Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

Catatan atas Laporan keuangan merupakan penjelasan naratif atau rincian dari angka-angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan daftar arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijaksanaan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-unkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

Menurut pasal 1 ayat 9 Permendagri No. 13 tahun 2005 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dimaksudkan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut dengan APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang harus di setujui bersama oleh pemerintah daerah dengan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. . Penyusunan APBD itu sendiri merupakan suatu proses yang panjang melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan penjaringan aspirasi masyarakat jaring asmara yang kemudian dibahas melaui Musyawarah Rencana Pembangunan Musrenbang pada tingkat kecamatan. Untuk penyusunan APBD tahun 20007 sebagaimana diamanatkan dalam lampiran Permendagri No. 26 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2007 disebutkan ; Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam penyusunan APBD tahun anggaran 2007 yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Penyusunan Kebijakan Umum KUA 2. Pembahasan dan penetapan kesepakatan bersama mengenai KUA antara Pemerintah Daerah dan DPRD 3. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPAS 4. Pembahasan dan penetapan kesepakatan bersama mengenai Prioritas Plafon Anggaran PPA anatara Pemerintah Daerah dan DPRD 5. Penyusunan dan penyampaian surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran – Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA-SKPD kepada seluruh SKPD. 6. Pembahasan RKA-SKPD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD dengan SKPD. 7. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. 8. Penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Terkait dengan penganggaran APBD, maka dalam penelitian ini pembahasan dibatasi pada penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD. Sesuai dengan surat edaran yang diterima dari kepala daerah, maka masing-masing SKPD menyusun RKA dengan menggunakan format sebagaimana diatur dalam lampiran Permendagri No. 13 tahun 2005 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai berikut : RKA-SKPD Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan SKPD RKA-SKPD 1 Rincian Anggaran Pendapatan SKPD Universitas Sumatera Utara RKA-SKPD 2.1 Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung RKA-SKPD 2.2 Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung menurut Program dan Kegiatan SKPD RKA-SKPD 2.2.1 Rinsian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan kegiatan. RKA-SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah RKA-SKPD 3.2 Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah RKA-SKPD yang didukung dengan rinciannya yaitu RKA-SKPD 1 sampai dengan RKA-SKPD 3.2 dihimpun oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah untuk dibahas dan dinilai kesesuaian anatara RKA-SKPD dengan KUA dan PPA. Adapun Format RKA-SKPD sebagai mana dimuat dalam lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah antara lain berisi nama program, nama kegiatan, indikator kinerja, tolok ukur kinerja, target dan indikator kinerja input, output dan outcome, objek belanja dan rincian objek belanja serta dilengkapi dengan nomor rekening. Setelah RKA dari seluruh SKPD dikompilasi oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD sebagai dasar penyusunan RAPBD, maka struktur RAPBD tersebut dapat disusun sebagai berikut: 1. Anggaran Pendapatan. 2. Anggaran Belanja dan 3. Anggaran Pembiayaan Universitas Sumatera Utara Proses selanjutnya adalah TAPD mempersiapkan rancangan peraturan daerah tentang RAPBD, kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas terlebih dahulu oleh panitia anggaran. Hasil pembahasan RAPD oleh panitia anggaran yang memuat koreksi-koreksi atas RAPD yang diajukan oleh TAPD, selanjutnya dibahas di dalam sidang paripurna DPRD dan ditetapkan menjadi APBD dengan Peraturan daerah tentang APBD. 2.3 Pengetahuan dan Kinerja Panitia Anggaran Tugas pokok dari DPRD adalah melakukan perencanaan dan pengawasan dalam hal penyelenggaraan pemerintahan didaerah, yang meliputi perencanaan dan pengawasan keuangan daerah, sehingga kinerja panitia anggaran sebagai unsur anggota DPRD tersebut dapat dilihat dari kinerja perencanaan dan pengawasannnya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Untuk dapat melaksanakan funsinya dengan baik, maka panitia anggaran dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengelolaan keuangan daerah baik menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun prosedur dan teknis penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Adapun peraturan perundang-undangan yang terkait anggaran daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 2. Undang-undang No. 