Pengaruh Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(1)

I SKRIPSI

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI

SUMATERA UTARA

OLEH

RETNO PRATIWI 100522013

DEPARTEMEN STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

2012 PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 26 April 2012

Retno Pratiwi NIM :100522013


(3)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh umpan balik anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hipotesis dalam penelitian ini adalah umpan balik anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu dua minggu. Metode analisis yang digunakan adalah assosiatif kausal dengan menggunakan regresi linear sederhana. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji – t, dan

adjusted R2.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini juga menemukan pengaruh positif antara umpan balik anggaran terhadap kinerja SKPD. Nilai R Square adalah 0,088 yang berarti bahwa kinerja SKPD mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 8,8%, sedangkan sisanya 91,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.


(4)

ABSTRACT

The purpose of this study was to prove the effect of feedback on performance budgeting SKPD Provincial Government of North Sumatra. Formulation of the problem in this study is whether the feedback effect on the performance budgeting SKPD Provincial Government of North Sumatra. The hypothesis in this study is the feedback on the performance budgeting SKPD Provincial Government of North Sumatra.

Primary and secondary data collection through questionnaires distributed to respondents and quote after a period of two weeks. The analytical method used is associative causal by using simple linear regression. Testing the quality of data used is data validity and reliability testing. Test used is the classical assumption of normality test, and test heterokedastisitas. Testing the hypothesis test used is - t, and the adjusted R2.

These results indicate that a feedback effect on the performance of the budget SKPD Provincial Government of North Sumatra. The study also found positive effects of feedback on performance SKPD budget. R Square value is 0.088 which means that performance can be explained by SKPD independent variable at 8.8%, while the remaining 91.2% is explained by other factors not included in this study. Keywords: Budgetary Feedback, Performance SKPD


(5)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membaca dan menilai skripsi ini.

6. Kedua orang tua saya, Ayahanda Sarjono (Alm.) dan Ibunda Hj. Darsini, yang penulis sayangi yang telah memberikan semangat baik berupa moril maupun materil.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan dari para pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Juli 2012 Penulis

Retno Pratiwi NIM: 100522013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

ABSTRACT……… ii

KATAPENGANTAR……….… iii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...… 1

1.2 Perumusan Masalah………...…... 7

1.3 Tujuan Penelitian.………...…….. 7

1.4 Manfaat Penelitian..………...……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis.………..…. 9

2.1.1 Kinerja SKPD Pemerintah.……….………...…... 9

2.1.2 Umpan Balik Anggaran.……….…….. 11

2.1.3 Pengaruh Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja SKPD... 15

2.1.4 Pengertian Dan Fungsi Anggaran……….. 17

2.1.4.1 Pengertian Anggaran……….……… 17

2.1.4.2 Fungsi Anggaran……….….…. 19

2.1.5 Jenis-Jenis Anggaran……….. 23

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………... 24

2.3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis………... 26

2.3.1 Kerangka Konseptual ……….…… 26

2.3.2 Hipotesis Penelitian………... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………...……... 29

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………...……… 29

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian………...…….. 30

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 32

3.4.1 Populasi Penelitian ……….. 32

3.4.2 Sampel Penelitian.……… 34

3.5 Jenis Data………...………. 35

3.6 Metode dan Prosedur Pengumpulan Data…….………….… 36

3.6.1 Metode Pengumpulan Data………... 36


(8)

3.7 Teknik Analisis Data……….…………... 36

3.7.1 Teknik Analisis Data………..………... 36

3.7.2 Pengujian Kualitas Data………...………… 37

3.7.2.1 Uji Reliabilitas………...………... 37

3.7.2.2 Uji Validitas………...……….. 38

3.7.3 Pengujian Asumsi Klasik……….……….. 38

3.7.3.1 Uji Normalitas Data……….…....…… 38

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas………...………… 39

3.7.4 Pengujian Hipotesis……….……… 40

3.7.4.1 Uji t………...…….. 40

3.7.4.2 Uji Koefisien Determinan (R2) ………. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………..…………... 42

4.1.1 Statistik Deskriptif Variabel Umpan Balik Anggaran (X)……….... 42

4.1.2 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Y)……… 44

4.2 Hasil Uji Kualitas Data ……… 47

4.2.1 Hasil Uji validitas dan reliabilitas Variabel Umpan Balik Anggaran (X)...… 47

4.2.2 Hasil Uji validitas dan reliabilitas Variabel Kinerja SKPD (Y)………..…. 48

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik……….………. 49

4.3.1 Hasil Uji Normalitas Data………... 50

4.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas………..……... 52

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 54

4.4.1 Hasil Uji t ……….……….. 55

4.4.2 Hasil Uji Koefisien Determinan (R2) ……….... 56

4.5 Pembahasan ……….…………... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….……….….... 60

5.2 Keterbatasan Penelitian………... 61

5.3 Saran………... 62

DAFTAR PUSTAKA……….... 63


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ……… 24

Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 30

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ……….…. 30

Tabel 3.3 Daftar Populasi Penelitian………... 32

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Umpan Balik Anggaran (X) …... 42

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Y) .………... 44

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Umpan Balik Anggaran ……….…….….... 47

Tabel 4.4 Hasil Uji Realibilitas Item Pertanyaan Variabel Umpan Balik Anggaran ……….……….… 48 Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD …... 48

Tabel 4.6 Hasil Uji Realibilitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD … 49

Tabel 4.7 One Sample Kolmogorov Smirnov Test ……….… 52

Tabel 4.8 Variabel Entered/Removed ………. 54

Tabel 4.9 Coefficient (a) ………. 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian ……….. 27

Gambar 4.1 Histogram ……… 50

Gambar 4.2 Normal P-P plot ………. 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Tabulasi Hasil Kuesioner Umpan Balik Anggaran……....… 66

Lampiran ii Tabulasi Hasil Kuesioner Kinerja SKPD ……….. 68

Lampiran iii Reliabilitas Umpan Balik Anggaran ………..……... 70

Lampiran iv Reliabilitas Kinerja SKPD ………. 71

Lampiran v Deskriptif ………..………. 73

Lampiran vi Hasil Uji Normalitas ……….. 74

Lampiran vii Regresi ………... 75

Lampiran viii Hasil Uji Heteroskedastisitas ………. 77

Lampiran ix Kuesioner Penelitian ……….. 78

Lampiran x Sejarah Singkat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara…... 81

Lampiran xi Visi dan Misi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara…….. 84

Lampiran xii Struktur Organisasi ……… 87


(12)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh umpan balik anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hipotesis dalam penelitian ini adalah umpan balik anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu dua minggu. Metode analisis yang digunakan adalah assosiatif kausal dengan menggunakan regresi linear sederhana. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji – t, dan

adjusted R2.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini juga menemukan pengaruh positif antara umpan balik anggaran terhadap kinerja SKPD. Nilai R Square adalah 0,088 yang berarti bahwa kinerja SKPD mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 8,8%, sedangkan sisanya 91,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.


(13)

ABSTRACT

The purpose of this study was to prove the effect of feedback on performance budgeting SKPD Provincial Government of North Sumatra. Formulation of the problem in this study is whether the feedback effect on the performance budgeting SKPD Provincial Government of North Sumatra. The hypothesis in this study is the feedback on the performance budgeting SKPD Provincial Government of North Sumatra.

