Kewenangan International Monetary Fund IMF dikaitkan

Begitu juga sepanjang menangani kemelut Yunani-Uni Eropa, IMF juga sempat membuka tabir kesalahannya dengan mengakui bahwa IMF mengklaim pihaknya dan Uni Eropa salah mengatasi mekanisme bailout pertama senilai 110 miliar Euro karena asumsi tinggi dan restrukturisasi hutang agak telat dilakukan. 261 Jelas tiada kesempurnaan bahkan pada lembaga moneter tingkat internasional sekalipun sehingga esensi kedaulatan negara dan kebijaksanaan pemerintah yang berwenang di bidang moneter memegang peranan penting sebelum mengakses keterlibatan dan bantuan IMF. Hal ini pernah dilakukan China, negara yang umumnya menolak rekomendasi kebijakan ataupun asistensi baik dari IMF, Bank Dunia, maupun WTO. Hasilnya, dewasa ini perekonomian China berkembang pesat dan berpredikat sebagai salah satu negara yang menopang perekonomian dunia.

D. Kewenangan International Monetary Fund IMF dikaitkan

dengan kewenangan Uni Eropa dalam menangani krisis ekonomi Uni Eropa. Sejatinya, Uni Eropa dalam setiap kebijakan dan peraturannya tetap mengenal dan menghormati kedaulatan setiap negara anggota seperti termaktub dalam Pasal 2 dan Pasal 6 Traktat Uni Eropa TEU. Termasuk dalam sistem kebijakan Euro dan penanganan masalah krisis yang diatur Bank Sentral Eropa 261 MonexNews, “Pengakuan Dosa IMF Menuai Kecaman di Yunani”,Jumat 7 Juni 2013 sebagaimana diakses pada http:www.monexnews.com Universitas Sumatera Utara harus dilakukan dengan kerja sama dengan bank sentral masing-masing negara anggota yang mengadopsinya. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, keberadaan IMF juga sangat diperhitungkan dan dibutuhkan oleh negara-negara anggota Uni Eropa khususnya dalam membantu penanganan krisis di kawasan Eropa. Uni Eropa memandang IMF sebagai lembaga independen akan membantu tercapainya konsensus kebijakan penanganan krisis oleh negara-negara anggota dan memperkuat bantalan krisis firewall kawasan. Sementara, bagi negara-negara diluar Eropa kehadiran IMF diharapkan dapat mempercepat penyelesaian krisis dan mendorong pemulihan ekonomi dunia. Sekali waktu di Brussels, pejabat Komisi Eropa berencana mengajukan sebuah proposal untuk memperkuat koordinasi ekonomi dan pengawasan negara di 16 negara yang berbagi Euro, yang sebagian besar pengamat merasa pada intinya akan membuat IMF versi Eropa sebagai upaya kesekian atasi krisis, tetapi beurjung penolakan. Bank Sentral Eropa memandang IMF memiliki kekuatan keuangan dan pengalaman untuk langkah dan membantu negara-negara terhutang, sehingga tetap mempertahankan kepanjangan tangannya melalui para pemimpin zona euro Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Presiden ECB Jean-Claude Trichet. 262 Semula ECB selaku pihak berwenang dalam krisis Eurozone ini melalui Presidennya yaitu Trichet menegaskan sikap menolak terhadap pertolongan IMF 262 TV ONE NEWS,”Bank Sentral Eropa Tolak Bentuk IMF Eropa”, sebagaimana dimuat dalam http:ekonomi.tvonenews.tvberitaview3406420100309bank_sentral_eropa_tolak_bentuk_imf _eropa diakses tanggal 09 Desember 2013 16:08 WIB Universitas Sumatera Utara dan lebih memilih mengatur keseimbangan neraca pembayaran. 263 Akan tetapi, secara sosiologis negara-negara anggota Uni Eropa menyatakan ketidaksetujuan dalam paket penyelamatan yang dilakukan organ-organ Uni Eropa seperti ECB, 264 faktornya antara lain kepesimisan terhadap kredibilitas pemerintahan Uni Eropa. Keadaan ini membuat kerja sama dengan IMF mulai dibangun berawal dari persetujuan Kanselir Jerman terhadap bantuan finansial untuk Yunani. 