B. Jenis-Jenis Kegiatan yang dilakukan Satuan Narkoba Polresta Medan
Beberapa waktu belakangan ini di seluruh sudut kota bahkan sampai pelosok daerah terpampang spanduk anti Narkoba Narkoba dan obat-obat adaktif
lain sebagai bentuk keprihatinan masyarakat atas peredaran Narkoba yang sudah meraja lela sampai-sampai tidak mengenal umur sasarannya. Tidak hanya
memasang spanduk, masyarakat pun aktif mengikuti pelatihan hukum, maupun kegiatan-kegiatan dalam rangka gerakan anti Narkoba. Sehingga tidak sedikit
peristiwa penangkapan atas pelaku peredaran Narkoba oleh aparat
keamanan,informasinya bersumber dari masyarakat sendiri. Bahkan tidak jarang masyarakat pun melakukan tindakan main hakim sendiri dengan menangkap atau
mengadili sendiri orang-orang yang diduga kuat sebagai pengedar Narkoba. Berdasarkan hasil penelitian Dadang Hawari tahun 1990, didapatkan
bahwa remaja berusia 13-17 tahun merupakan pemakai penyalahgunaan Narkoba terbesar 97 di Indonesia. Sementara Purwoko menyatakan bahwa
sebagian besar korban penyalahgunaan Narkoba berusia 15–25 tahun. Sementara perkembangan kasus penyalahgunaan Narkoba dari tahun ke tahun terus
meningkat. Berdasarkan data Mabes Polri per September 2003 terungkap bahwa pada akhir 2000 terdapat 3478 kasus Narkoba. Di akhir September 2003 angka itu
meningkat signifikan menjadi 3729 kasus. Sedangkan Dadang Hawari menyatakan bahwa jumlah pasien NAZA yang ada di masyarakat sebanyak 10
kali dari angka resmi yang tercatat.
52
52
http:echamoy.files.wordpress.com200901artikel-penanggulangan-Narkoba.doc
Universitas Sumatera Utara
Menyimak gejala yang dikemukakan di atas, banyak elemen masyarakat yang berupaya mengadakan kegiatan dalam rangka penanggulangan Narkoba.
Ironisnya berdasarkan hasil temuan Tim Pokja Depdiknas 2002, sekitar 70 pasien dari 4 juta pecandu Narkoba tercata sebagai anak usia sekolah yang berumur 14–
20 tahun. Semua ini terjadi akibat publikasi dampak penyalahgunaan Narkoba yang tidak tepat. Kesalahan tersebut terjadi pada proses edukasi kompanye
Narkoba seperti pada acara seminar maupun diskusi, pemberian materi di kelas dan sasaran usia anak didik yang tidak tepat justru memicu anak sekolah untuk
mencoba barang haram tersebut. Selain itu menghadirkan selebritis mantan pengguna Narkoba pada acara-acara seminar membuka peluang meningkatnya
pengguna Narkoba karena sesuai dengan karakteristik remaja yang suka meniru.
53
1. Kegiatan Pre-emtif
Dalam rangka melakukan upaya penegakkan hukum di wilayah Polresta Medan,khusunya dalam hal penanggulangan penyalahgunaan Narkoba, Polresta
Medan Satuan Narkoba melakukan berbagai kegiatan :
Pre-emtif pencegahan yang dilakukan secara dini melalui kegiatan- kegiatan edukatif dengan sasaran mempengaruhi faktor-faktor penyebab,
pendorong dan faktor peluang yang biasa disebut sebagai Faktor Korelatif Kriminogen FKK dari terjadinya pengguna untuk menciptakan sesuatu
kesadaran dan kewaspadaan serta daya tangkap guna terbinanya kondisi perilaku dan norma hidup bebas dari penyalahgunaan Narkoba,
psykotropika maupun mengkonsumsi minuman keras. Bahwa kegiatatan
53
http:echamoy.files.wordpress.com200901artikel-penanggulangan-Narkoba.doc
Universitas Sumatera Utara
ini pada dasarnya merupakan pembinaan pengembangan lingkungan serta pengembangan sarana dan kegiatan positif. Lingkungan keluarga sangat
besar peranannya dalam mengantisipasi segala perbuatan yang dapat merusak kondisi keluarga yang telah terbina dengan serasi dan harmonis.