Primary and secondary data collection through questionnaires distributed to respondents and quote after a period of two weeks. The analytical method used is associative causal by using simple linear regression. Testing the quality of data used is data validity and reliability testing. Test used is the classical assumption of normality test, and test heterokedastisitas. Testing the hypothesis test used is - t, and the adjusted R2.

These results indicate that a feedback effect on the performance of the budget SKPD Provincial Government of North Sumatra. The study also found positive effects of feedback on performance SKPD budget. R Square value is 0.088 which means that performance can be explained by SKPD independent variable at 8.8%, while the remaining 91.2% is explained by other factors not included in this study. Keywords: Budgetary Feedback, Performance SKPD


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan daerah. Pemerintahan daerah diharapkan semakin mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat yang bukan hanya terkait dengan pembiayaan, tetapi juga terkait dengan kemampuan pengelolaan daerah. Perubahan yang terjadi diantaranya terkait dengan proses pengelolaan keuangan daerah khususnya pada model penganggaran yang sebelumnya berbasis pada anggaran tradisional menjadi anggaran berbasis kinerja.

Menurut Byars (1984) kinerja merupakan hasil dari usaha seseorang yang telah dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Prestasi kerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Usaha merupakan hasil motivasi yang digunakan individu dalam menjalankan suatu tugas. Sedangkan kemampuan merupakan karakteristik individu yang digunakan dalam menjalankan suatu pekerjaan. Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada dasarnya adalah prestasi para anggota organisasi itu sendiri, mulai dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah. Menurut Kumorotomo (2005:103), kinerja organisasi publik adalah hasil akhir (outcome) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa informasi,


(15)

visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap kegiatan meliputi indikator perencanaan alokasi biaya (input), pencapaian hasil kerja

(output) dan hasil (outcomes). Penetapan indikator kinerja pada tingkat sasaran dan kegiatan merupakan prasyarat bagi pengukuran kinerja. Kriteria yang dipakai adalah target kinerja yang ditetapkan pada awal tahun melalui performance plan atau perencanaan kinerja yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan pada masa mendatang dalam hubungannya dengan pendapatan, arus kas, posisi keuangan dan rencana-rencana lainnya yang relevan dengan hal-hal tersebut (Tunggal, 1995:1). Target kinerja tersebut dibandingkan dengan realisasinya pada akhir tahun, sehingga diketahui celah kinerja/ perbedaan antara target kinerja dengan realisasinya dimana realisasi lebih rendah daripada target (performance gap). Selisih yang timbul akan dianalisis guna menetapkan strategi untuk peningkatan kinerja di masa datang (performance improvement).

Penggunaan anggaran merupakan konsep yang sering dipergunakan untuk melihat kinerja organisasi publik. Anggaran yang disusun harus dengan pendekatan kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia dicanangkan melalui pemberlakuan UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun anggaran 2005. Namun demikian, hingga saat ini masih sulit untuk melihat tolak ukur memadai yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah secara komprehensif. Padahal tolak ukur ini sangat diperlukan untuk menjadi pedoman,


(16)

baik bagi pemerintah sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja pemerintah daerah (Nordiawan, 2006:11).

Anggaran adalah ungkapan keuangan dari program kerja untuk mencapai sasaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Tunggal, 1995:1). Dalam proses penyusunan serta penggunaannya, anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi antar bagian yang mendorong adanya komunikasi dan kesatuan tindakan. Anggaran juga didefenisikan sebagai suatu rencana tindakan (plan of action) yang dinyatakan secara kuantitatif mengenai apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi perusahaan pada masa mendatang dalam hubungannya dengan pendapatan, arus kas, posisi keuangan dan rencana-rencana lainnya yang relevan dengan hal-hal tersebut. Siegel dan Marconi (1989) menegaskan bahwa anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia terutama bagi orang yang langsung terlibat dalam proses penganggaran. Informasi anggaran membantu manajemen puncak untuk mengevaluasi kinerja dari manajer fungsional dan mendistribusikan penghargaan (rewards) dan hukuman (punishments). Dalam konteks ini, keberadaan anggaran sebagai bagian penting dari perancangan sistem motivasi organisasi untuk meningkatkan sikap dan kinerja manajerial (Kenis, 1979). Penyimpangan anggaran sering disebut dengan senjangan anggaran. Penyebab terjadinya senjangan anggaran adalah akibat dari laporan anggaran yang bias karena bawahan memberikan informasi yang bias kepada atasan dengan cara melaporkan biaya yang lebih besar atau melaporkan pendapatan yang lebih rendah.


(17)

Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajer dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan umpan balik (feedback) diperlukan untuk mengukur aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja dan akuntabilitas pada pelaksanaan suatu rencana atau waktu mengimplementasikan suatu anggaran, sehingga manajemen dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan rencana atau pencapaian sasaran anggaran yang ditetapkan. Laporan keuangan meliputi laporan realisasi APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah (UU 17/2003 tentang Keuangan Negara). Untuk itu pemerintah daerah dituntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang handal. Jika sistem informasi akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah masih lemah, maka kualitas informasi yang dihasilkan sistem tersebut dapat menyesatkan bagi yang berkepentingan terutama dalam hal pengambilan keputusan. Menurut Kenis (1979) adanya umpan balik anggaran akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggaran. Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi.

Akuntabilitas adalah suatu wujud pertanggungjawaban dari suatu instansi pemerintah atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam waktu satu tahun yang disusun melalui media pelaporan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


(18)

Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk komitmen nyata Pemerintah dalam membangun Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang baik. Proses Kinerja Pemerintah diukur, dievaluasi, dianalisis dan dijabarkan dalam bentuk LAKIP. Penyusunan LAKIP dimaksud bertujuan untuk menggambarkan penerapan Rencana Strategis dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi di masing-masing perangkat daerah, serta keberhasilan pencapaian saat ini untuk percepatan dalam meningkatkan kualitas pencapaian kinerja yang diharapkan pada tahun yang akan datang. Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap indikator kinerja sasaran dengan realisasinya.

Organisasi pemerintahan memberikan perhatian yang semakin besar dalam bidang penganggaran. Selain itu, minat publik semakin meningkat pula pada proses pertanggungjawaban dan penyelenggaraan pemerintah daerah semenjak berlangsungnya era otonomi daerah. Dengan kondisi ini pemahaman pada konsep anggaran daerah (APBD) semakin menjadi kebutuhan. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan anggaran banyak dikaitkan dengan bagaimana arah dan alokasi APBD dibuat serta bagaimana pelaksanaannya di lapangan (Yuwono, Indrajaya, dan Hariyandi, 2005:1).

Penetapan UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah daerah Nordiawan (2006:9). Selanjutnya, UU ini diganti dan disempurnakan


(19)

dengan UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004. Kedua undang-undang tersebut telah merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah pusat) ke pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD). UU No 33/2004, ps 72 dan PP 58, ps 36 menyaakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), bisa Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya, harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang kemudian disebut RKA SKPD. Realisasi APBD, RKA SKPD merupakan basis bagi manajer (pimpinan aparatur) SKPD dalam menjalankan tanggung jawab kinerjanya.