265 Satu persatu negara Eropa mengakses fasilitas pinjaman Stand By Arrangement SBA kepada IMF dan hal ini disetujui oleh Uni Eropa, seperti: Hungaria 266 dan Latvia 267 di tahun 2008, Romania 268 di tahun 2009 dan Yunani 269 Pada dasarnya di Uni Eropa, IMF secara aktif bekerja baik secara independen maupun bersama dengan lembaga-lembaga Eropa, seperti Europe Commission EC dan Bank Sentral Eropa European Central BankECB. Kombinasi dana yang disiapkan Komisi Uni Eropa, Bank Sentral Eropa melalui EFSF dan EFSM sebesar EUR 80 milyar dan IMF sebesar EUR 30 milyar atau dengan total nilai EUR 110 milyar telah dialokasikan ke Negara Yunani di bawah di tahun 2010 sampai tahun 2014 ini. 263 ECB, “Introductory Remarks and Questions and Answers,” Press Conference, 4 March 2010, sebagaimana dimuat dalam www.ecb.intpresspressconf2010htmlis100304.en.html tanggal 14 Febuari 2014 10:00 WIB 264 Nelson et al., “Frequently asked questions about IMF involvement in the Eurozone,” sebagaimana dikutip dari Farkas, Hannah J.; Murphy, Daniel C. eds., “The Eurozone: Testing the monetary union”, New York, NY: Nova Science Publishers pp., 43ff. 265 Spiegel Online, “Top Banker attackiert Merkel”, 23. March 2010, sebagaiamana dimuat dalam http:www.spiegel.dewirtschaftsoziales0,1518,685443,00.html diakses pada tanggal 14 Februari 2014 10:00 WIB 266 IMF, ”Hungary: Ex post evaluation of exceptional access under the 2008 Stand-by Arrangement,” IMF Country Report No. 11145, June 2011, hlm. 4. 267 IMF, “IMF Executive Board approves € 1.68 billion US 2.35 Billion Stand-By Arrangement for Latvia,” Press Release No. 08345, December 23, 2008. 268 IMF, “IMF announces staff-level agreement with Romania on € 12.95 billion loan as part of coordinatedfinancial support,” Press Release No. 0986, March 25, 2009. 269 IMF, “Statement by IMF Managing Director Dominique Strauss-Kahn on Greece,” Press Release No. 10143, April 11, 2010. Universitas Sumatera Utara program Greek Loan Facility GLF. Hal ini diyakini dapat mempercepat penyelesaian krisis dan meningkatkan daya saing Eropa di masa depan. Sebagian besar sumber daya IMF dialokasikan untuk berbagai kegiatan di Eropa disediakan oleh anggota negara, terutama melalui pembayaran kuota. Berawal pada tahun 2009, IMF menandatangani jumlah pembelian pinjaman bilateral dan catatan baru perjanjian untuk meningkatkan kapasitasnya untuk mendukung negara-negara anggota selama krisis ekonomi global. Keterlibatan IMF semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya ketika empat anggota eurozone yaitu Yunani, Portugal, Irlandia, dan Siprus juga mengakses sumber daya IMF berupa Fasilitas Siaga Stand By ArrangementSBA, yang Flexible Credit Line FCL, Kehati-hatian dan Likuiditas Jalur Precautionary and Liquidity LinePLL, dan the Extended Fund Facility EFF, sebagai berikut: a. IMF melaporkan bahwa Yunani telah mengalami kemajuan dalam mengurangi defisit anggarannya sejak 2010, sehingga perekonomiannya menjadi kompetitif. Resesi panjang ekonomi Yunani diasumsikan akan berakhir pada tahun 2014, dengan pertumbuhan ekonomi 0,6. Ekonomi fiskalnya membaik dan dapat mengurangi impor secara signifikan; b. Untuk Spanyol, IMF sedang melakukan “independent monitoring mission” yang ketiga tentang sektor keuangan dalam konteks bantuan keuangan Eropa untuk rekapitalisasi perbankan, pada tanggal 20 Juli 2012. Universitas Sumatera Utara c. Tingkat dan kualitas modal di seluruh sistem perbankan Jerman terus membaik, kondisi pendanaan tetap menguntungkan bagi mayoritas bank di Jerman dan ketergantungan sistem pada pendanaan grosir menurun. d. Untuk Latvia, di bawah program IMF yang akan berakhir pada tahun 2011, pemerintah mengimplementasikan strategi komprehensif dan hasilnya adalah upah minimum untuk keluarga meningkat 8. 