a. Stres mengarah pada setiap kejadian atau stimulus lingkungan yang
menyebabkan seseorang merasa tertekan atau dibangkitkan. Dalam hal ini, stres berasal dari eksternal seseorang. Kondisi yang dapat menimbulkan stres
disebut dengn stressor. Setiap situasi, peristiwakejadian atau objek yang memaksa tubuh dan menyebabkan timbulnya ”physiological reaction” adalah
stressor. b.
Stres mengarah pada respon subjektif. Dalam hal ini, stres merupakan bagian internal dari mental, termasuk didalamnya adalah emosi, pertahanan diri,
interpretasi dan proses coping yang terdapat dalam diri seseorang. c.
Stres mengarah pada physical reaction dalam mengatasi ataupun menghilangkan gangguan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa coping stress adalah segala usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi, mengatur,
dan besikap sabar terhadap tuntutan-tuntutan baik internal maupun eksternal yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara fisik dan mental atau
emosional.
2. Faktor-Faktor Coping Stress
Para peneliti telah menemukan sekitar 400 empat ratus cara yang biasa dilakukan orang dalam menghadapi situasi yang stressfull dan
mengelompokkannya dalam berbagai kategori dalam Sarafino, 2006. Berdasarkan hasil penelitian Lazarus, Folkman, dkk 1986, coping dapat
dikelompokkan menjadi 8 delapan jenis faktor, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Confrontive coping; mencakup usaha agresif untuk menghadapi situasi yang
menekan, menggambarkan kekerasan terhadap orang lain, dan mengambil tindakan yang memiliki resiko tinggi.
2. Distancing; usaha untuk melupakan masalah yang terjadi, dan melihat sisi
positif dari suatu masalah yang dihadapi. 3.
Self-control; menjelaskan usaha untuk mengatur perasaan dan perilaku agar tetap tenang.
4. Seeking social support; usaha untuk mencari dukungan informasi, dukungan
penyelesaian masalah, dan dukungan emosional dari orang-orang yang dianggap penting.
5. Accepting responsibility; menyadari permasalahan yang sedang dihadapi dan
bertekad untuk menyelesaikannya. 6.
Escape-Avoidance; menganggap masalah akan segera berakhir dan mencari tindakan untuk menghindari masalah yang sedang dihadapi.
7. Planful problem-solving; usaha untuk memahami masalah dan melakukan
perencanaan untuk menyelesaikannya. 8.
Positive reappraisal; menjelaskan usaha untuk mencari makna positif dari suatu masalah yang berguna untuk perkembangan diri sendiri.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik oleh Lazarus, Folkman, et al 1986, hasil yang memuaskan diperoleh dari penggunaan planful problem-
solving dan positive reappraisal. Sedangkan hasil yang tidak memuaskan
diperoleh dari penggunaan confrontive coping dan distancing.
Universitas Sumatera Utara
Namun demikian, perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode yang dapat digunakan untuk semua situasi stres. Menurut Ruther Smet, 1994 tidak
ada strategi coping yang paling berhasil. Lazarus Folkman 1984 menyatakan bahwa efektivitas strategi coping bervariasi tergantung pada situasinya dalam
Powers, dkk, 2002. Menurut Taylor, keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian
yang penuh stres, daripada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling berhasil dalam Smet, 1994.
Menurut Skinner dalam Sarafino, 2006, confrontive coping, seeking social support, accepting responsibility, dan planful problem-solving memiliki
fungsi problem focused-coping. Sedangkan distancing, self-control, escape- avoidance, dan positive reappraisal memiliki fungsi emotion-focused coping.
3. Fungsi Coping Stress