Kenis (1979) mengatakan terdapat beberapa karakteristik sistem penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah umpan balik anggaran yang mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi, dan motivasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial. Umpan balik terhadap tingkat sasaran anggaran yang dicapai merupakan salah satu variabel penting untuk memberikan motivasi (Kenis, 1979). Jika anggota organisasi tidak mengetahui hasil dari usahanya, berarti mereka tidak punya dasar untuk menentukan usahanya sukses atau gagal. Dengan demikian tidak akan mendorong anggota organisasi untuk meningkatkan prestasinya. Kemungkinan lain para anggota organisasi akan merasa tidak puas (Siregar dan Dalimunthe, 1994:79).

Dari lima karakteristik sistem penganggaran dilakukan oleh Kenis (1979) hanya satu dimensi sistem penganggaran yang diuji, yaitu umpan balik anggaran. Penelitian ini dianalogikan dengan dasar hipotesis yang dikembangkan oleh Kenis (1979), bahwa umpan balik anggaran akan mempunyai pengaruh positif terhadap


(20)

motivasi manajer yang selanjutnya juga akan mempengaruhi secara positif sikap dan perilaku manajer yang tercermin dalam kinerja mereka.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: “apakah umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umpan balik anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir, dan memperdalam pengetahuan penulis mengenai hubungan umpan balik anggaran dan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,

2. bagi SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini menjadi bahan referensi dan informasi untuk perbaikan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di masa yang akan datang,

3. bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan referensi dan gambaran dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Kinerja SKPD Pemerintah

SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) merupakan pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas entitasnya, misalnya: dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas pemuda dan olahraga dan lainnya. Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik adalah hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Mahsun (2006:198), mengungkapkan bahwa:

pengukuran kinerja pemerintah daerah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap satuan kerja adalah pusat pertanggungjawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian perumuan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua Satun Kerja yang ada. Namun demikian, dengan pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifiksian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.

Bastian (2006:267), “indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs),


(23)

keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak

(impacts)”.

Lebih lanjut Bastian (2006:267) menjelaskan bahwa syarat-syarat indikator kinerja adalah sebagai berikut:

a. spesifikasi jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi, b. dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif dan relevan,

c. dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat serta dampak, d. harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian

pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan efektif.

Whittaker (1993) dalam Bastian (2006: 274) mengungkapkan “pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Lain halnya menurut Bastian (2006: 276), “aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja adalah aspek finansial, kepuasam pelanggan, operasi dan bisnis interal, kepuasan pegawai, kepuasan komunitas dan shareholders, serta waktu”. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka penyusunan anggaran dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, akan tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas (Nordiawan, 2006).


(24)

2.1.2 Umpan Balik Anggaran

Akuntansi keuangan (pemerintahan) daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapatkan perhatian besar dari berbagai pihak semenjak Reformasi Tahun 1998. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan baru dari Pemerintah Republik Indonesia yang “mereformasi” berbagai hal, termasuk pengelolaan keuangan daerah. Laporan kinerja sebaiknya dilengkapi dengan informasi umpan balik kepada manajer atau atasan mengenai pencapaian kerjanya. Informasi umpan balik ini bukan merupakan akhir suatu proses yang berkesinambungan (continous process), karena informasi umpan balik tersebut digunakan sebagai masukan untuk perencanaan. Karyawan memiliki keinginan untuk mendapatkan umpan balik. Begitu juga dengan manajer yang menjalankan organisasi dengan baik akan menindaklanjuti penetapan tujuan dengan program umpan balik untuk memberikan landasan yang rasional untuk penyesuaian dan perbaikan. Umpan balik yang buruk atau tidak mencukupi adalah penyebab utama dari prestasi yang tidak efisien.

Umpan balik memiliki dua fungsi bagi orang-orang yang menerimanya, yang pertama berkaitan dengan instruksi dan kedua adalah berkaitan dengan motivasi. Umpan balik memberikan instruksi pada saat memperjelas peran atau melakukan sesuatu yang baru. Sebagai contoh, seorang asisten akuntan mungkin disarankan untuk menangani pemasukan modal dari pada suatu item pengeluarannya. Di sisi lain, umpan balik memotivasi pada saat terdapat penghargaan atau menjanjikan suatu


(25)

penghargaan. Dengan adanya pernyataan dari pimpinan Anda bahwa proyek sulit yang baru saja selesai Anda kerjakan dapat menjadi suatu berita penghargaan. Sebagaimana yang dicatat dalam suatu penelitian, bahwa fungsi umpan balik yang berkaitan dengan motivasi dapat meningkatkan motivasi secara signifikan bila tujuan yang khusus dan menantang akan mendapatkan umpan balik yang khusus. Semakin banyak umpan balik di dalam organisasi maka semakin baik yang diterima oleh anggota.

Umpan balik dalam berbagai bentuk memperlihatkan tanda positif atau negatif. Secara umum, orang cenderung merasakan dan mengingat umpan balik positif secara lebih akurat daripada umpan balik negatif. Tetapi, umpan balik yang negatif (misalnya pemberitahuan bahwa prestasi seseorang di bawah rata-rata) dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi. Bahkan, dalam suatu penelitian, seorang yang diberitahu bahwa mereka di bawah rata-rata pada suatu pengujian kreativitas berturut-turut tampaknya menggunakan umpan balik negatif tersebut sebagai tantangan untuk menetapkan dan mengejar tujuan yang lebih tinggi. Orang yang menerima umpan balik positif tampaknya kurang termotivasi untuk berbuat lebih baik.

Umumnya setiap pekerja selalu ingin mengetahui sampai sejauh mana hasil kerjanya dari waktu ke waktu. Begitu juga dengan manajer pusat pertanggungjawaban. Tanpa umpan balik sulit bagi manajer untuk memperbaiki atua meningkatkan prestasinya, sebab manajer tidak tahu sudah sampai sejauh mana hasil kerjanya. Dengan umpan balik, manajer pusat pertanggungjawaban dapat menganalisis hasil kerjanya dengan


(26)

membandingkan realisasi dengan anggaran. Dengan umpan balik manajer dapat mengetahui kemampuan kerjanya. Bagi manajer pusat pertanggungjawaban, umpan balik merupakan pengakuan atas prestasinya, tanpa pengakuan akan menyebabkan ketidakpuasan bagi manajer pusat pertanggungjawaban. Kemajuan dan pengakuan merupakan unsur pemuas dalam teori ketidakpuasan Herzberg (Hezberg: 1959 dalam Siregar dan Dalimunthe 1994: 80).

Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri nomor 13 tahun 2006 membuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah atau unit kerja. Secara umum dapat diterangkan bahwa anggaran daerah disusun berdasarkan rencana kerja daerah yang telah disusun baik rencana kerja jangka panjang (RPJP), rencana kerja jangka menengah (RPJM), dan rencana kerja pembangunan daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun berdasarkan rencana jangka menengah SKPD yang sering disebut renstra SKPD. Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana kerja (renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara rapat para anggota SKPD serta mengacu kepada RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang.