270 Secara khusus, dalam beberapa tahun terakhir IMF juga berupaya memperkuat sistem keuangan internasional, termasuk di Eropa. Pada tanggal 12 September 2013, IMF memiliki pengaturan dengan 7 negara di Eropa, yang berjumlah sekitar € 103000000000 103 milyar Euro atau sejumlah 137000000000 137 milyar dollar AS. Bantuan teknis IMF juga dikerahkan untuk meningkatkan kapasitas lembaga-lembaga dan efektivitas kebijakan sektor keuangan Spanyol melalui dukungan terhadap upaya pemerintah Spanyol untuk mengembalikan kesehatan sektor keuangan. Pada tahap pendekatan regional IMF melakukan pengiriman bantuan teknis dan pelatihan, disempurnakan dengan penyelenggaraan kursus untuk para pejabat dari negara-negara anggota Uni Eropa yang baru dan ekonomi lainnya dalam transisi di Eropa dan Asia di Wina Joint Institute di Austria. Sebagai bagian dari standar pengawasan, IMF memberikan saran kebijakan dan analisis ekonomi, 270 Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, “Pendanaan IMF dalam Mengatasi Krisis Keuangan Global”, dalam http:fiskal.depkeu.go.id2010 tanggal 20 Januari 2014 13:17 WIB Universitas Sumatera Utara secara regular mengadakan konsultasi dengan 17 negara-negara anggota eurozone, juga menyelenggarakan konsultasi per tahun untuk kawasan eurozone. 271 Upaya berikutnya yaitu pembentukan kerjasama institusional tripartit yang disebut “Troika”, melibatkan Komisi Eropa, Bank Sentral dan IMF. Kerjasama melalui Troika berdayaguna untuk memastikan kesinambungan maksimal dan efisiensi dalam program diskusi staf-tingkat dengan pemerintah tentang kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk menempatkan perekonomian kembali pada jalur pertumbuhan berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja dan menangani melalui kebijakan diskusi dengan otoritas nasional khususnya di Yunani, Irlandia, Portugal dan Siprus. 272 Nuansa multilateral terlihat dalam hal ini ketika mengoordinasinya perilaku beberapa institusi internasional atas dasar prinsip-prinsip tertentu yang disepakati bersama on the basis of generalized principles of conduct dibawah tujuan penanganan krisis ekonomi global. Melihat kontribusi IMF demikian signifikan tentunya menimbulkan suatu pertanyaan yuridis akan ada atau tidaknya kewenangan yang tumpang tindih akan keduanya atau secara politis yang mengindikasikan kelemahan Uni Eropa dalam menangani krisis wilayahnya. Wacana ini muncul dan menjadi sorotan mengingat kedaulatan supranasional Eropa terkesan dimimalisir dan IMF diposisikan sebagai 271 Pendekatan yang sama juga pernah dilakukan untuk serikat mata uang lainnya, termasuk Afrika Tengah Ekonomi dan Masyarakat Moneter, Karibia Timur Currency Union, dan Uni Ekonomi dan Moneter Afrika Barat. Communications Department, Washington DC 20431, selengkapnya dalam http:www.imf.orgexternalnpexrfactseurope.htm tanggal 16 Desember 2013 12:47 WIB 272 Uni Europa Global Region, “The Troika Watch: Troika Under Scrunity- March 2013”, dalam www.uniglobalunion.org tanggal 19 Januari 2014 20:50 WIB Universitas Sumatera Utara the ultimate lender last resort atau peminjam terakhir yang utama. Sedikit banyak ini juga yang melatarbelakangi pembentukan Troika yang kembali melibatkan bahkan dua organ Uni Eropa yaitu ECB dan European Commission agar tidak memberi posisi dominan bagi IMF. Terlepas dari alasan politis seperti itu, ada point penting yang dapat dikaji secara hukum internasional. Dalam pendekatan pertama ialah sebagaimana yang diatur dalam Pasal V 2 Anggaran Dasar IMF tentang batasan untuk operasi dan transaksi IMF. Pasal ini menekankan: “Jika diminta, IMF dapat memutuskan untuk memberikan pelayanan finasial dan teknis, termasuk pengadministrasian sumber-sumber yang diberikan oleh negara anggota, sesuai dengan tujuan dari IMF. Operasi yang termasuk pemberian pelayanan finansial tersebut tidak ditanggung oleh IMF. Pelayanan dalam sub bagian ini tidak memberikan kewajiban pada suatu negara anggota tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu.” 273 Konotasi dari pasal ini melibatkan unsur: negara-negara dibawah anggota IMF yang menjadi pihak pertama yang berkebutuhan dengan IMF, di sisi lain IMF sebagai pihak yang dimintakan keterlibatannya. Dalam konteks krisis Uni Eropa perlu mengingat fakta bahwa negara anggota, seperti Latvia diikuti negara- negara Eurozone lain, yang lebih dahulu mengakses fasilitas pinjaman dari IMF dan hal ini disetujui oleh Uni Eropa. Manifestasi hubungan hukum kedua pihak ini dilakukan melalui pengalokasian dana dan kebijakan internal yang harus ditanggung sendiri oleh Uni Eropa, seperti Economic Adjusment Program yang berisi kebijakan pengetatan anggaran dan penghematan yang harus dilakukan Yunani. 273 Article V 2 Articles of Agreements International Monetary Fund Universitas Sumatera Utara Berkenaan dengan hubungan hukum ini lebih lanjut diatur dalam Pasal X Anggaran Dasar IMF mengenai ‘Hubungan dengan Organisasi Internasional Lainnya’ yaitu: “IMF bekerja sama dalam persyaratan dalam perjanjian ini dengan setiap perjanjian untuk organisasi internasional umum dan dengan organisasi internasional umum yang memiliki tanggung jawab secara khusus dalam bidang yang berkaitan. Semua perjanjian untuk kerja sama tersebut yang mana akan melibatkan perubahan terhadap ketentuan dari perjanjian ini dapat berlaku hanya setelah amandemen perjanjian ini berdasarkan Pasal XXVIII.” 274 Dua pasal ini bermuara pada kesimpulan bahwa peran serta IMF tidak ada tindakan bersifat salah wewenang.atau salah kompetensi. Kenyataannya memang IMF berbisnis berkenaan di bidang kebijakan ekonomi makro 275 dan kebijakan sektor keuangan 276 Pendekatan berikutnya dapat dilihat melalui kacamata hukum Uni Eropa. Dalam Perjanjian Maastricht pasal 130u 1 Title XVII tentang Development Cooperation menempatkan kapasitas IMF berjalan linear dengan permasalahan yang menjadi konsentrasi Uni Eropa. 277 dan pada Pasal 4 dan Pasal 5 TFEU 278 Kondisinya ketika peranan organ ataupun institusi pemerintahan Uni Eropa secara referendum tidak dipandang berkredibilitas maka pengaksesan fasilitas pinjaman IMF menjadi bukti kepekaan dan tanggung jawab Uni Eropa mengamanatkan adanya keterlibatan Uni Eropa dalam kebijakan ekonomi negara anggota terlebih dalam keadaan yang memungkinkan instabilitas melanda seluruh Uni Eropa. 274 Articles X, Articles of Agreements International Monetary Fund IMF 275 Kebijakan ekonomi makro yaitu, kebijakan yang berhubungan dengan anggaran pemerintah, pengelolaan uang moneter dan kredit, dan nilai tukar. 276 Kebijakan sektor keuangan termasuk regulasi dan pengawasan terhadap perbankan dan lembaga keuangan lainnya. 277 Articles 130u1 Title XVII Maastricht Treaty 278 Articles 4-5 Treaty on the Functioning of European Union TFEU Universitas Sumatera Utara dalam menangani krisis ekonomi wilayahnya. Dalam diksi ketatanegaraan, hal ini dikenal sebagai sebuah kewajiban bagi pemerintah untuk mengusahakan kesejahteraan rakyat welfare state yang dipimpinnya termasuk dengan bekerja sama dalam mengatasi kebutuhan nasionalnya dengan pihak lain. Kebiasaan dalam hubungan internasional ini sekaligus menegaskan bahwa tidak menutup kemungkinan adanya kerja sama antara dua organisasi internasional. Alasan yuridis berikutnya adalah seperti yang diatur hukum awal organisasi Uni Eropa yaitu pasal 105-109 Perjanjian Maastricht 1992 yang secara spesifik memungkinkan adanya kerja sama dalam bidang ekonomi moneter mengingat kompetensi ekslusif Uni Eropa adalah berkenaan dengan hal tersebut Pasal 3 TFEU. Pasal ini memuat jelas ketentuan kebijakan moneter Eropa yang dikembangkan secara sangat terinci dalam paragraf demi paragraf yang bersifat sangat teknis termasuk melalui mekanisme hubungan dengan subjek hukum internasional lain, jika dibutuhkan. Mengenai hubungan internasional yang dapat dilakukan Uni Eropa diatur dalam Pasal 216 Lisbon Treaty tentang ‘Hubungan dengan Subjek Hukum Internasional Lain’ . Adapun bunyi pasal tersebut sebagai berikut: “The Union may conclude an agreement with one or more third countries or international organizations where the Treaties so provide or where the conclusion of an agreement