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Universitas Sumatera Utara 3. Undang-undang No. 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. 4. Undang-undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemrintahan Daerah. 5. Undang-undangNo. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan daerah. 6. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2004 yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2007 Tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD. 7. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. 8. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyeleggaraan Pemerintah Daerah. 9. Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 10. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum. 11. Permendagri No. 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah. 12. Permendagri No. 26 tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2007. Peraturan perundang-undangan tersebut di atas perlu dikaji dan dipahami dengan baik sehingga panitia anggaran mampu melaksanakan fungsinya dibidang penganggaran dan pengawasan APBD. Universitas Sumatera Utara Dari sisi perencanaan keuangan daerah, panitia anggaran dapat melakukannya mulai dari penjaringan aspirasi masyarakat sampai dengan persetujuan dan penetapan Peraturan daerah Perda tentang APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perencanaan anggaran daerah tersebut dapat dilakukan secara sinerji dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD melalui tahapan-tahapan pembahasan dalam rangka penyusunan APBD untuk tahun anggaran tertentu. Keterlibatan panitia anggaran di dalam proses perencanaan anggaran daerah, pada prinsipmya mengandung unsur pengawasan yang bersifat prefentif, sehingga anggaran yang diajukan oleh pihak eksekutif dapat memenuhi kinerja yang baik serta pemborosan-pemborosan keuangan daerah dapat dicegah secara dini. Dari sisi pengawasan keuangan daerah, baik melalui laporan pelaksanaan APBD yaitu Laporan Realisasi Anggaran LRA semester pertama tahun berkenaan maupun melalui Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban LKPJ pada akhir tahun anggaran, maka panitia anggaran memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup memedai untuk mengevaluasi apakah perencanaan berupa APBD dan penjabarannya yang telah disusun dapat berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis. Selain itu, evaluasi secara administratif juga perlu dilakukan oleh panitia anggaran terhadap ketepatan sasaran pelaksanaan kegiatan yang membebani APBD guna mengukur kinerja kepala daerah. Menurut keputusan presiden no 74 tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah pasal 1 6 menyebutkan bahwa pengawasan Universitas Sumatera Utara pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi saja Mardiasmo, 2001. Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD dimulai pada saat proses penyusunan APBD, pengesyahan APBD, pelaksanaan APBD dan pertanggungjawaban APBD. Alamsyah 1997 menyebutkan bahwa tujuan adanya pengawasan APBD adalah untuk: 1 menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dijalankan, 2 menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai dengan anggaran yang telah digariskan, dan 3 menjaga agar hasil pelaksanaa APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan Agar fungsi perencanaan dan pengawasan yang dilakukan oleh panitia anggaran berjalan secara efektif, maka panitia anggaran harus memahami pengertian dan fungsi anggaran bagi suatu pemerintah daerah. Disamping itu, panitia anggaran harus memahami adanya perubahan paradigma dari anggaran tradisional menjadi Anggaran Berbasis Kinerja. Menurut pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah disebutkan bahwa ”APBD disusun dengan pendekatan kinerja” Anggaran Berbasis Kinerja ABK adalah suatu sistem anggaran dimana setiap input yang digunakan harus mengutamakan upaya pencapaian output dan outcome yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara Dalam kaitannya dengan anggaran berbasis kinerja, dimaksudkan dengan input adalah segala sesuatu yang digunakan di dalam pelaksanaan sebuah kegiatan dari sebuah program baik berupa uang, sumberdaya, peraturan perundang-undangan dan lain-lain harus dapat menghasilkan suatu output keluaran yang dapat diukur baik secara kuntitatif maupun secara kualitatif. Dimaksudkan outcome keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran, tujuan, program dan kebijakan yang telah digariskan. Sedangkan outcome hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output atau keluaran dari kegiatan-kegiatan di dalam sebuah program. Dengan perkataan lain Anggaran Berbasis Kinerja ABK adalah suatu sistim anggaran yang dapat diukur dari setiap uang yang dikeluarkan harus setara dengan penyediaan pelayanan yang dapat diberikan baik kepada aparatur pemerintah maupun kepada masyarakat. Anggaran Berbasis Kinerja ABK memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Identifikasi output dan outcome yang akan dihasilkan oleh suatu program dan kegiatan. 