BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel
terikat dengan beberapa variabel bebas yang lain . Jadi, penelitian ini bertujuan untuk melihat secara sistematik dan akurat
mengenai hubungan antara tipe kepribadian Big Five Personality dengan coping stress pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan berdasarkan perhitungan
statistik.
A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah 1.
Variabel X: Tipe kepribadian Big Five Personality, yang terdiri dari Neuroticism, Extraversion, Openness to new experience, Agreeableness, dan
Conscientiousness.
2. Variabel Y: Coping stress, yang terdiri dari:
a Problem-focused coping Confrontive coping, Seeking social support,
Accepting responsibility, dan Planful problem-solving, b
Emotion-focused coping Distancing, Self-control, Escape-Avoidance, dan Positive reappraisal
Universitas Sumatera Utara
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Big Five Personality diukur dengan menggunakan inventori kepribadian. Big Five Personality merupakan model yang mengelompokkan kepribadian
menjadi 5 klasifikasi, yaitu: 1.
Neuroticism. Individu yang tergolong pada tipe ini sering cemas dan tegang dalam menghadapi situasi yang berbeda atau yang membuat dirinya tertekan.
2. Extraversion. Individu yang tergolong pada dimensi ini cenderung suka
berkelompok, banyak berbicara, dan mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik.
3. Openness to new experience. Terkadang disebut Intellect atau
IntellectImagination terbuka terhadap pengalaman atau intelektual. Individu yang tergolong pada dimensi ini biasanya merupakan orang yang
pintar, memiliki ide-ide yang kreatif, dan berwawasan luas. 4.
Agreeableness. Individu yang tergolong pada dimensi ini cenderung menyetujui dan mengiyakan pendapat orang lain dan mudah untuk
mempercayai orang lain. 5.
Conscientiousness. Individu yang tergolong pada dimensi ini cenderung teratur, merencanakan sesuatu yang akan dilakukannya untuk waktu yang
akan datang dan berusaha mencapai apa yang direncanakannya tersebut.
Skor tinggi pada salah satu dimensi kepribadian menunjukkan bahwa individu cenderung tergolong dalam salah satu dimensi kepribadian tersebut dan
begitu pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Coping stress diukur oleh peneliti dengan skala coping stress. Skala coping stress dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya, yaitu:
1. Problem-focused coping:
Usaha individu dalam menghadapi masalahnya dan berusaha untuk menyelesaikannya. Problem focused coping ini diukur melalui subskala
problem-focused coping yang terdiri dari 4 empat faktor, yaitu: a
Confrontive coping; dapat dilakukan dengan menyalahkan orang lain, mengekspresikan kemarahan, dan melakukan tindakan yang beresiko.
b Seeking social support; dapat dilakukan dengan bertanya pada orang lain,
meminta bantuan orang lain, bercerita kepada teman atau saudara, dan meminta saran dari orang-orang yang memahami masalah tersebut.
c Accepting responsibility; dapat dilakukan dengan mengkritik diri,
menyadari bahwa sumber masalah adalah diri sendiri, dan membuat komitmen untuk menyelesaikan masalah tersebut.
d Planful problem-solving; dapat dilakukan dengan membuat jadwal harian
dan melakukannya, merubah sesuatu yang menjadi sumber masalah, mencari tahu sumber masalah di masa lalu dan membuat solusi masalah
yang berbeda.
Subjek penelitian yang cenderung menggunakan problem focused coping merupakan kategori individu yang memiliki skor tinggi dalam pengisian subskala
problem focused coping.
Universitas Sumatera Utara
2. Emotion-focused coping:
Usaha individu untuk mengatur respon emosional terhadap stres dengan mengabaikan fakta-fakta yang tidak menyenangkan dengan menggunakan
strategi kognitif, ataupun dengan menghindari masalah tersebut. Emotion focused coping diukur melalui subskala emotion focused coping yang terdiri
dari 4 empat faktor, yaitu:
a Distancing; dapat dilakukan dengan menganggap masalah tidak serius,
berperilaku seolah-olah tidak ada masalah, dan melupakan seluruh masalah yang ada.
b Self-control; dapat dilakukan dengan memendam perasaan, tidak men-
sharing-kan masalah dengan orang lain, dan membiarkan masalah tanpa ada penyelesaian.
c Escape-Avoidance; dapat dilakukan dengan berpikiran bahwa masalah
akan segera berakhir, berandai-andai bahwa akan ada keajaiban, dan melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan masalah, seperti
makan, minum, merokok, tidur, dan sebagainya untuk menghindari masalah yang sedang dihadapi.
d Positive reappraisal; dapat dilakukan dengan mengubah cara hidup,
mencari pengalaman baru, mencari keyakinan baru, berdoa, dan melakukan sesuatu yang kreatif.
Subjek penelitian yang cenderung menggunakan emotion focused coping merupakan kategori individu yang memiliki skor tinggi dalam pengisian subskala
emotion focused coping.
Universitas Sumatera Utara
C. PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan Sampel