is necessary in order to achieve, within the framework of the Unions policies, one of the objectives referred to in the Treaties, or is provided for in a legally binding Union act or is likely to affect common rules or alter their scope.” Universitas Sumatera Utara Secara jelas ketentuan ini memberi keabsahan hukum bagi Uni Eropa dalam membuat perjanjian dengan subjek hukum internasional manapun sepanjang masih berkesesuaian dengan kerangka kebijakan Uni Eropa. Kemampuan membuat perjanjian internasional dengan juga membuktikan keakuratan personalitas hukum Uni Eropa di mata internasional. Pasal ini juga melahirkan ketegasan bagi Uni Eropa negara anggota untuk terikat dalam setiap akibat hukum didalamnya. Selanjutnya pada pasal 220 TITLE VI LISBON TREATY juga memuat aturan tentang delegasi dari hubungan dengan subjek hukum internasional lain atau selengkapnya berjudul “The Unions Relations with International Organisations and Third Countries and Union Delegations” dengan klausul: “ The Union shall establish all appropriate forms of cooperation with the organs of the United Nations and its specialised agencies, the Council of Europe, the Organisation for Security and Cooperation in Europe and the Organisation for Economic Cooperation and Development. The Union shall also maintain such relations as are appropriate with other international organizations” Pasal ini bermakna ketika Uni Eropa membangun kerja sama internasional dengan organisasi internaisonal tersebut maka diwajibkan untuk mematuhi dan memeliharanya. Dalam kaitannya dengan krisis Eropa, semakin jelas bahwa keterlibatan IMF merupakan sesuatu yang disengaja dan dibenarkan secara yuridis. Hubungan antara Uni Eropa dan IMF ini berbentuk kerja sama yang dituangkan dalam bentuk Memorandum of Economic and Financial Policies tanggal 3 Mei 2010 berisi Economic Adjustment Program EAP. Universitas Sumatera Utara Sebagai anggota G-20, Uni Eropa juga perlu mempertimbangkan adanya sebuah kebijakan yang dicanangkan bahwa negara-negara yang tergabung dalam G-20 dapat duduk bersama dan menghasilkan komunike KTT G-20 atas dasar minimal satu raison d’être - kepentingan nasional dalam bidang perekonomian. 279 Setiap negara yang terlibat dalam G-20 tentu berkeinginan melindungi kepentingan nasionalnya masing-masing, tetapi tak dapat diabaikan negara-negara juga harus berusaha menjaga mekanisme global agar tetap harmonis berhubung krisis di negara lain juga sedikit banyak dapat memengaruhi perekonomian domestiknya masing-masing. Hal ini juga dapat dianalogikan dengan krisis yang menimpa Uni Eropa, dimana kestabilan perekonomian internasional juga harus menjadi perhatian Uni Eropa sehingga demi kepentingan global Uni Eropa harus bertanggung jawab menangani krisis tersebut, termasuk melalui kerja sama multilateral dengan subjek hukum internasional lain. Seperti tindakan Uni Eropa untuk melibatkan IMF bahkan juga melibatkan G-20, mengupayakan kerja sama dengan China dan kerja sama tingkat bilateral maupun multilateral lainnya dapat diasumsikan berkesesuaian dengan esensi dan amanat konstitusi Uni Eropa sebagai pemerintahan yang telah didesentralisasikan kedaulatan negara anggotanya. Persoalan lain muncul jika kemudian hari didapati adanya kebijakan yang dari Uni Eropa yang bertentangan dengan Anggaran Dasar IMF.Secara normatif, Pasal IV ayat 3 b AD- IMF menyatakan sebagai berikut: 279 Mary Sutton, et al, “The Quest for Economic Stabilisation : The IMF and The Third World”, England : Gower Publishing Company Limited, 1985, hlm. 144. Universitas Sumatera Utara “…The principles adopted by the Fund shall be consistent with cooperative arrangements by which member maintain the values of their currencies in relation to the value of the currency of currencies of other members, as well as with other exchange arrangements of a member’s choice consistent with thepurpose of the Fund and Section 1 of this Article. These principles shall respect the domestic social and political policies of members and in applying these principles the Fund shall pay due regard the circumstances of members.” 