Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo Kabupaten Langkat
DAFTAR WAWANCARA
1. Siapa saja pihak-pihak yang diundang dalam musrenbangdes desa Sambirejo tahun 2016? Apakah pihak-pihak yang diundang tersebut hadir dalam musrenbangdes tersebut?
2. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa di desa Sambirejo?
3. Seberapa pentingnya kehadiran masyarakat dalam mengikuti musrenbangdes untuk perencanaan pembangunan?
4. Siapa sajakah yang terlibat dalam perencanaan pembangunan?
5. Bagaimana tingkat kehadiran masyarakat dalam mengikuti musrenbangdes? 6. Sebenarnya bentuk partisipasi apa yang diharapkan dari masyarakat dalam
perencanaan pembangunan desa?
7. Apakah Bapak sebagai kepala desa ikut menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?
8. Bagaimana bentuk peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?
9. Apakah dalam pembangunan di desa masyarakat sudah ikut berpartisipasi? 10. Seberapa besar sumbangan masyarakat dalam proses pembangunan yang
dilaksanakan di desa Sambirejo?
11. Apakah masyarakat juga turut dilibatkan dalam penetapan program pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo?
12. Apakah pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa?
(2)
Lampiran
13. Apakah masyarakat sudah puas terhadap hasil pembangunan desa?
14. Bagaimana situasi dan kondisi pembangunan yang telah dilakukan di Desa Sambirejo?
15. Apakah ada koordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat?
16. Apakah masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo?
17. Apa harapan bapak terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di desa Sambirejo?
(3)
Bagan 3.5.5.1 Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Sambirejo
Badan PermusyawaratanDesa (BPD)
Kepala Desa
Sekretaris Desa
KA. Urusan Pemerintahan
KA. Urusan Pembangunan
KA. Urusan Kesra
KADUS II KADUS
I
KADUS III
KADUS IV
KADUS V
KADUS VI
KADUS VII
KADUS VIII
KADUS IX
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Farid. 1997. Metodologi Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi dan Pemerintahan. Jakarta: Rajawali Pers.
Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.
Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Terjemahan: Susetiawan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa. Bandung: PT. Alumni.
Davis, Keith dan Newstrom, John W. 2004. Perilaku dalam Organisasi, Edisi 7 Bahasa Indonesia, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hadi, Sudharto P. 2001. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Isbandi, Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Asset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Arifin. 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah. Medan: FISIP USU Press.
Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Grasindo.
Panudju, Agung. 2003. Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan unit PT.X Palembang. Jurnal Manajemen dan bisnis Sriwijaya.
Riyadi & Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Safi’i, M. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Perespektif Teoritik. Malang: Averroes Press.
(5)
Siagian, Sondang P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pertama, Cetakan Keempat Belas. Jakarta: Bumi Aksara.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei ( Editor). Jakarta: LP3ES.
Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Supriyanto, Budi. 2009. Manajemen Pererintahan (Plus Dua Belas Langkah Strategis). Tangerang: CV. Media Berlian.
Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.
Tjiptoherijanto, Prijono & Said Z. Abidin. 1993. Reformasi Administrasi Dan Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Tjokroamidjojo, Bintoro. 1998. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: CV Haji
Masagung.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Jakarta: Erlangga.
Warsito, Utomo. 1997. Peranan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Bandung: dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, volume 1.
Widjaja, HAW. 2001. Otonomi Desa merupakan Otonomi Asli Bulat Dan Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wrihatnolo. R dan Nugroho. 2006. Manajemen pembangunan Indonesia: Sebuah Pengantar dan Panduan. Jakarta: Elex Media Komputindo
(6)
Sumber Lain
http://www.langkatkab.go.id/
http://radita-cahyani.blogspot.com/2012/10/1.html
Sumber Undang-Undang
Undang-undang RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008.
Peraturan Desa Sambirejo Nomor 01 Tahun 2016 Tentang Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKP-Desa).
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/200/II/ BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
(7)
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Sejarah Desa Sambirejo
Desa Sambirejo merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dengan luas daerah 1.081 Ha. Desa ini berjarak ± 1,7 Km dari ibukota Kabupaten Langkat.
Asal kata nama Sambirejo berasal dari 2 kata yaitu Sambi yang berarti sambil atau nyambi dan rejo yang berarti sukses. Jadi Sambirejo memiliki arti “kerja sambilan menuju sukses”. Diberi nama Sambirejo karena penduduk asli desa ini berasal dari Dusun Limau Manis yang sekarang merupakan Dusun IX di Desa ini. Pada awalnya penduduk Limau Manis ini bekerja pada areal perkebunan Belanda, namun setelah Belanda kalah perang maka mereka terpaksa kehilangan pekerjaan, untuk menghidupi keluarga mereka mengolah lahan sendiri di Desa Limau Manis. Untuk mencapai pendapatan tambahan penduduk dari Dusun Limau Manis ini melakukan kerja sambilan dengan menggarap lahan yang sebelumnya adalah milik Belanda yang sudah tidak aktif lagi. Akibatnya satu persatu penduduk Limau Manis membawa pindah keluarganya kelahan baru yang dahulunya adalah tanah tanah perkebunan milik Belanda, hingga akhirnya terus berkembang dan terbentuklah sebuah desa, yaitu Desa Sambirejo. Mengenai tahun berdirinya Desa Sambirejo tidak diketahui dengan pasti dikarenakan data-data tersebut telah musnah pada saat pergolakan G30S/PKI.
Hingga sekarang pemerintah Desa Sambirejo sedang berusaha untuk mencari data-data tentang tahun berapa berdirinya Desa Sambirejo yang
(8)
43
mengalami langsung setiap perkembangan Desa Sambirejo sebagai juru kunci memperoleh informasi yang sebenarnya. Berikut nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala desa di Desa Sambirejo sejak tahun 1951 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Nama-Nama Kepala Desa Sambirejo
No Nama-nama Kepala Desa Sambirejo Tahun
1 Sasta Rebo Sebelum s/d 1951
2 Amat Saru 1951 s/d 1954
3 Sumirat 1954 s/d 1965
4 Pardi Pawiro 1965 s/d 1966
5 Mudjiman 1966 s/d 1985
6 Bani Sutrisno 1988 s/d 1993
7 Kusno 1993 s/d 1994
8 Drs. Zulkifli (Pelaksana) 1994 s/d 1995
9 Satiman 1995 s/d 2003
10 Suparto (Pelaksana) 2003 s/d 2004
11 Satiman S.Sos 2004 s/d 2009
12 Kusnadi 2010 s/d sekarang
Sumber : Profil desa tahun 2009 3.2 Keadaan Geografis Desa Sambirejo
Desa Sambirejo memiliki luas areal sekitar 1.081 Ha yang sebagian besar terdiri dari areal persawahan, perkebunan penduduk. Tanah yang dimanfaatkan berupa tegalan, kebun dan ladang seluas ± 626 Ha. Areal perkebunan seluas 70 Ha dan selebihnya 485 Ha digunakan sebagai areal pemukiman penduduk.
Tata guna tanah telah dimanfaatkan secara optimal, terbukti dengan luasnya areal untuk tanaman konsumsi dan produktif yang ditanami dengan padi, kacang kedelai, kacang panjang, mentimun dan jagung.
(9)
Perkarangan penduduk umumnya dimanfaatkan dengan menanam tanaman apotik hidup, buah-buahan seperti rambutan, serta bunga-bungaan yang dapat di jual. Mengenai tata guna tanah di desa ini secara lebih rinci dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.2 Tata Guna Tanah di Desa Sambirejo
No Tata Guna Tanah Luas (Ha)
1 Bangunan dan halaman 458
2 Sawah tadah hujan 521
3 Tagalan, kebun dan huma 175
Total 1.081
Sumber : Profil desa tahun 2009
Desa Sambirejo berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN II / Kwala madu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Jati
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kwala Begumit - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sendang Rejo
3.3 Pembagian Dusun di Desa Sambirejo
Desa Sambirejo di bagi menjadi 9 dusun, yaitu : 1. Dusun I Jl. T. Amir Hamzah
Dusun ini terletak di sepanjang jalan utama. Pekerjaan penduduk Dusun I pada umumnya adalah bertani, tukang, juga karyawan pada perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengelolaan kayu, jenis pertanian yang diterapkan adalah padi sawah dan padi ladang, untuk mengaliri areal persawahan penduduk masih mengandalkan curah hujan, hanya sebagian
(10)
45
menggunakan sistem imigrasi. Industri rumah tangga di Dusun I ini merupakan pembuatan kerupuk opak yang terbuat dari ubi kayu, dan pembuatan batu bata. Selain itu terdata juga usaha penggalian pasir dari sungai Bingai yang merupakan usaha milik perorangan.
2. Dusun II Jl. Setia Utama
Dusun ini terletak ± 500 M dari jalan utama yang yang dilintasi oleh rel kereta api. Seperti halnya dusun I, penduduk dusun II ini juga mayoritas bertani yang bergabung dalam kelompok tani “Karya Tani” dengan panen tiga kali dalam setahun yaitu : Padi – Palawija – Padi. Dusun limau ini mayoritas penduduknya beretnis Jawa. Industri rumah tangga di dusun ini adalah kerajinan tangan yaitu pembuatan bunga hiasan, tas dari manik-manik dan juga terdapat kilang batu permata.
3. Dusun III Jl. Bhakti
Dusun ini berjarak ± 300 M dari jalan utama, dan mayoritas bekerja sebagai petani dengan pola tanam padi – palawija – padi. Disini juga terdapat industri rumah tangga yang mengelola kacang kedelai menjadi tempe dan keripik tempe.
4. Dusun IV Jl. T. Amir Hamzah
Dusun ini juga terletak disepanjang jalan utama. Kantor Kepala Desa, Balai Desa, Puskesmas, Pos PPKBD, SD Inpres serta Pos Kelompok Tani Dewi Sri Pemenang Insus Kedelai Tingkat I Sumatera Utara terdapat di dusun ini. Pekerjaan utama penduduk dusun ini adalah petani. Karyawan perusahaan, industri rumah tangga di dusun ini antara lain adalah kerajinan
(11)
smock jepang, membuat tas dari tali kur, sulam border, membuat gorden, membuat tikar, membuat tahu, temped an kerupuk emping.
5. Dusun V Jl. Bumi Ayu
Dusun ini terletak ± 300 M dari jalan utama, seperti halnya pada Dusun II dan Dusun III. Penduduk dusun ini mayoritas petani dengan pola tanam padi – palawija – padi. Selain petani terdapat juga usaha peternakan domba yang merupakan bantuan dari pemerintah.
6. Dusun VI Jl. Yogya
Dusun ini berjarak ± 2 Km dari jalan utama, disebut dengan Dusun Yogya dikarenakan penduduk di dusun ini mayoritas pendatang dari provinsi Yogyakarta, mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah dan untuk usaha sampingan banyak juga yang bekerja sebagai buruh di PTPN II Kwala Madu.
7. Dusun VII Jl. Tempel
Dusun ini berjarak ± 275 Km dari jalan utama, disebut Dusun Tempel dikarenakan lokasi dusun ini bersebelahan atau menempel disamping rel kereta api. Mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah. 8. Dusun VIII Jl. Waru-waru
Dusun ini berjarak ± 2 Km dari jalan utama. Berbatasan dengan Desa Sendang Rejo dan pabrik PTPN II Kwala Madu. Mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani sawah dan menjadi buruh di PTPN II Kwala Madu.
(12)
47
9. Dusun IX Limau Manis
Dusun ini dipisahkan oleh sungai Bingai dengan dusun-dusun lainnya. Dan berjarak 5 Km dari jalan uatam. Mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah dan menanam tanaman perkebunan seperti sawit dan coklat.
3.4 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk desa berdasarkan pendataan adalah 7.058 jiwa yang terdiri dari 3.654 jiwa pria dan 3.404 jiwa wanita dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.006 kepala keluarga.
Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Dusun Pria Wanita Jumlah
1 Dusun I 715 606 1321
2 Dusun II 533 553 1086
3 Dusun III 213 209 422
4 Dusun IV 862 746 1608
5 Dusun V 430 386 816
6 Dusun VI 224 246 470
7 Dusun VII 270 262 532
8 Dusun VIII 211 198 409
9 Dusun IX 196 198 394
Total 3654 3404 7058
Sumber : Profil Desa Tahun 2016 2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Umumnya penduduk Desa Sambirejo berpendidikan tamatan SLTP meskipun di Desa Sambirejo ini belum ada SLTP akan tetapi kesadaran masyarakat telah maju dan program wajib belajar 9 tahun mulai terlaksana.
(13)
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Tamat Sekolah 1167
2 Tidak Tamat SD 443
3 Tamat SD 1309
4 Tamat SLTP 1273
5 Tamat SLTA 2278
6 Tamat Perguruan Tinggi 318
Total 6788
Sumber : Profil Desa Tahun 2016
3. Berdasarkan Sosial Ekonomi
Mata pencaharian masyarakat Desa Sambirejo umumnya adalah sebagai petani yang sudah menggunakan teknologi dalam sistem pertaniannya. Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman hampir disetiap dusun telah dibentuk kelompok tani dan secara berkala diadakan penyuluhan oleh PPL sehingga petani terlepas dari spekulan tengkulak. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Pekerjaan Pria Wanita
1 Petani 1706 523
2 Buruh Tani 703 235
3 Buruh Migran Wanita - -
4 Buruh Migran Pria - -
5 Pegawai Negeri Sipil 22 25
6 Pengrajin industri rumah tangga 15 3
7 Pedagang keliling 18 16
(14)
49
9 Dokter swasta - -
10 Bidan swasta - 9
11 Pensiunan TNI/POLRI 9 3
12 Perawat - 3
13 TNI/POLRI 9 1
Jumlah 3245 1055
Sumber : Profil Desa Tahun 2016
4. Sosial Budaya dan Agama
Sebagian besar masyarakat Desa Sambirejo menganut agama Islam, sarana untuk melaksanakan kegiatan peribadatan di Desa Sambirejo ini antara lain terdapat Mesjid dan Mushollah sebanyak 12 buah, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik ditandai dengan adanya Majlis Ta’lim dan Remaja Mesjid. Selain agama Islam ada juga penduduk yang memeluk agama Kristen dan Budha, yang hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
Adat istiadat dan tradisi di Desa ini yang mayoritasnya suku Jawa masih terpelihara dengan baik sebagai norma kehidupan bermasyarakat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan budaya yang dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, hari besar agama Islam, pesta-pesta rakyat dan lainnya. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut agama adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo Menurut Agama
No Agama Pria Wanita
1 Islam 3638 3390
2 Kristen 12 13
3 Katholik - -
4 Hindu - -
5 Budha 4 1
(15)
7 Kepercayaan Kepada Tuhan YME - -
8 Aliran Kepercayaan Lainnya - -
Jumlah 3654 3404
Sumber : Profil Desa Tahun 2016
3.5 Sarana Umum Desa Sambirejo
Untuk sarana umum di Desa Sambirejo ini memang tidak terlalu lengkap dan kurang berkembang dengan pesat, ini dikarenakan jarak Desa Sambirejo dengan ibukota kecamatan yang lumayan dekat, hanya memerlukan waktu 15 menit untuk mencapai kota Binjai dengan kendaraan. Karena itu jika ada warga yang memerlukan sarana kesehatan maupun pendidikan yang lebih memadai, mereka akan pergi langsung ke kota Binjai. Hal ini juga didukung dengan sarana transportasi umum menuju ke kota Binjai juga sangat mudah dicari dan lancar.
3.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo
Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Sambirejo memang tidak begitu lengkap. Dan sarana-sarana kesehatan yang ada di Desa Sambirejo adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 Sarana Kesehatan di Desa Sambirejo
No Keterangan Jumlah
1 Rumah Sakit -
2 Puskesmas 1
3 Posyandu 9
4 Balai Pengobatan Masyarakat 5
5 Toko Obat -
6 Rumah Bersalin 5
(16)
51
3.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam setiap hidup, karena tingkat pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan sosial ekonomi. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan member tingkat kesejahteraan yang baik pula, demikian sebaliknya. Karena itu pendidikan sangat penting demi tercapainya pembangunan yang lebih baik. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Sambirejo ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8 Sarana Pendidikan di Desa Sambirejo
No Keterangan Jumlah
1 TK 7
2 SD 7
3 SLTP -
4 SLTA -
5 Lembaga Pendidikan Agama 5
6 Perpustakaan Desa 1
Sumber : Profil Desa Tahun 2016
3.5.3 Sarana Olahraga Desa Sambirejo
Sarana olahraga merupakan tempat kegiatan olahraga warga desa, pada umumnya kegiatan olahraga banyak dilakukan oleh pemuda desa, sarana yang dimiliki diantaranya adalah :
Tabel 3.9 Sarana Olahraga di Desa Sambirejo
No Keterangan Jumlah
1 Lapangan Sepak Bola 1
2 Lapangan Bulu Tangkis 1
3 Lapangan Tenis -
4 Lapangan Voli -
(17)
3.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo
Sarana peribadatan di wilayah Desa Sambirejo memang tidak terlalu lengkap. Tercatat hanya terdapat sarana peribadatan bagi umat muslim di Desa Sambirejo ini. Sedangkan sarana peribadatan agama lain tidak ada sama sekali. Hal ini di karenakan jumlah pertumbuhan umat beragama selain Islam tidak terlalu berkembang di desa ini.
Tabel 3.10 Sarana Peribadatan di Desa Sambirejo
No Keterangan Jumlah
1 Mesjid 8
2 Mushollah 7
3 Gereja Khatolik
4 Gereja Protestan
5 Vihara
Sumber : Profil Desa Tahun 2016
3.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo
Struktur pemerintahan Desa Sambirejo dipimpin oleh Kepala Desa yang dibantu oleh Sekretaris Desa, kepala urusan, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Sesuai dengan peraturan pemerintah yang diatur di dalam UU No. 72 Tahun 2005 tentang pemerintahan desa, dan di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, maka Kepala Desa Sambirejo mempunyai tugas dan kewenangan sebagai kepala desa.
1. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa
Kepala Desa berkedudukan sebagai pimpinan dan penanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa bertindak sebagai lembaga
(18)
53
Eksekutif dalam pemerintahan desa untuk dapat menjalankan roda pemerintahan desa. Kepala Desa bertanggungjawab kepada badan permusyawaratan desa (BPD) sebagai lembaga legislasi yang berfungsi sebagai pengawas jalanya pemerintah desa. Kepala Desa dipilih langsung oleh masyarakat desa melalui pemilihan kepala desa (Pilkades) yang bersifat langsung bila masa pemerintahan kepala desa telah berakhir. Kepala desa memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan kemudian dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali periode masa jabatan berikutnya. Kepala desa bukan sebagai pegawai pemerintahan dan harus melepaskan jabatannya sebelumnya untuk menjaga netralitas dalam mewujudkan otonomi desa.
Tugas dan kewajiban Kepala Desa meliputi : 1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa 2. Membina kehidupan masyarakat desa
3. Membina perekonomian desa
4. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa 5. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa
6. Mewakili desa didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasanya 7. Menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD dan
laporan pelaksanaan tugas kepada Kepala Daerah
8. Melaksanakan tugas dan kewajiban lain sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
(19)
Kewenangan Kepala Desa yaitu :
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD)
2. Mengajukan rancangan peraturan desa, menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan persetujuan bersama BPD
3. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
4. Membina kehidupan masyarakat desa
5. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
6. Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang-undangan
7. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Perangkat Desa
Dalam menjalankan tugas pemerintahan kepala desa dibantu oleh perangkat desa yang berasal dari pegawai pemerintahan kecamatan. Perangkat desa yang terbentuk terdiri atas unsur pelayanan yaitu sekretariat desa yang dipimpin sekretaris desa. Sekretaris desa mempunyai tugas untuk membantu tugas kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Fungsi dari Sekretaris Desa meliputi :
(20)
55
2. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi semua unsur sekretariat desa.
3. Merumuskan program kegiatan kepala desa.
4. Menyusun Rencana dan Penerimaan dan Belanja Desa. 5. Melaksanakan Administrasi kepegawaian Aparat Desa. 6. Menyiapkan Produk hukum Desa.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala desa sesuai dengan Peraturan perundang-undangan.
3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan permusyawaratan desa (BPD) adalah suatu badan perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dipilih oleh masyarakat desa melalui rapat musyawarah desa dengan musyawarah mufakat yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat desa. Dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tampak bahwa peran BPD lebih dominan. Selain memberi masukan kepada Kepala Desa, BPD juga dapat membatalkan kebijakan yang akan dibuat menjadi keputusan dan mengawasi pelaksanakan kebijaksanaan tersebut, BPD dapat meminta pertanggungjawaban Kepada Kepala Desa sebagai pelaksana.
1. Kedudukan BPD
- BPD sebagai Badan Perwakilan Desa dan merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
(21)
2. Tugas, Fungsi dan Kewajiban BPD BPD mempunyai tugas :
- Melaksanakan pemilihan Kepala Desa
- Meminta pertanggungjawaban Kepala Desa atas nama rakyat pada setiap akhir tahun anggaran
- Menyalurkan aspirasi masyarakat kepada instansi yang berwenang - Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembinaan perekonomian
masyarakat desa
- Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembangunan desa
- Memberikan saran dan pendapat dalam rangka ketertiban dan ketentraman desa
- Memberikan saran dan pendapat dalam rangka penyelesaian perselisihan / permasalahan antar warga di desa
- Melaksanakan kerja sama antar desa
- Bekerja sama dengan masyarakat dan aparat keamanan dalam memberantas narkoba, perjudian, penjualan anak perempuan, HAM dan kriminalitas
BPD mempunyai fungsi :
- Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan bersama-sama dengan Pemerintah Desa
- Merumuskan dan menetapkan terhadap Peraturan Desa bersama-sama dengan Pemerintah Desa
(22)
57
- Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, APBDesa serta keputusan Kepala Desa
- Menampung aspirasi masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang
BPD mempunyai kewajiban :
- Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa dari sisi Peraturan Desa
- Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan masyarakat desa yang berwujud dalam menampung setiap aspirasi masyarakat yang di sampaikan kepada BPD
- Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan perekonomian masyarakat desa dan atau penggalian sumber-sumber pendapatan dan kekayaan desa
- Melaksanakan kewajiban tugas memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat desa, sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam menciptakan kesatuan dan persatuan masyarakat desa
- Menerima rancangan peraturan desa dari Pemerintahan Desa dan bersama-sama menetapkan peraturan masyarakat desa
- Mempunyai kewajiban tugas untuk melestarikan adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa dengan bermitra dengan Pemerintah Desa
- Mempunyai kewajiban untuk mengajukan usul pengangkatan dan pemberhentian pejabat Kepala Desa
- Melaksanakan kewajiban menjalankan pengawasan terhadap jalannya penyelenggaraan Pemerintahan Desa
(23)
- Mempunyai kewajiban meminta pertanggungjawaban Kepala Desa dalam bentuk Administrasi Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, Administrasi Pembinaan Desa serta Administrasi Keuangan Desa
- BPD dengan Pemerintahan Desa merencanakan pembangunan, penggunaan dana bantuan desa dari pemerintah, proyek-proyek pemerintah atau swasta, pelaksanaan dan penempatan lokasi pembangunan harus mendapat perizinan / persetujuan BPD
3. Hak-hak BPD yaitu :
- Hak meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa - Hak anggaran
- Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota - Hak meminta keterangan kepada Kepala Desa
- Hak mengadakan prakarsa/perubahan rancangan Peraturan Desa - Hak mengajukan pendapat
- Hak penyelidikan
- Hak menetapkan tata tertib BPD
- Hak mengajukan usul pengangkatan/pemberhentian Kepala Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai tugas dan wewenang meliputi : - Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa yang terdiri dari para anggota
BPD dan tokoh masyarakat
- Menetapkan calon terpilih Kepala Desa melalui keputusan Badan Perwakilan Desa
- Membentuk peraturan desa yang dibahas bersama dengan Kepala Desa untuk mendapatkan perstujuan bersama
(24)
59
- Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) bersama-sama dengan Kepala Desa
Dalam menjalankan pemerintahan desa, dengan tujuan untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan terbuka, dengan berjalan secara demokrasi, pemerintahan desa Sambirejo menyusun struktur pemerintahan desa supaya dapat menjalankan pemerintahan desa secara demokrasi dan bertanggungjawab. Adapun struktur pemerintahan desa Sambirejo adalah sebagai berikut:
(25)
Bagan 3.1 Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Sambirejo
Sumber : Profil Desa Tahun 201 Badan Permusyawaratan
Desa (BPD)
Kepala Desa
Sekretaris Desa
KA. Urusan Pemerintahan
KA. Urusan Pembangunan
KA. Urusan Kesra
KADUS II KADUS
I
KADUS III
KADUS IV
KADUS V
KADUS VI
KADUS VII
KADUS VIII
KADUS IX
(26)
61
Dan nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.11 Nama-nama Pemegang Jabatan Perangkat Desa Sambirejo