Sekolah juga merupakan lingkungan yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan kepribadian remaja, baik untuk
pengembangan ilmu pengetahuan maupun pengaruh negatif dari sesama pelajar, oleh karena itu perlu terbina hubungan yang harmonis baik sesama
pelajar maupun antara pelajar dengan pengajar sehingga akan menghindari bahkan menghilangkan peluang pengaruh negatif untuk dapat berkembang
di lingkungan pelajar. Mengembangkan pengetahuan kerohanian atau keagamaan dan pada saat-saat tertentu dilakukan pengecekan terhadap
murid untuk mengetahui apakah diantara mereka telah menyalahgunakan Narkoba, psykotropika maupun minuman-minuman keras.
2. Kegiatan Preventif
Bahwa pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan, oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian Police
Hazard PH untuk mencegah suplay and demand agar tidak saling interaksi, atau dengan kata lain mencegah terjadinya Ancaman Faktual
AF. Bahwa upaya preventip bukan semata-mata dibebankan kepada PoIri, namun juga melibatkan instansi terkait seperti Bea dan Cukai, Balai
POM, Guru, Pemuka Agama dan tidak terlepas dari dukungan maupun
Universitas Sumatera Utara
peserta masyarakat, karena dalam usaha pencegahan pada hakekatnya adalah :
a. Penanaman disiplin melalui pembinaan pribadi dan kelompok.
b. Pengendalian situasi, khususnya yang menyangkut aspek
budaya, ekonomi dan politik yang cenderung dapat merangsang terjadinya penyalahgunaan Narkoba, psykotropika maupun
minuman keras. c.
Pengawasan lingkungan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba, psykotropika
dan obat-obatan berbahayaminuman keras. d.
Pembinaan atau bimbingan dari partisipasi masyarakat secara aktif untuk menghindari penyalahgunaan tersebut dengan
mengisi kegiatan-kegiatan yang positif.
Satuan Narkoba Polresta Medan dalam upaya mencegah penyalahgunaan Narkoba, psykotropika dan minuman keras bersama-sama dengan instansi
terkait melakukan penyuluhan terhadap segala lapisan masyarakat baik secara langsung, melalui media cetak maupun media elektronik.
Melakukan operasi kepolisian dengan cara patroli, razia di tempat-tempat yang dianggap rawan terjadinya penyalahgunaan Narkoba, psykotropika
maupun obat-obatan berbahayaminuman keras. Untuk melaksanakan upaya preventif tersebut fungsi yang dikedepankan adalah fungsi Bimmas
Universitas Sumatera Utara
dengan melibatkan peran serta Toga, Tomas, Tenaga Pendidik, LSM, Pokdar Kamtibmas Citra Bhayangkara
3. Kegitan Represif .
Merupakan upaya penindakan dan penegakan hukum terhadap ancaman factual dengan sangsi yang tegas dan konsisten sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku untuk membuat efek jera bagi para pengguna dan pengedar Narkoba.
Bentuk - bentuk kegiatan yang dilakukan Polri dalam upaya Represif tersebut adalah :
a. Menangkakap pelaku dan melimpahkan berkas perkaranya
sampai ke pengadilan. b.
Memutuskan jalur peredaran gelap Narkoba c.
Mengungkap jaringan sindikat pengedar d.
Melaksanakan Operasi Rutin Kewilayahan dan Ops Khusus terpusat secara kontinyu. Fungsi yang dikedepankan adalah
fungsi Reserse.
Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya kepastian dan supremasi hukum tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Dengan
sasaran Memberantas dan mengungkap jaringan dan peredaran gelap Narkoba dan penyelesaian perkara trans nasional, kejahatan terhadap
Universitas Sumatera Utara
produsen dan pengedar serta pengguna Narkoba dan psikotropika. Terbagi menjadi tiga jenis kegiatan yang saling terpadu:
a. Penyelidikan.
Memastikan perkara pidana atau bukan.
Mengumpulkan informasi dan penggalangan kepada
informan yang di lapangan.
Penggalangan kepada masyarakat untuk memperkaya informasi tentang adanya kejahatan Narkoba dan obat-obatan
berbahaya. b.
Penyidikan.
Memeriksa orang atau barang yang dicurigai.
Mengajukan ke Labfor untuk uji kebenaran kepastian
barang yang dicurigai.
Melaksanakan pemberkasan.
Pengajuan berkas ke penuntut.
Penyempurnaan berkas perkara dan proses persidangan.
Penyelenggaraan manajemen tahanan.
c. Penegakkan Hukum.
Meningkatkan kerjasama dengan Instansi terkait.
Mengadakan razia si sekolah atau tempat yang dicurigai
para pengguna.
Universitas Sumatera Utara
Mengadakan razia di tempat tempat yang dicurigai untuk
transaksi Narkoba
4. Kegiatan Rehabilitasi
Treatment dan Rehabilitasi merupakan usaha untuk menolong, merawat dan merehabilitasi korban penyalahgunaan Narkobaobat
terlarang dalam lembaga tertentu, sehingga diharapkan para korban dapat kembali ke dalam lingkungan masyarakat atau dapat bekerja dan belajar
serta hidup dengan layak. Dalam upaya penyembuhan dan pemulihan kondisi para korban penyalahgunaan Narkobaobat terlarang di Indonesia,
dewasa ini Polri bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ataupun lembaga sosial masyarakat lainnya untuk melakukan
pemulihan terhadap para korban penyalahgunaan Narkoba.
Upaya yang dilakukan merehabilitas mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup lama
oleh lembaga khususnya seperti klinik rehabilitas dan kelompok masyarakat yang dibentuk khusus therapeutic community. Dalam
kegiatan ini satuan Narkoba Polresta Medan bekerjasama dengan layanantempat rehabilitasi medissosial. Tahap ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam masyarakat agar
mantan penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang
Universitas Sumatera Utara
bermakna di masyarakat. Adapun tujuan terapi dan rehabilitasi ini adalah:
54
•
Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong sangat ideal,namun banyak orang
tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase
awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek- efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA. Sebagian
pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang
lain.
•
Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu
kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan untuk
mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse
prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa
alternatif untuk mencegah relaps.
•
Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama.
54
http:ichwanmuis.com?p=1691
Universitas Sumatera Utara
Terapi rumatan maintence metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai Proses penyembuhan pelaku dari efek ketergantungan dan pengembalian sikap mental
perilaku pengguna untuk dapat menjalani kehidupan normal dan diterima di masyarakat. Dengan sasaran para korban sebagai pelaku
atau pengguna baik yang menyadari dan melaporkan ingin memperoleh kesembuhan dan yang tertangkap ditemukan dalam
proses hukum sehingga sembuhsehat dan tidak mengulangi perbuatan.
55
1. Memberikan pengobatan kepada pelaku atau pengguna
Narkoba yang melaporkan atau pengguna korban yang selesai menjalani hukuman untuk terapi penyembuhan.
Kegiatan yang dilakukan berupa:
2. Memberikan pembinaan sikap mental dan rohani kepada pelaku
atau pengguna Narkoba. 3.
Meningkatkan pemantauan terus menerus kegiatan sehari-hari korban yang sudah sadar.
4. Mengirimkan pengguna atau eks pengguna Narkoba ke Panti
Rehabilitasi Sosial yang khusus menangani korban Narkoba .
55
http:www.jombangkab.go.ide-govNarkobabagaimana.htm
Universitas Sumatera Utara
C. Hambatan yang ditemui dalam menangani pelaku tindak Pidana Narkoba Suntik