BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keuangan Daerah
Pada prinsipnya pengertian keuangan daerah tidak dapat dipisahkan dengan pengertian keuangan negara. Hubungan erat antara keuangan daerah dengan
keuangan negara ditunjukkan pada unsur pendapatan daerah yaitu selain Pendapatan Asli Daerah PAD, pendapatan daerah tersebut sebagian besar bersumber dari
pembiayaan negara yaitu berupa 1 Dana Bagi Hasil, 2 Dana Alokasi Umum DAU dan 3 Dana Alikasi Khusus DAK.
Menurut pasal 1 ayat 1 undang-undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa ”Keuangan Negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat diniliai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut” Berdasarkan kutipan tersebut diatas, maka pengertian keuangan daerah pada dasarnya
sama dengan pengertian keuangan negara dimana negara dianalogikan dengan daerah. Hal ini sesuai dengan pasal 1 Permendagri 13 tahun 2006, tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa ” keuangan daerah diartikan sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”
8
Universitas Sumatera Utara
Dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dimaksudkan dengan keuangan daerah adalah semua hak-hak dan kewajiban daerah
yang dapat dinilai dengan uang. Segala sesuatu baik uang mapun barang yang dapat menjadi kekayaan daerah berhubungan dengan pelaksanaan hak-hak kewajiban
tersebut dan tentunya dalam batas-batas kewenangan daerah Ichksan et al, 1997:19. Pengelolaan keuangan daerah dapat dilaksanakan melalui sebuah mekanime
pemegang kekuasaan keuangan daerah yang dapat digambarkan dengan sebuah skema sebagai berikut :
Gambar 1.1 Skema Pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
P P
E E
M M
E E
G G
A A
N N
G G
K K
E E
K K
U U
A A
S S
A A
A A
N N
P P
E E
N N
G G
E E
L L
O O
L L
A A
A A
N N
K K
E E
U U
A A
N N
G G
A A
N N
D D
A A
E E
R R
A A
H H
Kepala Daerah
•
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah.
•
mewakili pemda dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya kepada
•
SEKDA selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
•
Kepala SKPKD selaku PPKD;
•
Kepala SKPD selaku pejabat pengguna
anggaranpengguna barang. mempunyai kewenangan menetapkan :
•
kebijakan pelaksanaan APBD;
•
kebijakan pengelolaan barang daerah;
•
kuasa pengguna anggaranpengguna barang;
•
bendahara penerimaan danatau bendahara pengeluaran;
•
pejabat yang melakukan penerimaan daerah;
•
pejabat yang mengelola utang dan piutang daerah;
•
pejabat yang mengelolan barang milik daerah;
•
pejabat yang menguji tagihan memerintahkan pembayaran.
berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.
Universitas Sumatera Utara
Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa kepala daerah merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah termasuk kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan dengan melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada :
1. SEKDA selaku koordinator pengelola keuangan daerah; 2. Kepala SKPKD selaku PPKD;
3. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaranpengguna barang. Kepala daerah mempunyai wewenang menetapkan:
1. kebijakan pelaksanaan APBD; 2. kebijakan pengelolaan barang daerah;
3. kuasa pengguna anggaranpengguna barang; 4. bendahara penerimaan danatau bendahara pengeluaran;
5. pejabat yang melakukan penerimaan daerah; 6. pejabat yang mengelola utang dan piutang daerah;
7. pejabat yang mengelolan barang milik daerah; 9. pejabat yang menguji tagihan memerintahkan pembayaran;
Dari ketentuan di atas dapat dipahami bahwa keuangan daerah dilaksnakan melalui serangkaian proses pengelolaan keuangan daerah yang meliputi 1
penganggaran, 2 pelaksanaan dan 3 pertanggungjawaban. Penganggaran dilaksanakan melalui proses penyusunan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD, pelaksanaan anggaran dilaksanakan melalui proses penatausahaan dan
Universitas Sumatera Utara
pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah sedangkan pertanggungjawaban APBD dilaksanakan pada pertengahan tahun anggaran berupa laporan smester pertama tahun
anggaran yang bersangkutan dan pada akhir tahun anggaran berupa Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ melalui sidang paripurna DPRD.
Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban LKPJ berisikan laporan keuangan sebagai lampiran dan harus disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP yang terdiri dari : 1.
Laporan Realisasi Anggaran 2.
Neraca 3.
Laporan Arus Kas dan 4.
Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi Anggaran LRA adalah suatu daftar yang menyajikan
ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam suatu periode tertentu. Neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu Laporan Arus Kas merupakan suatu laporan yang menyajikan informasi kas
sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal. penerimaan,
pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah daerah selama satu periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Catatan atas Laporan keuangan merupakan penjelasan naratif atau rincian dari angka-angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan daftar
arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijaksanaan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain
yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-unkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD