Kesimpulan Tinjauan Kriminologis Dan Hukum Pidana Terhadap Peranan Kepolisian Dalam Menangani Pelaku Tindak Pidana Akibat Pengaruh Narkoba Suntik Di Kota Medan (Studi Di Polresta Medan)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis mencoba untuk menyampaikan beberapa hal yang dianggap penting dari uraian-uraian bab terdahulu serta memberikan saran guna perkembangan penanganan Pelaku Tindak Pidana akibat pengaruh Narkoba Suntik di masa yang akan datang. Maka kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan, adalah:

A. Kesimpulan

Berikut ini akan disampaikan mengenai kesimpulan dari penelitian mengenai penanganan Pelaku Tindak Pidana akibat pengaruh Narkoba Suntik dalam perspektif hukum pidana: 1. Filosofi rehabilitasi cenderung lebih tepat sebagai model penghukuman terhadap para pengguna Narkoba. Jika dilihat dari karakteristik kejahatan ini, model rehabilitasi jelas memberikan pola penanganan yang lebih jelas dan terukur. Oleh karenanya, kebijakan menjebloskan para pengguna Narkoba yang jelas tidak sekaligus menjadi pengedar ke dalam penjara dinilai tidak tepat. Kekhawatiran besar terhadap kebijakan tersebut adalah tidak mampunya lembaga pemasyarakatan yang lebih menekankan filosofi reintegrasi untuk menjalankan fungsi-fungsi rehabilitatif. Terutama dalam melakukan detoksifikasi dan menghilangkan ketergantungan. Jikapun lembaga pemasyarakatan bersikeras mampu melaksanakan fungsi-fungsi Universitas Sumatera Utara rehabilitatif, polemik atas peran sistem pemasyarakatan di Indonesia sekarang ini cenderung membuat kita menjadi semakin skeptis. 2. Perbedaan Rahabilitasi dan hukuman penjara: a. Selain dilihat dari ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi rehabilitatif, menjebloskan para murni pengguna Narkoba ke dalam lembaga pemasyarakatan akan sangat berpotensi menjadikan mereka pelaku kejahatan yang lebih serius efek prisonisasi. Terlebih lagi di dalam sistem penjara yang belum mampu memberlakukan kategorisasi narapidana secara ketat. Di dalamnya, interaksi sekaligus proses pembelajaran antaar pengguna dengan pengguna, terlebih lagi pengguna dengan pengedar sangat mungkin terjadi. b. Rumit dan kompleksnya permasalahan sistem pemasyarakatan Indonesia dewasa ini sangat mungkin menambah jumlah residivisme para penggunan Narkoba. Pemerintah pada dasarnya memiliki banyak pilihan alternatif penghukuman bagi para penggunan Narkoba. Bahkan di antara alternatif tersebut telah dipraktekkan sejak lama dalam format Rumah Sakit Ketergantungan Obat RSKO atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang telah berperan aktif dalam memberikan konseling kepada murni pengguna. 3. Peranan Kepolisian dalam menangani tindak pidana yang dilakukan oleh pengguna Narkoba suntik. Universitas Sumatera Utara  Perlunya peningkatan kualitas penyidik Polri khususnya pada satuan narkoba, peningkatan anggaran penyelidikan dan penyidikan kasus Narkoba, peningkatan sarana dan prasarana pendukung, guna lebih memberdayakan Polri dalam mengungkapkan kasus penyalahgunaan Narkoba.  Perlunya pemberian informasi yang benar tentang HIV dan AIDS kepada personil Satuan Narkoba Polresta Medan. Hal ini dimaksudkan agar jangan ada lagi personil satuan Narkoba yang melepaskan pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh pengguna narkoba suntik dengan alasan yang bersangkutan sudah terinfeksi HIV. 4. Melalui kegiatan preventif yang bersifat informatif dan edukatif, Narkoba dapat diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dengan tidak mengiliminasi jalur pendidikan non formal. Kegiatan ini pada jalur pendidikan formal dirasa dapat membantu proses penanggulangan Narkoba lebih efektif. Selain itu dengan materi-materi yang diberikan, para pelajar tidak hanya ampu mengatasi permasalahaan dirinya tapi melahirkan konselor-konselor di sekitarnya.

B. Saran