No Jabatan Nama
1 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) H. Amar Ma'ruf, S.Ag 2 Kepala Desa Sambirejo Kusnadi
3 Sekretaris Desa Tia Tantia
4 Ka. Urusan Pemerintahan Suparto 5 Ka. Urusan Pembangunan Mawardi
6 Ka. Kesra Susi Suprapti, S.Sos
7 Kadus I Sapon
8 Kadus II Jumadi
9 Kadus III Binardi
10 Kadus IV Boimin
11 Kadus V M. Irsyad
12 Kadus VI Rusdianto
13 Kadus VII Supirin
14 Kadus VIII Suriadi
15 Kadus IX Herman S
Sumber : Profil Desa Tahun 2016 3.7 Visi dan Misi Desa Sambirejo
Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana Desa Sambirejo Kecamatan Binjai harus dibawa, agar tetap eksis dan inovatif, secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
Visi Desa Sambirejo adalah Pemerintah Desa dan Lembaga Desa yang berada di Desa serta masyarakat Desa untuk berani melihat dan berbuat yang terbaik untuk Desa Sambirejo. Agar tercipta masyarakat Desa Sambirejo yang maju, cerdas, mandiri dan sejahtera berlandaskan iman dan taqwa.
(27)
Misi merupakan fokus dari sasaran yang ingin dicapai bersama dengan masyarakat, lembaga-lembaga di Desa serta Pemerintah Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa selama masa kepemimpinannya. Untuk mewujudkan misi tersebut Pemerintah Desa Sambirejo mempunyai misi sebagai berikut :
1. Mewujudkan masyarakat yang maju, cerdas, mandiri dan sejahtera.
2. Meningkatkan peran kehidupan beragama serta memelihara dan mengembangkan norma, adat istiadat serta budaya masyarakat Desa Sambirejo.
3. Meningkatkan pelayanan dengan mengedepankan penggunaan anggaran yang efektif, transparan serta melakukan reformasi yang sungguh-sungguh demi tercapainya pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Desa Sambirejo. 4. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam pembangunan melalui
peningkatan partisipatif masyarakat. 5. Meningkatkan mutu layanan kesehatan.
6. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana transportasi yang berwawasan lingkungan.
(28)
BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan utama dan informan tambahan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; Pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang kondisi umum di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat seperti, profil Desa Sambirejo, dan data-data lain yang berkaitan dengan Desa Sambirejo. Kedua, penulis melakukan pengumpulan data mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa. Serta pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan. Ketiga, penulis melakukan wawancara
(29)
dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih komprehensif menyangkut permasalahan penelitian.
4.3 Hasil Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari para informan tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa. Sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumlah informan yang akan dilakukan wawancara sebanyak 7 (tujuh) orang. Ketujuh orang yang ditetapkan sebagai informan dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu informan utama Kepala Desa dan Ketua BPD, sedangkan informan tambahan adalah sekretaris, kaur desa 1 orang dan tokoh masyarakat sebanyak 3 orang yaitu orang-orang yang memiliki kedudukan tertentu karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa. Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun sudah pasti berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di desa tersebut. Namun, di dalam prosesnya sendiri penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.
(30)
65
1. Perencanaan Pembangunan
Menurut D. Conyers dan Hills (1984), perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.
Perencanaan pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat (baik langsung maupun tidak langsung). Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat yang pada umumnya bukan saja sebagai objek tetapi sebagai subjek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up).
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis menanyakan kepada kepala desa Sambirejo yaitu bapak Sukadi mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. “Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa di desa Sambirejo?” Beliau menjawab :
“Tingkat partisipasi cukup tinggi terutama masalah kehadirannya untuk menyampaikan apa yang mau dilaksanakan dari usulan lingkungan masing-masing, misalnya mengenai masalah jalan, sosial, ekonomi, serta
budaya.”
