapus batas sektor perekonomian dengan hal-hal publik yang dikaji hukum internasional. Krisis global menambah perkembangan bagi hukum internasional itu sendiri, seperti semakin berperannya organisasi keuangan internasional.

B. Mandat International Monetary Fund IMF dalam penanganan