(27)

Menurut Permendagri No. 59 tahun 2007 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran mempunyai tugas-tugas yang terdapat pada Pasal 11 ayat (3a), yaitu:

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja,

b. melaksanakan anggaran anggaran unit kerja yang dipimpinnya, c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran, d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam

batas anggaran yang telah ditetapkan, e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU,

f. mengawasi pelaksanaan unit kerja yang dipimpinnya, dan

g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

Selanjutnya, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas dapat melimpahkan sebagian/seluruh kewenangannya kepada unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pelimpahan sebagian kewenangannya sebagaimana tersebut sebelumnya berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, komptensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh penggunaan anggaran. PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagia acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan


(28)

DPRD. Rencana kerja dan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanan dan penganggarn yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

2.1.3 Pengaruh Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja SKPD

Umpan balik anggaran dapat meningkatkan kinerja manajerial, sedangkan tidak adanya umpan balik akan mengakibatkan ketidakpuasan para pelaksana anggota organisasi, yang berakibat pada penurunan kinerja. Manajer yang bekerja tanpa adanya umpan balik akan dihadapkan pada tingginya ketidakpastian atas pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan landasan teori dan temuan empiris di atas, maka umpan balik tujuan anggaran diharapkan akan meningkatkan kinerja individu yang terlibat di dalamnya.

Umpan balik anggaran memiliki maksud bahwa adanya komunikasi informasi mengenai rencana dan hasil yang dicapai kepada bawahan yang diukur prestasinya. Secara formal umpan balik ini diwujudkan dalam laporan prestasi kerja. Laporan prestasi kerja umumnya disampaikan segera setelah pelaksanaan berakhir, dengan maksud agar karyawan yang bersangkutan tidak melakukan kesalahan yang sama. Dengan demikian diharapkan prestasi pada periode berikutnya dapat ditingkatkan.


(29)

Umpan balik anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan sejauh mana sasaran anggaran telah tercapai. Umpan balik merupakan variabel motivasi yang penting untuk diketahui para anggota organisasi. Jika anggota organisasi tidak mengetahui hasil dari usahanya, berarti mereka tidak punya dasar untuk menentukan usahanya sukses atau gagal. Dengan demikian tidak akan mendorong anggota organisasi untuk meningkatkan prestasinya. Kemungkinan lain para anggota organisasi akan merasa tidak puas. Hasil penelitian Steers (1975), Kim dan Hammer (1976), menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara umpan balik dan prestasi kerja. (Hasan Sakti dan M.Lian, 1994:79)

Umpan balik merupakan salah satu persyaratan yang cukup penting dalam proses pengendalian pelaksanaan suatu kegiatan. Umpan balik juga dapat mendorong motivasi pelasanaan anggaran berikutnya, umpan balik anggaran dapat menunjukkan sejauh mana sasaran anggaran telah dicapai. Apabila pelaksana anggaran tidak mengetahui hasil usahanya, maka tidak akan memiliki pegangan dalam menilai sesuai atau tidaknya suatu pekerjaan yang sedang dilakukan dengan kriteria yang ditetapkan. Dengan umpan balik anggaran maka dapat menimbulkan motivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi.


(30)

2.1.4 Pengertian dan Fungsi Anggaran 2.1.4.1 Pengertian Anggaran

Penganggaran ialah proses ungkapan keuangan dari program kerja untuk mencapai sasaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Tunggal, 1995:1). Dalam proses penyusunan serta penggunaannya, anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi antar bagian yang mendorong adanya komunikasi dan kesatuan tindakan. Anggaran juga didefenisikan sebagai suatu rencana tindakan (plan of action) yang dinyatakan secara kuantitatif mengenai apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi perusahaan pada masa mendatang dalam hubungannya dengan pendapatan, arus kas, posisi keuangan dan rencana-rencana lainnya yang relevan dengan hal-hal tersebut.

Istilah penganggaran (budgeting) sudah tidak asing lagi bagi mereka yang biasa berkecimpung dalam organisasi, termasuk organisasi pemerintahan. Sebagai bagian dari fungsi perencanaan, sebagian besar organisasi modern sudah terbiasa melakukan perencanaan, termasuk perencanaan keuangan (anggaran). Saat ini, organisasi pemerintahan memberikan perhatian yang semakin besar dalam bidang penganggaran. Selain itu, minat publik semakin meningkat pula pada proses pertanggungjawaban dan penyelenggaraan pemerintah daerah semenjak berlangsungnya era otonomi daerah. Dengan kondisi ini pemahaman pada konsep anggaran daerah (APBD) semakin menjadi kebutuhan. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan anggaran banyak dikaitkan dengan bagaimana


(31)

arah dan alokasi APBD dibuat serta bagaimana pelaksanaannya di lapangan.

Peraturan pemerintah No 24 Tahun 2005, “anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode” (Nordiawan, 2006:11). Sumber lain menyebutkan, “anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis” (Rudianto, 2009: 3). Menurut Bastian (2006:163) anggaran adalah pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Freeman (2003) dalam Nordiawan (2006:48) anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Dari pengertian - pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran adalah berisi rencana – rencana kerja organisasi di masa mendatang dan perkiraan penerimaan dan pengeluaran terjadi dalam satu periode mendatang.


(32)

2.1.4.2 Fungsi Anggaran

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama menurut Rudianto (2009:5) antara lain sebagai: alat perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengendalian.

1) Anggaran sebagai Alat Perencanaan

Anggaran sebagai alat perencanaan di dalam fungsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dihasilkan dan dicapai organisasi di masa mendatang, dan dalam fungsi ini ditetapkan tujuan jangka panjang, jangka pendek, sasaran yang ingin di capai, strategi yang akan digunakan dan sebagainya. 2) Anggaran sebagai Alat Pengorganisasian

Anggaran sebagai alat pengorganisasian berfungsi untuk sesuatu yang ingin dihasilkan dan dicapai organisasi dimasa depan telah ditetapkan, maka organisasi harus mencari sumber daya yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana yang telah ditetapkan tersebut.

3) Anggaran sebagai Alat Menggerakkan

Anggaran sebagai alat menggerakkan berfungsi untuk sumber daya yang dibutuhkan diperoleh, maka tugas manajemen selanjutnya adalah mengarahkan dan mengelola setiap sumber daya yang telah dimiliki organisasi tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing.


(33)

4) Anggaran sebagai Alat Pengendalian

Anggaran sebagai alat pengendalian digunakan untuk berkaitan erat dengan upaya untuk menjamin bahwa setiap sumber daya organisasi telah bekerja dengan efisien dan efektif.

Menurut Nordiawan (2006 :48) beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik antara lain sebagai: alat perencanaan, pengendalian, kebijakan, politik, koordinasi dan komunikasi, penilai kinerja, serta komunikasi.

1) Anggaran sebagai alat perencanaan

Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan yang dibuat.

2) Anggaran sebagai alat pengendalian

Dengan adanya anggaran organisasi sektor public dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar

(overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).

3) Anggaran sebagai alat kebijkan

Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.


(34)

4) Anggaran sebagai alat politik

Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan.

5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran komprehensif sebuah bagian unit atau kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian / unit kerja lainnya.

6) Anggaran sebagai alat penilai kinerja

Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu unit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya. 7) Anggaran sebagai alat komunikasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian.


