Pada tahap pertanggung jawaban anggaran, pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran setidak nya dapat dilakukan 2 dua kali dalam setahun yaitu terhadap :
a. Laporan Realisasi Anggaran LRA Semester Pertama
Menurut ayat 1 pasal 293 Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan daerah disebutkan bahwa : “Laporan realisasi semester
pertama APBD dan prognisis untuk 6 enam bulan berikutnya disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir bulan Juli tahun yang berkenaan”. Fungsi pengawasan
panitia anggaran melalui laporan semester pertama tersebut adalah melakukan evaluasi apakah pelaksanaan APBD pada semester pertama tahun yang bersangkutan
telah sesuai dengan anggaran atau APBD yang telah ditetapkan. Apabila terjadi penyimpangan antara realisasi anggaran dengan anggaran yang
telah ditetapkan, panitia anggaran membuat rekomendasi kepada kepala daerah untuk ditindaklanjuti.
b. Laporan Tahunan.
Pada akhir tahun anggaran, seluruh SKPD sebagai pengguna anggaran menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran LRA dan Neraca SKPD kepada PPKD
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sampai saat ini SKPD belum menyusun laporan keuangan daerah
sebagi wujud desentralisasi keuangan daerah. Akan tetapi Laporan keuangan daerah yang melipti Laporan Realisasi Anggaran LRA neraca, laporan arus kas dan catatan
atas laporan keuangan serta laporan kinerja disusun langsung oleh PPKD atau kepala
Universitas Sumatera Utara
bagian keuangan bagi daerah yang belum memiliki Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah BPKKD.
Laporan keuangan daerah tersebut kemudian disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan BPK untuk diaudit. Laporan keuangan pemerintah daerah
hasil audit oleh BPK merupakan lampiran dari LKPJ kepala daerah yang akan disampaikan kepada DPRD. Apabila sampai batas waktu 2 dua bulan BPK belum
menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit, maka kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang Laporan Keterangan Pertanggung
Jawaban LKPJ atas pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dievaluasi dan dibahas di dalam sidang paripurna DPRD.
Pada pasal 302 ayat 2 permendagri No.13 tahun 2006 disebutkan bahwa “Persetujuan bersama tentang Rancangan Peraturan Daerah tentang pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD paling lama 1 satu bulan terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima”. Waktu 1 satu bulan adalah waktu yang
cukup bagi panitia anggaran di DPRD untuk melakukan pengawasan melalui kegiatan evaluasi dan analisa atas laporan keuangan pemerintah daerah yang diterimanya
untuk dibahas di dalam sidang paripurna DPRD. Dari uraian di atas jelaslah bahwa panitia anggaran dan anggota DPRD secara
keseluruhan juga dituntut untuk memahami Sistim Akuntansi Keuangan Daerah SAKD yang diterapkan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP agar
mampu mengevaluasi dan menganalisa Laporan Keuangan yang disampaikan oleh kepala daerah sebagai lampiran LKPJ. Hal ini menjadi lebih penting apabila BPK
Universitas Sumatera Utara
belum menyampaikan hasil audit atas laporan keuangan yang disampaikan oleh pemerintah daerah.
Laporan Realisasi Anggaran LRA perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah terdapat pergeseran objek atau rincian objek belanja dengan kegiatan dan program
yang telah ditetapkan, sehingga tidak terkait dengan capaian kinerja yang diharapkan Disamping itu, evaluasi dan analisa juga diperlukan untuk mengetahui apakah
realisasi anggaran telah terjadi mark up terhadap satuan-satuan harga pada rincian objek belanja untuk setiap kegiatan. Apabila hal tersebut di atas terjadi maka di dalam
pembahasan pertanggung jawaban pelaksanaan APBD perlu diminta penjelasan atau klarifikasi dari kepala daerah mengenai penyimpangan tersebut.
Terhadap neraca daerah, panitia anggaran perlu mengadakan evaluasi dan analisa apakah neraca daerah telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan SAP sebagai mana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005.
Laporan arus kas perlu dievaluasi secara cermat sehingga memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar untuk semua kelompok
kegiatan, baik kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pembiayaan maunpun kegiatan non anggaran. Selain itu, catatan atas laporan keuangan yang antara lain
berisikan kebijakan akuntansi yang terapkan oleh pemerintah daerah, perlu dievaluasi dan dianalisa, sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan apakah laporan keuangan
daerah telah memberikan informasi keuangan yang relevan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi dan analisa terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh Panitia anggaran adalah merupakan bentuk pengawasan yang bersifat represif yaitu
pengawasan anggaran setelah anggaran tersebut dilaksanakan. Setelah panitia anggaran menyelesaikan tugas evaluasi terhadap semua unsur laporan keuangan yang
diajukan oleh kepala daerah melalui LKPJ, kemudian hasilnya dibahas di dalam sidang paripurna DPRD setelah mendengar pidato kepala daearah tentang
pelaksanaan APBD yang terangkum di dalam LKPJ. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan ditemukan sebagai hasil pengawasan pelaksanaan APBD, maka
pimpinan DPRD dapat menggunakan hak bertanya hak interpelasi kepada kepala daerah untuk meminta keterangan baik secara lisan maupun tulisan dan kepala daerah
wajib memberikan jawaban. Setelah seluruh permasalahan pertanggung jawaban pelaksanaan APBD dapat
diklarifikasi dan disetujui bersama antara DPRD dan kepala daerah, selanjutnya pimpinan DPRD mengesyahkan LKPJ kepala daerah melalui Peraturan daerah
perda tentang LKPJ. Namun demikian pembahasan di dalam tulisan ini, penulis membatasi
penelitian pada pengetahuan anggaran dari panitia anggaran yaitu pengetahuan anggaran sejak proses penyusunan anggaran sampai dengan evaluasi Laporan
Realisasi Anggaran LRA, baik laporan semester pertama maupun LKPJ pada akhir tahun anggaran. Pengetahuan panitia anggaran tentang Sistim Akuntansi Keuangan
Daerah SAKD dan pemahaman tentang Standar Akuntasi Pemerintahan SAP tidak diikutkan di dalam penelitian ini dan dapat dilanjutkan dengan penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Partisipasi Masyarakat