2. Menghubungkan pengeluaran dengan hasil yang akan dicapai 3. Nilai efektivitas, efisiensi dan ekonomis Value for money Disamping memahami tentang anggaran, Panitia anggaran juga harus memahami tentang laporan keungan daerah yang merupakan suatu bentuk Universitas Sumatera Utara pertanggung jawaban dari pemerintah daerah atas penggunaan anggaran. Laporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan pemerintah daerah digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pemerintah daerah. Beberapa peneliti yang menguji hubungan antara kualitas anggota DPRD dengan kinerjanya diantaranya dilakukan oleh Indradi, 2001; Syamsiar, 2001; Sutamoto, 2003. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kualitas DPRD yang diukur dengan pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keahlian berpengaruh terhadap kinerja dewan yang salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan pengawasan. Yudono 2002 menyatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan hak- haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajiban secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis dalam melakukan pengawasan keuangan daerah salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Dengan mengetahui tentang anggaran diharapkan anggota DPRD dapat mendeteksi adanya pemborosan dan kebocoran anggaran daerah. Universitas Sumatera Utara Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pengetahuan yang cukup bagi seorang panitia anggaran diperlukan untuk mengawasi aggaaran daerah sekurang- kurangnya pada 2 dua tahapan yaitu: a. Tahap penyusunan anggaran b. Tahap pertanggung jawaban anggaran Untuk tujuan pengawasan, panitia anggaran memegang peranan penting baik pada tahap perencanaan maupun pada tahap pertanggung jawaban APBD. Pada tahap perencanaan panitia anggaran dapat mendeteksi rancangan anggaran daerah sejak dini, sehingga dapat dipastikan bahwa anggaran daerah tersebut telah disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu sesuai dengan Anggaran Berbasis Kinerja ABK serta memenuhi kriteria prinsip-prinsip anggaran. Pada tahap pembahasan RAPBD, maka bentuk pengawasan yang harus dilakukan adalah menilai singkronisasi antara RAPD yang merupakan rangkuman RKA dari seluruh SKPD dengan KUA dan PPA yang telah disepakati sebelumnya. Pembahasan dan evaluasi sangat ditekankan pada capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, analisis standar belanja, standar harga satuan, Standar Pelayanan Minimal SPM serta singkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip anggaran. Selain itu, evaluasi juga perlu diperketat mengenai keterkaitan antara rincian obyek belanja dengan obyek belanja dan antara obyek belanja dengan kegiatan dan program untuk setiap SKPD. Kondisi tersebut merupakan pengawasan awal yang dilakukan oleh seluruh anggota DPRD termasuk panitia anggaran terhadap rencana capaian kinerja kepala daerah. Universitas Sumatera Utara Pada tahap pertanggung jawaban anggaran, pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran setidak nya dapat dilakukan 2 dua kali dalam setahun yaitu terhadap :

a. Laporan Realisasi Anggaran LRA Semester Pertama

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

2 54 91

Analisis Pengaruh Pemberian Tunjangan Sertifikasi Dan Pendidikan Serta Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Dosen Dan Kinerja Fakultas Di Universitas Sumatera Utara

0 76 83

Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

2 79 103

Pengaruh Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

11 87 101

Analisis Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan, Promosi Jabatan Serta Pemberian Insentif Terhadap Kinerja Pegawai PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

1 39 165

Pengaruh Pengetahuan Anggaran Dan Jenjang Pendidikan Serta Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Panitia Anggaran-DPRD Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 15 81

Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Serta Prestasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir Pegawai Pada Kantor Bupati Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 38 110

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Analisis Pengaruh Pemberian Tunjangan Sertifikasi Dan Pendidikan Serta Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Dosen Dan Kinerja Fakultas Di Universitas Sumatera Utara

0 6 8

Analisis Pengaruh Pemberian Tunjangan Sertifikasi Dan Pendidikan Serta Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Dosen Dan Kinerja Fakultas Di Universitas Sumatera Utara

0 0 15

Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

0 0 14