(35)

Menurut Yuwono, Indrajaya, dan Hariyandi (2005:30) penganggaran memiliki fungsi perencanaan, fungsi koordinasi dan komunikasi, fungsi motivasi, fungsi pengendalian dan evaluasi dan fungsi pembelajaran. Dalam fungsi perencanaan, penganggaran memaksa manajemen untuk merencanakan masa depan dalam aspek keuangan. Dengan demikian, manajemen dilatih untuk terbiasa dalam simulasi dan analisis aspek keuangan. Fungsi koordinasi dan komunikasi mengomunikasikan rencana organisasi kepada setiap karyawan dan tindakan berbagai unit dalam organisasi agar dapat bekerja secara bersama dan serentak ke arah pencapaian tujuan. Koordinasi menjadi penting, mengingat bahwa setiap individu di dalam organisasi mungkin mempunyai kepentingan dan persepsi yang berbeda terhadap tujuan organisasi. Fungsi motivasi anggaran berfungsi pula sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Memotivasi para pelaksana dapat didorong dengan pemberian insentif dalam bentuk uang, penghargaan, dan sebagainya kepada mereka yang mencapai prestasi. Fungsi pengendalian dan evaluasi anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian kegiatan karena anggaran yang sudah disetujui merupakan komitmen dari para jajaran manajemen yang ikut berperan serta dalam penyusunan anggaran tersebut. Pengendalian merupakan upaya untuk memastikan laju organisasi selalu dalam track-nya. Cara sederhana yang bisa dilakukan yakni dengan membandingkan secara kontinu antara rencana dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan


(36)

yang timbul. Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi dan umpan balik untuk perbaikan masa yang akan datang dan fungsi pembelajaran anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenal bagaimana bekerja secara rinci pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban lain di dalam organisasi yang bersangkutan. 2.1.5 Jenis-Jenis Anggaran

Menurut Nordiawan (2006:50) jenis anggaran sektor publik terbagi lima berdasarkan jenis aktiva yaitu anggaran operasional dan anggaran modal, berdasarkan status hukumnya anggaran tentatif dan anggaran enacted, berdasarkan pemerintahan, kekayaan negara/dana anggaran dana umum dan anggaran dana khusus, anggaran tetap dan anggaran fleksibel, berdasarkan penyusunnya anggaran eksekutif dan anggaran legislatif.

1. Anggaran Operasional dan Anggaran Modal

Anggaran operasional adalah digunakan untuk merencanakan kebutuhan dalam menjalankan operasi sehari-hari (waktu satu tahun), sedangkan anggaran modal adalah menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya.

2. Anggaran Tentatif dan Anggaran Enacted

Anggaran tentatif adalah anggaran yang tidak memerlukan pengesahan dari lembaga legislatif karena kemunculannya yang di picu oleh hal-hal yang tidak di rencanakan sebelumnya, sedangkan anggaran enacted adalah anggaran yang di rencanakan kemudian di bahas dan di setujui oleh lembaga legislatif.

3. Anggaran Dana Umum dan Anggaran Dana Khusus

Anggaran dana umum adalah di gunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang bersifat umum dan sehari- hari, sedangkan anggaran dana khusus adalah di cadangkan atau dialokasikan khusus untuk tujuan tertentu.

4. Anggaran Tetap dan Anggaran Fleksibel

Anggaran tetap adalah apropriasi belanja sudah di tentukan jumlahnya di awal tahun anggaran, jumlah tersebut tidak boleh di lampauin meskipun ada peningkatan jumlah kegiatan yang di lakukan, sedangkan anggaran fleksibel adalah harga barang atau jasa per unit telah di tetapkan namun jumlah anggaran keseluruhan akan berfluktuasi berpengaruh pada banyaknya kegiatan yang di lakukan.


(37)

5. Anggaran Eksekutif dan Anggaran Legislatif

Anggaran eksekutif adalah anggaran yang di susun oleh lembaga eksekutif, dalam hal ini pemerintah, sedangkan anggaran legislatif adalah anggaran yang di susun oleh lembaga legislatif tanpa keterlibatan pihak eksekutif.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Peneliti Variabel Peneliti Hasil Penelitian Agus Andi

Setiawan (2010)

Variabel Independen: Umpan Balik dan Kejelasan Sasaran Anggaran

Variabel Dependen: Kinerja Manajerial

1. Terdapat pengaruh positif umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

2. Kejelasan sasaran anggaran mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Dimas Baifulis Wicaksono (2009) Variabel Independen: Partisipasi Anggaran, Kejelasan Tujuan Anggaran, Umpan Balik Anggaran, Evaluasi Anggaran dan Kesulitan Tujuan Anggaran

Variabel Dependen: Kinerja Manajerial

1. Ada pengaruh antara variabel partisipasi anggaran terhadap kinerja aparatur daerah.

2. Ada pengaruh yang sangat berarti variabel kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja aparatur daerah.

3. Ada pengaruh yang sangat berarti umpan balik anggaran terhadap kinerja aparatur daerah.

4. Ada pengaruh yang sangat berarti evaluasi anggaran terhadap kinerja aparatur daerah.

5. Ada pengaruh yang sangat berarti kesulitan tujuan anggaran terhadap kinerja aparatur daerah.

Ilham Rajasa Nasution (2006) Variabel Independen: Partisipasi Anggaran dan Motivasi Pegawai Variabel Dependen: Kinerja Manajerial

1. Partisipasi anggaran berpengaruh negatif dengan kinerja manajerial.

2. Motivasi anggaran berpengaruh positif dengan kinerja manajerial.


(38)

Peneliti Setiawan (2010) melakukan studi empiris pada Pejabat Eselon III dan IV di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini menghubungkan dua variabel independen yaitu umpan balik dan kejelasan sasaran anggaran dengan satu variabel dependennya kinerja manajerial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umpan balik anggaran dan kinerja manajerial secara langsung dan terdapat pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap hubungan antara umpan balik anggaran dan kinerja manajerial.

Wicaksono (2009) melakukan penelitian pada Aparat Pemerintah di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan dan variabel dependen kinerja manajerial. Teknik pengambilan sampelnya dengan cara Purposive Sampling

yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yaitu tidak hanya pada lamanya responden aparatur pemerintah daerah Semarang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparatur daerah.

Nasution (2006) melakukan penelitian pada pegawai SKPD Pemerintah Kota Binjai. Penelitian ini menghubungkan dua variabel independennya yaitu partisipasi anggaran dan motivasi pegawai dengan satu variabel dependennya kinerja manajerial, bahwa partisipasi anggaran mempunyai pengaruh negatif


(39)

terhadap kinerja manejerial sedangkan motivasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manejerial.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu Wicaksono (2009) yang menguji pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan terhadap kinerja manajerial. Perbedaan penelitian ini menggunakan lima variabel independen yang salah satunya mengenai umpan balik tujuan anggaran, oleh karena itu penelitian sebelumnya dilakukan pada 45 SKPD pada Pemko Binjai dengan menyerahkan kuesioner kepada 95 pegawai, peneliti ingin menguji ulang pengaruh umpan balik tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Provinsi Sumatera Utara, agar bisa melihat konsistensi hasil penelitian sebelumnya.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.


(40)

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori umpan balik anggaran menggambarkan seberapa jauh tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab tercapai Kenis (1979) dalam Suyanto (2011:2) dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta satu variabel independen yaitu umpan balik anggaran. Berikut ini gambar kerangka konseptual dari penelitian yang saya lakukan.