280 Menurut pasal tersebut, IMF akan menerapkan prinsip sesuai dengan perjanjian bersama yang dibuat oleh anggota untuk memelihara nilai mata uang mereka. Prinsip-prinsip ini akan mengacu pada kebijakan sosial dan politik domestik negara-negara anggota dan penerapannya akan didasarkan pada keadaan yang dialami oleh setiap anggota. Hal ini mengandung makna bahwa IMF secara normatif tidak akan menerapkan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan kebijakan sosial dan politik negara anggota seingga meminimalisir paksaan maupun intervensi. Dengan kata lain, IMF memang mengembalikan semua ketentuan yang direkomendasikan untuk diratifikasi sesuai dengan kebutuhan internal negara anggota, termasuk Uni Eropa. Akan tetapi setiap negara anggota yang mengikatkan diri wajib tetap tunduk pada ketentuan IMF, sehingga dalam menerapkan kebijakan domestik perlu berhati-hati. Derivasi ketentuan di atas, IMF akan mengerahkan fungsi pengawasannya. IMF menugaskan perusahaan pengawasan untuk kebijakan tingkat perdagangan 280 Article IV 3b Article of Agreements International Moneter Fund Universitas Sumatera Utara negara-negara anggota, dan menerapkan prinsip yang spesifik sebagai pedoman anggota. Setiap anggota wajib memberikan informasi keterbukaan yang diperlukan IMF untuk pengawasan tersebut. Pada Pasal XI AD IMF tentang Hubungan dengan Negara-Negara Non Anggota, IMF melarang negara anggota untuk ikut serta dalam kerja sama dengan negara non anggota yang akan berlawanan dengan ketentuan IMF. 281 Seperti pada tahun 2011 IMF memperingatkan Jerman karena sangat bertentangan dengan Perancis dan dengan lembaga-lembaga kunci Uni Eropa, dalam mengakui kebutuhan untuk bailout segar untuk menyelamatkan Yunani. IMF bersitegas akan menahan dana bantuan kedua kecuali Jerman berhenti dengan alasan politisnya tersebut. Jika hal ini tidak ditepati oleh negara anggota, IMF dapat mengambil peran tegas terhadap setiap hal yang dapat bertentangan dengan perjanjiannya dengan negara anggota. 282 Pasal 220 TITLE VI LISBON TREATY juga memaksa Uni Eropa untuk berintegritas dalam menjalankan kewajiban dan peraturan yang telah dibuat seperti dengan IMF dalam penanganan krisis di wilayah Eropa ini. Seluruh rangkaian dan batasan mekanisme ini ditujukan untuk tetap menjaga kesinambungan perjanjian kooperatif yang dibuat oleh anggota untuk memelihara nilai mata uang mereka sehubungan dengan tujuan dari IMF dan Ayat 1 pasal I Anggaran Dasar IMF dan kepentingan negara anggota. Dengan demikian terlepas dari pandangan bernuansa politis, Uni Eropa berdasarkan mandatnya wajib melakukan tindakan penyelamatan atau penanganan 281 Article XI 1 Article of Agreements International Moneter Fund 282 DW-DE, “demi-yunani-imf-paksa-jerman-beri-bantuan”, sebagaimana dimuat dalam http:www.dw.dep1Ajzw diakses pada 24 Februari 2014 08:00 WIB. Universitas Sumatera Utara krisis Uni Eropa. Jika dilihat dari perspektif yuridis maka keterlibatan IMF dalam menangani krisis Uni Eropa tidak dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pelanggaran sebab kedua organisasi internasional tersebut diatas sudah mengikatkan diri dalam kesepakatan dan perjanjian internasional yaitu Memorandum of Economic and Financial Policies. Meskipun IMF ditentukan dan dibatasi oleh konstitusinya, namun dalam keadaan tertentu demi efektivitas tugas dan tujuannya maka dimungkinkan untuk melakukan interpretasi hukum sepanjang berkaitan dengan kewenangannya. Hal ini mengacu bukan hanya pada konstitusi mereka tapi juga telah diakui dalam hukum internasional. 283 283 Jelly Leviza, Op.Cit.., hlm.149 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN