darah ke ginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya Marliani dkk, 2007.
2.1.5. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 14090 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Sedangkan terapi tanpa
obat meliputi a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : a.1. Kurangi konsumsi garam secara moderat dari 10 gram perhari menjadi 5
gram perhari a.2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
a.3. Penurunan berat badan b. Menghentikan merokok
c. Mengurangi minuman beralkohol dan kafein d. Menghindari stres
e. Diet tinggi kalium
Universitas Sumatera Utara
f. Makanan dengan jumlah kalori yang tidak berlebihan
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
Joint National Committee On Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1998 menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita
JNC, 2003. Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan perawat, dokter dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut : a.
Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya c.
Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
Universitas Sumatera Utara
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah i.
Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
j. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal k.
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin l.
Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering m.
Hubungi segera penderita bila tidak datang pada waktu yang ditentukan Marliani dkk, 2007.
2.1.6. Epidemiologi Hipertensi
Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu 15,4, kedua
hipertensi 6,8, penyakit jantung iskemik 5,1, dan penyakit jantung 4,6 Riskesdas, 2007. Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia berkisar 30 dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan 52 dibandingkan laki-laki 48.
Surveilans rutin penyakit tidak menular pada puskesmas sentinel di Sulawesi Selatan pada tahun 2008, ditemukan sebanyak 99.862 kasus penyakit tidak menular,
yang terdiri dari perempuan 50.862 kasus dan laki-laki 48.449 kasus. Jumlah kematian karena PTM sebanyak 666 orang 0,7
Lima penyakit urutan terbesar ditemukan pada puskesmas sentinel antara lain hipertensi 57,48, kecelakaan lalu lintas 16,77, asma 13,23, diabetes
mellitus 7,95, dan osteoporosis 1,20. Tetapi 5 urutan penyebab kematian karena PTM yang ditemukan pada puskesmas sentinel antara lain hipertensi
63,66, kecelakaan lalu lintas 14,86, asma 9,91, diabetes mellitus 9,76,dan tumor genital 1,50.
Secara hipertensi prevalensi hipertensi tahun 2004 berkisar antara 15-20. Survei di pedesaan Bali 2004 menemukan prevalensi pria sebesar 46,2 dan 53,9
pada wanita sedangkan pada Amerika Serikat prevalensi tahun 2005 adalah 21,7.
2.1.7. Faktor Risiko Hipertensi a. Faktor yang tidak dapat DiubahDikontrol
a.1. Umur Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
Universitas Sumatera Utara
prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun. Dengan bertambahnya umur, risiko
terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih.
a.2. Jenis Kelamin Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari penelitian yang dilakukan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0 untuk pria dan 11,6 untuk wanita. Prevalensi di
Sumatera Barat 18,6 pria dan 17,4 perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta Petukangan didapatkan 14,6 pria dan 13,7 wanita. Menurut MN. Bustan
bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.
a.3. Riwayat Keluarga Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi faktor keturunan juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama
pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika seorang dari orang tua kita
mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25 kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi,
kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60.
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor yang dapat DiubahDikontrol
b.1. Kebiasaan Merokok Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi. b.2. Konsumsi Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik sistem pendarahan yang normal. Garam merupakan faktor yang
sangat penting dalam pathogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam
kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi
Universitas Sumatera Utara
meningkat menjadi 15-20. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gramhari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mghari.
b.3. Konsumsi Lemak Jenuh Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan
konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
b.4. Penggunaan Jelantah Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk
menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung
dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh ALJ dan asam lemak
tidak jenuh ALTJ. Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan
minyak goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu
terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b.5. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak
memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei
menunjukkan bahwa 10 kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun
diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan
konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20 dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari
meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. b.6. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh 25 berat badan kg dibagi kuadrat tinggi badan m juga merupakan salah satu
faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi
yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi
dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan
Universitas Sumatera Utara
dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur aktivitas fisik aerobik selama 30-60 menithari dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Menurut Alison Hull dalam
penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga
meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini
mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 memiliki berat badan lebih.
b.7. Olahraga Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya
hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
Universitas Sumatera Utara
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
b.8. Stres Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Stres
adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tidak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif.
Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah
yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak
menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stres berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.
b.9. Penggunaan Estrogen Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada
data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan
menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen ±12 tahun berturut-turut, akan meningkatkan tekanan darah pada perempuan. Oleh karena
hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh
Universitas Sumatera Utara
faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka
pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting.
2.1.8. Pencegahan Hipertensi a. Pencegahan Primer
a.1. Pencegahan primordial: meningkatkan derajat kesehatan dengan gizi dan perilaku hidup sehat misalnya mengkonsumsi gizi yang seimbang dan
menjaga polo makan yang baik a.2. Promotif: promosi kesehatan, misalnya dengan melaksanakan dan mengikuti
penyuluhan gizi dan pola makan untuk menghindari faktor resiko hipertensi a.3. Proteksi spesifik: turunkan atau hindari faktor resiko dengan menjaga pola
makan, tidak merokok, istirahat yang cukup dan rajin berolahraga.
b. Pencegahan Sekunder
b.1. Diagnosa awal: screening, pemeriksaan check-up b.2. Pengobatan yang tepat: segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan
kausal awal keluhan.
c. Pencegahan Tersier
c.1. Rehabilitasi: upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati untuk menghindari komplikasi daripada hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Usaha pencegahan
juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter
Gunawan, 2005.
2.2. Gaya Hidup 2.2.1. Pengertian Gaya Hidup
Menurut Kotler 2002, Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Minor dan Mowen gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana
orang membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu Tamher, 2009.
Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.
Dalam kesehatan, gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu
saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang memengaruhi pola perilakunya. Tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup
yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur,
Universitas Sumatera Utara
kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja yang berbeda, menciptakan berbagai gaya yang berbeda pula Hadywinoto, 1999.
Menurut Darmojo 1999, gaya hidup adalah sebagai praktek perilaku dan praktek sosial yang mendukung kesehatan dan merupakan cerminan dari nilai-nilai
dan jati diri dari kelompok dan masyarakat dimana penduduk hidup dan menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi, sosial
dan lingkungan fisik. Menurut Belloc dan Breslow 1972, yang termasuk gaya hidup adalah:
a. Pola makanan yang baik b. Aktifitas fisik
c. Olahraga d. Istirahattidur 7-8 jam perhari
e. Tidak merokok f. Tidak minum-minuman keras
g. Tidak mengonsumsi obat-obatan Watson, 2003.
2.2.2. Pola Makan
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologi,
budaya dan sosial. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya Sediaoetama, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Menurut pendapat Khumaidi dan Suhardjo menyatakan bahwa pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi
kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis dan frekwensi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok
masyarakat tertentu Supariasa dkk, 2002. Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok sumber karbohidrat,
lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, sayur dan buah. Pola makanan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan
darah meningkat dan kadar gula yang meningkat Sediaoetama, 2000. Kebutuhan akan serat yang dapat larut dalam air seperti apel, jeruk, pir,
kacang merah dan kedelai juga perlu untuk tubuh. Selain sebagai sumber serat, buah dan sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Mengonsumsi serat dan
buah sangat penting untuk tubuh untuk mencegah sulit buang air besar. Selain itu konsumsi susu dapat menambah kebutuhan air yang kurang pada tubuh. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan adalah: porsi makan jangan terlalu kenyang akan lebih baik jika porsi makannya sedikit tapi sering, banyak
minum air putih sekitar 7-8 gelashari dan batasi minum kopi dan teh, kurangi garam, makanan hendaknya mudah dicerna, lembek tidak keras, hindari makanan yang
Universitas Sumatera Utara
terlalu manis, terlalu asin dan yang terlalu gurihgorengan Rimbana 2004; Sunita, 2003.
Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang
mengonsumsi sayuran, buah dan sebagainya juga makan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan Supariasa, 2002.
Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi dapat diturunkan jika pola makan seimbang, sebaliknya penyakit degeneratif dan penyakit kanker meningkat
jika pola makanan tidak seimbang. Di beberapa daerah masalah penyakit infeksi masih menonjol sehingga dalam transisi epidemiologi kita menghadapi beban ganda
Double Burden, peningkatan kemakmuran diikuti oleh perubahan gaya hidup karena pola makan, di kota-kota besar berubah dari pola makan tradisional yang
mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam
tetapi rendah serat Depkes RI, 2008. Sedangkan menurut WHO 2003 meningkatnya industrialisasi, urbanisasi,
mekanisasi yang terjadi di sebagian besar negara di dunia, berhubungan dengan perubahan makanan dan perilaku, termasuk ke dalamnya makanan yang tinggi lemak
dan tinggi energi serta gaya hidup yang lebih santai, melakukan aktifitas bisa dibantu dengan peralatan yang tidak banyak mengeluarkan energi. Tingginya kandungan
sukrosa dalam makanan meningkatkan tekanan arteri pada beberapa orang dengan
Universitas Sumatera Utara
tensi normal yang kemudian memberikan efek meningkatkan penyerapan NaCl natrium klorida pada orang yang memiliki tekanan darah normal dan hipertensi.
Sukrosa mungkin dapat menurunkan kadar lemak darah dan memiliki efek merugikan pada toleransi glukosa. Konsumsi lemak mempunyai pengaruh kuat pada resiko
penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, efek lain pada lipid darah, trombosis, tekanan darah tinggi Tamher, 2009.
Menurut Willet 1990, efek dari protein dan jenis protein pada manusia belum jelas dan hubungan jenis protein dengan resiko PJK Penyakit Jantung
Koroner diterima dengan sedikit perhatian pada studi-studi epidemiologi Wirakartakusumah, 2002.
Gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidup seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman
kaleng, buah dan sayur yang memakai bahan pengawet, makanan kaya lemak, makanan kaya kolesterol. Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan
kesehatan karena tubuh kita menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit Depkes RI, 2008.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiarto 2007 di Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi lemak
jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,022; OR = 2,01 dan 95 CI = 1,10 – 3,66.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,
mental dan kualitas hidup yang sehat dan bugar Mien, 1998. Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian
banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab
mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai
fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah.
Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin
ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun Marliani, 2007
Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi
berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang
Universitas Sumatera Utara
terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilirik adalah aerobik. Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika
dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot Marliani, 2007.
Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak fisik yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar
pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. Latihan fisik secara
teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan penyakit jantung Sunita, 2003.
Gaya hidup juga bisa memengaruhi kerentanan fisik terutama karena kurangnya aktifitas fisik akibatnya timbul penyakit yang sering diderita antara lain
diabetes mellitus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain. Gaya hidup pada jaman modern ini telah mendorong orang
mengubah gaya hidupnya seperti jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya teknologi yang modern
seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaraan walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan
jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan
penyakit Marliani, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi
sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan Depkes RI, 2008.
Olahraga dapat digolongkan dalam bentuk statis dan dinamis. Olahraga dinamis mampu meningkatkan aliran darah sehingga sangat menunjang pemeliharaan
jantung dan sistem pernafasan. Sedangkan olahraga apapun baik untuk kesehatan kita seperti senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung, karena dapat bersosialisasi,
berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru, mengadakan kegiatan lainnya seperti bisa berwisata dan makan bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan
pada pagi hari setelah subuh. Dimana udara masih bersih. Berolahraga dapat menurunkan kecemasan dan mengurangi perasaan depresi dan merasa rendah diri.
Selain fisik sehat jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat Hutapea, 1993.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa olahraga teratur, mengurangi faktor resiko terhadap penyakit jantung koroner, termasuk hipertensi. Kemampuan aktifitas
fisik yang berhubungan dengan kesehatan akan memengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik, komponen tersebut antara lain efisiensi kardiovaskuler,
kelenturan, pengendalian gerak badan dan pengurangan stress Mien, 1998. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowaty Rahajeng dan
Sulistyowati Tuminah dari Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indomesia Tahun 2009 dengan judul penelitian Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia dikatakan bahwa
melakukan aktivitas secara teratur aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menithari diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai
19 hingga 30. Begitu juga halnya dengan kebugaran kardio respirasi rendah pada usia paruh baya diduga meningkatkan risiko hipertensi sebesar 50. Penelitian ini
mendapatkan hasil yang sejalan, yaitu adanya risiko hipertensi pada mereka yang kurang aktifitas fisik.
2.2.4. Kebiasaan Istirahat
Menurut Hutapea 1993, istirahat dapat berarti bersantai menyegarkan diri atau diam tidak melakukan aktifitas apapun setelah melakukan kerja keras. Istirahat
dapat berarti pula menghentikan sementara semua kegiatan sehari-hari bahkan sampai tertidur. Istirahat yang cukup diperlukan agar tubuh dapat kembali ke kondisi normal
setelah digunakan untuk beraktifitas. Istirahat terbaik adalah tidur. Kebutuhan tidur untuk tubuh adalah 6-8 jam sehari. Tidur terlalu lama akan cenderung mengganggu
kesehatan. Sebagaimana dijelaskan diatas, saat tidurpun tubuh butuh nutrisi. Bila tidur terlalu lama, tubuh akan mengalami katabolik. Akibatnya, akan semakin merasa
malas, tidak bertenaga, dan memboroskan waktu. Kurang tidur dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang lengkap atau kompleks.
Penelitian di Universitas de Lille, Perancis, mengindikasikan bahwa otak memerlukan tidur untuk mempertahankan kemampuan mengingat informasi yang
Universitas Sumatera Utara
kompleks. Umumnya manusia bisa tidur dalam 6-8 jam sehari. Tetapi ada orang yang bisa tidur dibawah 6 jam. Kurang tidur berdampak negatif terhadap tubuh kita seperti
kurang konsentrasi, cepat marah, lesu, lelah. Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Banyak orang yang tidur
jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah dan stress. Hasil riset terbaru para ahli di Chicago membuktikan, 3 hari mengalami kurang tidur, kemampuan tubuh dalam
memproses glukosa akan menurun secara drastis, sehingga dapat meningkatkan resiko mengidap diabetes. Selanjutnya menurut mereka, tidur tidak nyenyak selama 3
hari berturut-turut akan menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa, khususnya pada orang muda dan orang dewasa Santoso, 2004.
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan
penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh
mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk
kesehatan Depkes RI, 2008.
2.2.5. Riwayat Merokok
Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Merokok dapat mengganggu kerja paru-paru yang normal, karena Hemoglobin lebih mudah membawa Karbondioksida
daripada membawa Oksigen. Jika terdapat Karbondioksida dalam paru-paru, maka
Universitas Sumatera Utara
akan dibawa oleh Hemoglobin sehingga tubuh memperoleh Oksigen yang kurang dari biasanya. Kandungan Nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat
memengaruhi berbagai bagian tubuh yaitu mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat dalam satu menit daripada dalam keadaan normal. Menurunkan suhu
kulit sebesar setengah derajat karena penyempitan pembuluh darah kulit dan menyebabkan hati melepaskan gula ke dalam aliran darah Bustan, 2007.
Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mmHg.
Berbagai penelitian membuktikan, sesudah merokok selama kurang lebih 30 menit, tekanan darah akan meningkat secara signifikan. Rokok meningkatkan tekanan darah
lewat zat nikotin yang terdapat dalam tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar dalam pembuluh darah sampai ke otak. Otak kemudian bereaksi dengan memberikan
sinyal pada kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon epinefrin adrenalin. Hormon adrenalin ini akan membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih kuat untuk memompa darah. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Disamping itu zat-zat yang terdapat dalam
rokok dapat mempengaruhi dinding arteri sehingga lebih peka terhadap penumpukan lemak plak dan dapat memicu dilepaskannya natrium yang bersifat menahan air.
Volume plasma pun meningkat sehingga tekanan darah naik. Untuk itulah berhenti merokok sangat penting untuk menurunkan dan mengendalikan tekanan darah.
Universitas Sumatera Utara
Menghindari rokok dapat menjauhkan dari risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lain Marliani, 2007.
Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri,
banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi
kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut Departemen Kesehatan Dalam Gizi dan Promosi
Masyarakat, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produksi dan harga
rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia Depkes, 2003.
a. Kategori Perokok
a. Perokok Pasif Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak
merokok Pasive Smoker. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada
perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali
lebih banyak mengandung tar dan nikotin Marliani, 2007.
Universitas Sumatera Utara
b. Perokok Aktif Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap
utama pada rokok yang dihisap mainstream. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang merokok dan langsung menghisap
rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar Marliani, 2007.
b. Jumlah Rokok yang di Hisap