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian

Secara teoritis umpan balik anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan sejauh mana sasaran anggaran telah tercapai. Umpan balik merupakan variabel motivasi yang penting untuk diketahui para anggota organisasi. Jika anggota organisasi tidak mengetahui hasil dari usahanya, berarti mereka tidak punya dasar untuk menentukan usahanya sukses atua gagal. Dengan demikian tidak akan mendorong anggota organisasi untuk meningkatkan prestasinya. Kemungkinan lain para anggota organisasi akan merasa tidak puas (Dalimunthe dan Siregar, 1994:79). Adanya umpan balik anggaran mempunyai pengaruh yang kuat terhadap prestasi kerja, mengatur perilaku, dan kepuasan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah

UMPAN BALIK TUJUAN ANGGARAN

(X)

KINERJA SKPD PEMPROVSU


(41)

dilakukan sebelumnya bahwa umpan balik anggaran berpengaruh positif terhadap prestasi kerja dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Y) itu sendiri dapat dipengaruhi oleh umpan balik tujuan anggaran (X), dan dari alasan-alasan logis bahwa umpan balik anggaran adalah dimana tujuan anggaran tersebut harus disampaikan dan dianalisis hasil kerjanya oleh pihak yang bertindak terhadap pencapaian tujuan anggaran. Tanpa adanya umpan balik akan sulit bagi manajer untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasinya, sebab manajer tidak tahu sudah sampai sejauh mana hasil kerjanya. Dengan umpan balik manajer pusat pertanggungjawaban dapat menganalisis hasil kerjanya dengan membandingkan realisasi dengan anggaran. Dengan umpan balik manajer dapat mengetahui kemajuan kerjanya. Bagi manajer pusat, umpan balik merupakan pengakuan atas prestasinya, tanpa pengakuan akan menyebabkan ketidakpuasan bagi atasan.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis yaitu umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan apakah ada pengaruh antara umpan balik anggaran sebagai variabel independen terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel dependen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk keperluan dalam penelitian, penulis melakukan riset pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Dalam melakukan penelitian, waktu penelitian yang dilakukan adalah selama lima bulan. Untuk mempermudah, waktu penelitian yang penulis lakukan dapat dilihat pada tabel 3.1. Penelitian dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang ada di kota Medan.


(43)

Tabel 3.1

Tahapan Penelitian

Jan 2011 Feb 2011 Mar 2012 Apr 2012 Mei 2012

Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Bimbingan dan Penyelesaian Skripsi

Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti 2012

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Berikut ini dapat dilihat dalam tabel mengenai definisi operasional dan pengukuran masing-masing variabel penelitian.

Tabel 3.2

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Dependen:

Kinerja SPKD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Seberapa jauh kemampuan individu tersebut dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi, perwakilan dan kinerja.

Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney T.A, Jerdee T.H dan S.J Karol (1963) yang terdiri dari sembilan pertanyaan dengan 9 skala likert.

Interval

Independen: Umpan Balik Anggaran

Pencapaian tujuan anggaran saya diberi banyak umpan balik, Saya diberi sejumlah

Menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan


(44)

umpan balik dan pedoman mengenai penyimpangan anggaran, Atasan saya memberi tahu sebarapa baik saya kerja untuk mencapai tujuan anggaran saya.

oleh Kennis, Izzetin (1979), yang terdiri dari tiga pertanyaan dengan 3 skala likert.

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel dependen dan variabel umpan balik anggaran sebagai variabel independen.

Variabel kinerja SKPD Pemerintah sebagai variabel dependen diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney et. al (1963:12), meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, pengaturan, staffing, perwakilan, pengawasan, dan evaluasi. Variabel umpan balik anggaran sebagai variabel independen diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Kenis (1979), meliput i: Pencapaian tujuan anggaran saya diberi banyak umpan balik, Saya diberi sejumlah umpan balik dan pedoman mengenai penyimpangan anggaran, Atasan saya memberi tahu sebarapa baik saya kerja untuk mencapai tujuan anggaran saya.


(45)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan (Helmi, 2008:128). Penelitian ini menggunakan instansi perangkat daerah sebagai unit analisis. Rincian SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sejumlah 45 responden yang bertanda centang, sedangkan yang bertanda silang tidak termasuk dalam responden yang dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

No SKPD Keterangan

1. Sekretariat Daerah X

2. Sekretariat DPRD X

3. Biro Pemerintahan Umum 

4. Biro Otonomi Daerah 

5. Biro Organisasi dan Tata Laksana 

6. Biro Perekonomian 

7. Biro Administrasi Pembangunan 

8. Biro Hukum 

9. Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial  10. Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak & KB 

11. Biro Umum 

12. Biro Perlengkapan & Pengelolaan Aset 


(46)

14. Inspektorat Provinsi 

15. Bappeda 

16. Badan Diklat 

17. Badan Lingkumgan Hidup 

18. Badan Penanaman Modal dan Promosi  19. Badan Penelitian dan Pengembangan 

20. Badan Kepegawaian Daerah 

21. Badan Pemberdayaan Masyarakat  22. Badan Kesatuan Bangsa dan Linmas 

23. Badan Ketahanan Pangan 

24. Badan Perpus, Arsip, dan Dokumentasi  25. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu  26. Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan

27. Badan Penanggulangan Bencana Daerah X

28. Kantor Penghubung X

29. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja  30. Komisi Penyiaran Daerah Indonesi Daerah  31. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi  32. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman 

33. Dinas Kesehatan 

34. Dinas Pendidikan 

35. Dinas Kesejahteraan dan Sosial  36. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 

37. Dinas Kehutanan 


(47)

39. Dinas Perhubungan  40. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 

41. Dinas Koperasi dan UKM 

42. Dinas Bina Marga 

43. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air 

44. Dinas Pendapatan 

45. Dinas Pemuda Olah Raga X

46. Dinas Perkebunan 

47. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan  48. Dinas Kelautan dan Perikanan  49. Dinas Komunikasi dan Informasi 

50. Dinas Pertanian 

51. Rumah Sakit Jiwa Daerah X

Sumber : Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 2011

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Helmi, 2008:125). Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sensus, dimana informasi dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Semua populasi dijadikan sampel, yang menjadi responden adalah Staf seperti Biro, Badan, Kantor, Dinas yang ada di masing-masing SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(48)

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin:

n

=

Dimana :

n : jumlah sampel N: jumlah populasi

e : % kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel yang masih ditolerir

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel:

n

=

n = 45,23 (dibulatkan menjadi 45)

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian ini berjumlah 45 responden.

3.5 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer berupa jawaban atas kuesioner yang diberikan. Kuesioner diambil dari penelitan sebelumnya yang telah teruji. Instrumen dalam kuesioner umpan balik anggaran diadopsi dari Kenis (1979), dan kuesioner kinerja diadopsi dari Mahoney (1979). Data sekunder yang digunakan berupa data yang telah diolah yang diperoleh dari pemerintah seperti sejarah ringkas Pemerintahan Sumatera Utara. Dimensi waktu penelitian adalah cross sectional yaitu melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel.


(49)

3.6 Metode dan Prosedur Pengumpulan Data 3.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kuesioner dan teknik wawancara. Kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap responden.

3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data atau pengiriman kuesioner ke responden dikumpul setelah 4 minggu. jika ada responden yang belum mengumpulkan kuesioner maka mereka diberikan waktu 2 hari. Setelah kuesioner dikembalikan, maka peneliti mengolah data yang telah terkumpul.

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif mengenai variabel penelitian, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Untuk memberikan gambaran tentang variabel penelitian yaitu umpan balik anggaran dan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, peneliti menggunakan tabel statistik deskriptif, yang menggambarkan mean, standar deviasi, jumlah jawaban keseluruhan dari responden serta jumlah jawaban minimum dan maksimum. Untuk menguji hipotesis, metode analisis data


(50)

yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Sederhana, karena menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen. Disamping itu, metode analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Dalam menganalisis data, digunakan program SPSS

(Statistic Product and Service Solution) release 17. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis, dengan formulasi sebagai berikut :

Keterangan

Y = Kinerja SKPD a = Konstanta

X = Umpan balik anggaran b = Koefisien regresi

e = Tingkat kesalahan pengganggu

3.7.2 Pengujian Kualitas Data 3.7.2.1 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten. Tujuan pengujian ini untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan dengan koefisien cronbach alpha. “Suatu konstruk atau variabel dikatakan


(51)

reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6” Nunnally (1960:45) dalam Ghozali (2006:45). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

3.7.2.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:49). Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut ini.

1) Jika r hitung positif r hitung > r table maka butir pertanyaan tersebut valid,

2) Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

3.7.3 Pengujian Asumsi Klasik 3.7.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan. Jika data yang diperoleh itu terdistribusi normal dan variansinya sama, maka pengujian


(52)

hipotesis dilakukan dengan alat statistik parametrik. Jika data yang diperoleh itu tidak terdistribusi normal atau variansinya tidak sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik nonparametik. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data. Karakteristik grafik histogram adalah bahwa pada grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng

(skewness) ke kiri dan tidak normal, sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya agak jauh dari garis diagonal. Pengujian normalitas data juga dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Jika tingkat signifikannya lebih besar dari 0,05, maka data itu terdistribusi normal. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal (Ghozali, 2006:147).

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:125). Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Jika ada pola tertentu itu maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas.


(53)

Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada kedua uji di atas, sedangkan uji autokorelasi dan uji miltikolinearilitas tidak digunakan. Hal ini dikarenakan menurut (Ghozali, 2006:160) uji autokorelasi hanya digunakan untuk data penelitian yang berdimensi waktu timeseries, sedangkan uji multikolinearilitas digunakan untuk penelitian yang menggunakan lebih dari satu variabel independen.

3.7.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi sederhana.

3.7.4.1 Uji Signifikan t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006:88). Berikut ini bentuk pengujiannya.

- Ho: b1 = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

- Ha: b1 ≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.


(54)

- Kriteria pengambilan keputusan: jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima dan jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak.

3.7.4.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:87). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2≤ 1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Pembahasan pada bab ini adalah hasil dari studi lapangan untuk memperoleh data dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, yaitu umpan balik anggaran dan kinerja. Kemudian dilanjutkan analisis data dengan statistik deskriptif mengenai variabel penelitian, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Untuk memberikan gambaran tentang variabel penelitian, peneliti menggunakan tabel statistik deskriptif, yang menggambarkan mean, standar deviasi, jumlah jawaban keseluruhan dari responden serta jumlah jawaban minimum dan maksimum.

4.1.1 Statistik Deskriptif Variabel Umpan Balik Anggaran (X) Tabel 4.1

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pertanyaan 1 45 2 5 4.02 .753

Pertanyaan 2 45 2 5 3.82 .911

Pertanyaan 3 45 2 5 4.13 .756

Valid N (listwise)


(56)

Berikut ini deskripsi tabel 4.1 mengenai statistik deskriptif variabel umpan balik anggaran.

1) Jawaban terhadap pertanyaan pertama, yang berkaitan dengan seberapa banyak pemberian umpan balik pegawai SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam pencapaian tujuan anggaran. Jawaban terendah adalah 2, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 4.02. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 0,753 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier. Dikatakan

outlier apabila data tersebut nilainya lebih besar dari 2,5 standar deviasi.

2) Jawaban terhadap pertanyaan kedua, yang berkaitan dengan seberapa besar pengaruh umpan balik dan pedoman pegawai SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara mengenai penyimpangan anggaran. Jawaban terendah adalah 2, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 3.82. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 0,911 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

3) Jawaban terhadap pertanyaan ketiga, yang berkaitan dengan seberapa baik pegawai SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara bekerja dalam pencapaian tujuan anggaran. Jawaban terendah adalah 2, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 4.13. Hal ini menunjukkan


(57)

bahwa para pegawai memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 0,756 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

4.1.2 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Y)

Tabel 4.2

Berikut ini deskripsi tabel 4.2 mengenai statistik deskriptif variabel kinerja.

1) Jawaban terhadap pertanyaan pertama, yang berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan perencanaan. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,8444. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang rata-rata. Nilai standar deviasi sebesar 0,97597 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KS1 45 4.00 8.00 6.8444 .97597

KS2 45 5.00 9.00 7.1778 .74739

KS3 45 5.00 9.00 7.2889 .94441

KS4 45 5.00 9.00 7.2222 .92660

KS5 45 5.00 9.00 7.4444 .98985

KS6 45 1.00 9.00 6.6000 1.46784

KS7 45 1.00 9.00 6.5333 1.50151

KS8 45 2.00 9.00 7.1333 1.30732

KS9 45 5.00 9.00 7.4000 .83666

Valid N


(58)

2) Jawaban terhadap pertanyaan kedua, yang berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan investigasi. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,1778. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,74739 menunjukkan bahwa tidak terdapat jawaban yang outlier.

3) Jawaban terhadap pertanyaan ketiga, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan koordinasi. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,2889. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,94441 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

4) Jawaban terhadap pertanyaan keempat, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan evaluasi. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,2222. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,92660 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

5) Jawaban terhadap pertanyaan kelima, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di


(59)

Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan pengawasan. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,4444. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,98985 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

6) Jawaban terhadap pertanyaan keenam, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utar dalam melakukan staffing. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,6000. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang rata-rata. Nilai standar deviasi sebesar 1,46788 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

7) Jawaban terhadap pertanyaan ketujuh, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan negosiasi. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,5333. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang rata-rata. Nilai standar deviasi sebesar 1,50151 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

8) Jawaban terhadap pertanyaan kedelapan, yang berkaitan dengan seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan perwakilan. Jawaban terendah adalah 2, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,1333.


(60)

Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 1,30732 menunjukkan bahwa tidak ada jawaban yang bersifat ekstrim, dan tidak terdapat data yang

outlier.

9) Jawaban terhadap pertanyaan kesembilan, yang berkaitan dengan seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera dalam mengevaluasi kinerja secara menyeluruh. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,4000. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,83666 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

4.2 Hasil Uji Kualitas Data

Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner diadopsi dari Mahoney dkk (1979).

4.2.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Umpan Balik Anggaran (X)

Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item pertanyaan variabel umpan balik anggaran.

Tabel 4.3

Item r-hitung r-tabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,627 0,294 Valid

Pertanyaan 2 0,668 0,294 Valid


(61)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel 4.3, ketiga item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-tabel. Hal ini berarti ketiga pertanyaan mampu mengukur partisipasi responden dalam tujuan anggaran. Berdasarkan hasil ini maka item pertanyaan variabel umpan balik anggaran dapat disimpulkan lolos uji validitas. Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan variabel umpan balik anggaran.

Tabel 4.4 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.765 3

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka-angka Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,765, berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

4.2.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja SKPD (Y)

Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item pertanyaan variabel kinerja SKPD.

Tabel 4.5

Item r-hitung r- table Keterangan

Pertanyaan 1 0,615 0,294 Valid

Pertanyaan 2 0,409 0,294 Valid

Pertanyaan 3 0,309 0,294 Valid

Pertanyaan 4 0,378 0,294 Valid


(62)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel 4.5, kesembilan item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi atau r-hitung yang lebih besar dari r-tabel. Hal ini berarti kesembilan item pertanyaan dinyatakan valid atau mampu mengukur kinerja SKPD karena r-hitung > r-tabel. Berdasarkan hasil ini maka item pertanyaan variabel kinerja SKPD dapat disimpulkan lolos uji validitas.

Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan variabel kinerja SKPD.

Tabel 4.6 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.798 9

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,798, berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier sederhana. Uji-uji ini terdiri atas uji normalitas data, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.

Pertanyaan 6 0,605 0,294 Valid

Pertanyaan 7 0,640 0,294 Valid

Pertanyaan 8 0,597 0,294 Valid


(63)

4.3.1 Hasil Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara yang digunakan kali ini adalah dengan menggunakan analisis grafik.

Gambar berikut ini menunjukkan hasil pengujian normalitas data yang ditunjukkan dalam histogram dan grafik.


(64)

Gambar 4.2 Normal P-P Plot

Dengan melihat tampilan histogram maupun grafik normal plot maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram pola distribusi yang menceng ke kanan, berbentuk lonceng dan normal. Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.


(65)

Pengujian normalitas data juga dengan melakukan uji

Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Apabila tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka data itu terdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.

Tabel 4.7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation 5.88656313

Most Extreme Differences

Absolute .178

Positive .096

Negative -.178

Kolmogorov-Smirnov Z 1.196

Asymp. Sig. (2-tailed) .115

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,196 dan signifikan pada 0,115. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.

4.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi


(66)

heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Apabila ada pola tertentu itu, maka telah terjadi gejala heteroskedastisistas. Hasil pengujian gejala heteroskedastisitas ditunjukkan pada gambar 4.3.


(1)

memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah pembangunan.

Sumatera Utara merupakan provinsi yang ke empat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta jiwa dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen dan tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.


(2)

Lampiran xi

Visi dan Misi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

Visi Sumatera Utara “ Sumatera Utara yang maju dan sejahtera dalam harmoni keberagaman”. Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sumatera Utara yang Maju

Bermakna masyarakatnya berpengetahuan dan sabar akan kebutuhan secara individual atau kelompok, serta menggunakan akal sehat dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan nasional dan global, namun tetap mempertahankan ciri dan identitas masyarakat Sumatera Utara yang majemuk serta bijaksana menghargai adat.

2. Sumatera Utara yang Sejahtera

Adalah masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan secara lahir dan batin berdasarkan keperluan baik individu maupun kelompok yang dipenuhi yang dipenuhi secara tertib berdasarkan program. Melalui pelaksanaan visi ini diharapkan akan terwujud derajat kehidupan penduduk Sumatera Utara yang sehat, layak dan manusiawi.

3. Sumatera Utara dalam Harmoni Keberagaman

Bermakna terbentuknya kesesuaian dan keharmonisan masyarakat Sumatera Utara yang beragam di mana hak, kesempatan dan keberagaman tersebut untuk dapat dinikmati secara bersama-sama


(3)

dan adil oleh setiap kelompok dalam masyarakat di Sumatera Utara.

Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang dilaksanakan adalah :

1. Mewujudkan Sumatera Utara yang maju, aman, bersatu, rukun

dan damai dalam kesetaraan, bermakna bahwa untuk

mewujudkan kondisi sumatera yang maju, aman, bersatu, rukun dan damai dalam kesetaraan maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan kepada mewujudkan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan yang ditopang oleh peningkatan daya guna dan daya hasil yang lebih maksimal dari berbagai sektor-sektor potensial seperti bidang pertanian, kehutanan, industri, usaha kecil dan menengah dan pariwisata.

2. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan

sejahtera dan berwawasan lingkungan, bermakna bahwa untuk mewujudkan kondisi masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan sejahtera maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan hak-hak dasar masyarakat serta meningkatkan kepekaan sosial melalui pengembangan berbagai program yang lebih menyentuh kepada


(4)

kebutuhan masyarakat terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, yang berlandaskan pada pembangunan berkelanjutan. 3. Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dan

keberagaman, bermakna bahwa untuk mewujudkan kondisi Sumatera Utara yang berbudaya, religius dalam keberagaman maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan kepada kebijakan-kebijakan yang mampu menciptakan suasana kehidupan intern dan antar umat yang saling menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai serta meningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat agar dapat memperoleh hak-hak dasar dalam memeluk agamanya masing-masing dan beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.

4. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan peduli terhadap proses pembangunan, bermakna bahwa untuk mewujudkan kondisi pemberdayaan masyarakat demi menciptakan masyarakat yang mandiri arah kebijakan kebijakan pembangunan kedepannya diarahkan kepada: penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling): memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering) serta melindungi kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksplotasi yang kuat atas yang lemah (Sumutprov, 2012:1).


(5)

Lampiran xii

Struktur Organisasi

STRUKTUR PEMERINTAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PLT GUBERNUR

H. GATOT PUJO NUGROHO, ST SEKRETARIS DAERAH H. NURDIN LUBIS, SH, MM

ASISTEN

STAF AHLI GUBERNUR

DINAS-DINAS DAERAH

LEMBAGA TEKNIS DAERAH

SEKRETARIAT DEWAN DAN SEKRETARIAT DAERAH


(6)

Lampiran xiii

Tabel r

N 1-tailed 2-tailed N 1-tailed 2-tailed

3 0,988 0,997 46 0,246 0,291

4 0,900 0,950 47 0,243 0,288

5 0,805 0,878 48 0,240 0,285

6 0,729 0,811 49 0,238 0,282

7 0,669 0,755 50 0,235 0,279

8 0,622 0,707 51 0,233 0,276

9 0,582 0,666 52 0,231 0,273

10 0,549 0,632 53 0,228 0,270

11 0,521 0,602 54 0,226 0,268

12 0,497 0,576 55 0,224 0,265

13 0,476 0,553 56 0,222 0,263

14 0,458 0,532 57 0,220 0,261

15 0,441 0,514 58 0,218 0,258

16 0,426 0,497 59 0,216 0,256

17 0,412 0,482 60 0,214 0,254

18 0,400 0,468 61 0,213 0,252

19 0,389 0,456 62 0,211 0,250

20 0,378 0,444 63 0,209 0,248

21 0,369 0,433 64 0,207 0,246

22 0,360 0,423 65 0,206 0,244

23 0,352 0,413 66 0,204 0,242

24 0,344 0,404 67 0,203 0,240

25 0,337 0,396 68 0,201 0,239

26 0,330 0,388 69 0,200 0,237

27 0,323 0,381 70 0,198 0,235

28 0,317 0,374 71 0,197 0,233

29 0,312 0,367 72 0,195 0,232

30 0,306 0,361 73 0,194 0,230

31 0,301 0,355 74 0,193 0229

32 0,296 0,349 75 0,191 0,227

33 0,291 0,344 76 0,190 0,226

34 0,287 0,339 77 0,189 0,224

35 0,283 0,334 78 0,188 0,223

36 0,279 0,329 79 0,186 0,221

37 0,275 0,325 80 0,185 0,220

38 0,271 0,320 81 0,184 0,219

39 0,267 0,316 82 0,183 0,217

40 0,264 0,312 83 0,182 0,216

41 0,261 0,308 84 0,181 0,215

42 0,257 0,304 85 0,180 0,213

43 0,254 0,301 86 0,179 0,212

44 0,251 0,297 87 0,178 0,211