Kesimpulan Faktor Penyebab Korupsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan dari analisa dan pembahasan materi yang dilakukan. Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah: 1. Pemberlakuan hukum pidana secara retroaktif merupakan pengecualian dari asas legalitas atau Principle of legality atas dasar extra ordinary crimes, seperti pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang berat. Pemberlakuan hukum pidana secara retroaktif yang dilandasi oleh prinsip keadilan untuk semuanya dalam arti, baik keadilan bagi pelaku tindak pidana maupun keadilan bagi korban tindak pidana merupakan penyeimbang asas legalitas yang semata-mata berpatokan pada kepastian hukum dan asas keadilan untuk semuanya.Pemberlakuan hukum pidana secara retroaktif dengan kondisi-kondisi tertentu, seperti kepentingan kolektif baik kepentingan masyarakat, bangsa, maupun negara yang selama ini kurang mendapat perlindungan dari asas legaltas dapat diterima guna memenuhi tuntutan moral pembalasan masyarakat. Dimana Asas Universitas Sumatera Utara Retroaktif boleh digunakan apabila telah memenuhi empat syarat akumulatif : a. Kejahatan berupa pelanggaran HAM berat atau kejahatan yang tingkat kekejaman dan destruksinya setara dengannya. b. Peradilannya bersifat Internasional, bukan peradilan nasional. c. Peradilannya bersifat ad hoc, bukan peradilan permanen. d. Keadaan hukum nasional negara bersangkutan tidak dapat dijalankan karena sarana, aparat, atau ketentuan hukumnya tidak sanggup menjangkau kejahatan pelanggaran HAM berat atau kejahatan yang tingkat kekejaman dan tingkat destruksinya setara dengannya. 2. Indonesia menganut Asas Legalitas yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP yang berbunyi:” Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang undangan yang telah ada. Ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP mengandung tiga buah asas yang sangat penting yaitu : a. Bahwa hukum pidana yang berlaku di negara kita itu merupakan suatu hukum yang tertulis b. Bahwa undang-undang pidana yang berlaku di negara kita itu tidak dapat diberlakukan surut dan c. Bahwa penafsiran secara analogis itu tidak boleh dipergunakan dalam menafsirkan undang-undang pidana. Universitas Sumatera Utara Kedudukan asas legalitas dalam hukum pidana di Indonesia telah banyak mengalami penyimpangan, kareana secara umum para ahli menilai asas legalitas lebih mengutamakan perlindungan hukum individu daripada masyarakat luas. Namun dalam sistem hukum di Indonesia tetap menggunakan asas legalitas sebagai kontrol atau patokan hukum. Maka dengan demikian Indonesia tetap menganut asas legalitas sesuai dengan penganut sistem hukum tertulis lainnya, dimana di Indonesia yang dapat dianggap menjadi asas legalitas tertulis pada pasal 28 I dan J UUD 1945. 3. Korupsi merupakan kejahatan yang bersifat luar biasa atau extra ordinary crimes sehingga penanganannya pun harus dilakukan dengan cara-cara luar biasa, sehingga salah satunya hal yang dapat di terapkan adalah pemberlakuan asas retroaktif bagi para koruptor. Penerapan asas Retroaktif daalam UU No. 302002 tentang KPK dimungkinkan demi keadilan, namun penerapan asas itu harus dicantumkan dalam undang-undang laiknya UU No 262000 tentang Pengadilan HAM. Penerapan asas retroaktif Dari sisi pengetahuan hukum, pemberlakuan asas retroaktif dapat dipahami sepanjang diberlakukan secara rigid dan darurat limitatif sifatnya. B. SARAN Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka perlu kiranya dicari langkah yang paling tepat untuk menjawab atau mengatasi Universitas Sumatera Utara berbagai permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun saran-saran yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah: 1. Sebaiknya dalam menerapkan asas retroaktif, Hakim dapat melihat lebih jernih mengenai adanya pelanggaran HAM berat atau yang tingkat destruktifnya setara dengan peanggaran Ham berat. Kareana ada kemungkinan penyalahgunaan dalam penerapan asas retroaktif yaitu balas dendam lex Taliaonis. Penerapan asas retroaktif dalam UU No. 30 Tahun 2002 dimungkinkan demi keadilan, namun penerapan asas itu harus dicantumkan dalam undang-undang seperti halnya dalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM. 2. Demikian juga dalam hal penerapan Asas Legalitas, Hakim sebagai perpanjangan Tangan Tuhan dalam sebuah proses peradilan dapat memberikan rasa keadilan bagi orang yang mencari keadilan khususnya. Hakim dapat menerapkan penemuan hukum yang bertujuan untuk mengisi kekosongan hukum terhadap hal-hal yang baru. 3. Dalam penerapan asas retroaktif dalam tindak pidana korupsi yang diatur dalan UU No. 30 tahun 2002 harusnya dimungkinkan demi keadilan, dengan anggapan bahwa korupsi telah menyebabkan kerugian bagi negara dan penderitaan bagi rakyat Indonesia Universitas Sumatera Utara BAB II PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA DI INDONESIA

A. Pemberlakuan Hukum Pidana.