Dan penulis kembali menanyakan: “Seberapa pentingnya kehadiran masyarakat dalam mengikuti musrenbangdes untuk perencanaan pembangunan?” Beliau menjawab :
“Sangat penting kehadiran masyarakat yang kita undang, karena yang
kita minta sebenarnya usulan dari bawah, karena usulan dari bawah itu dari tingkat desa kemudian nanti di sampaikan di musrenbang
(31)
Dengan adanya penjelasan diatas dapat dilihat bahwa masyarakat sudah berpartisipasi dalam mengikuti musrenbangdes. Karena partisipasi masyarakat memang sangat menentukan kelancaran pembangunan di desa tersebut. Untuk mempertegas pernyataan tersebut, peneliti mewawancarai Ketua BPD desa Sambirejo yang secara aktif terlibat dalam proses pembangunan program desa, yaitu Bapak Amar Ma’ruf, beliau menjelaskan :
“Dalam setiap Musrenbangdes di desa ini masyarakat sudah berpartisipasi. Tetapi masih ada masyarakat yang tidak peduli, karena masyarakat menilai tanpa mengikuti pun semuanya tetap berjalan. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembangunan
dan belum merasa ada tanggung jawab dalam pelaksanaannya.”
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya, keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara maksimal. Hal ini sangat diperlukan karena yang lebih tahu akan kebutuhan pembangunan adalah masyarakat desa itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah desa harus dekat dengan masyarakat sehingga tercipta pembangunan yang efektif dan berguna bagi masyarakat.
Untuk mengetahui siapa sajakah yang terlibat di dalam perencanaan pembangunan di desa Sambirejo, penulis menanyakan kepada sekretaris desa Ibu Tia Tantia. Beliau menjawab :
“Kebetulan di desa Sambirejo ada tim sebelas namanya, tim perumus perencanaan pembangunan desa. Itu terdiri dari Perangkat desa, tokoh
(32)
67
Penulis juga menanyakan hal yang lain kepada sekretaris desa Sambirejo. “Sebenarnya bentuk partisipasi apa yang diharapkan dari masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa?” Beliau memaparkan :
“Yang paling utama ide atau gagasan dari mereka ya atau apa saja yang
di butuhkan di desa ini. Kemudian bukan hanya ini, tetapi juga dalam bentuk seperti swadaya, gotong royong, ataupun apa saja yang
diperbantukan oleh mereka untuk membantu pembangunan di desa.”
2. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa
Partisipasi masyarakat merupakan suatu keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan. Dalam hal ini masyarakat berfungsi sebagai subjek pembangunan dan bukan objek dari pembangunan tersebut. Dan harus ikut serta dalam menentukan semua program apa yang akan dilakukan di desa. Di sisi lain pembangunan desa yang dibangun juga akan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan desa akan dapat mengenai sasaran apabila masyarakat benar-benar terlibat dalam perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan, baik itu mulai dari penyusunan rencana, maupun sampai pada proyek pembangunan tersebut selesai, bahkan pemeliharaannya.
Untuk lebih mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa, maka penulis melakukan wawancara dengan para informan yang ada di desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang dianggap kompeten mengetahui tentang partisipasi masyarakat desa dalam perencanaan pembangunan.
(33)
Adapun indikator-indikator yang akan diteliti dari partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :
2.1 Wujud atau dimensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat
Untuk melihat hal tersebut maka penulis melakukan wawancara dengan Kepala Desa Sambirejo Bapak Sukadi mengenai partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, beliau menjelaskan :
“Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi terutama masalah kehadirannya untuk menyampaikan apa yang mau dilaksanakan dari usulan lingkungan masing-masing. Tidak hanya masyarakat, aparat desa
juga ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan desa ini.”
Masih dalam masalah partisipasi masyarakat, penulis mewawancarai ketua BPD Sambirejo yang secara aktif terlibat dalam proses pembangunan desa yaitu Bapak Amar Ma’ruf, beliau menjelaskan :
“Partisipasi masyarakat desa dalam perencanaan pembangunan sudah
ada, misalnya ikut dalam kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan. Serta dalam pemberian tenaga, misalnya dalam pembangunan jalan.”
Untuk mempertegas pernyataan tersebut, penulis menanyakan hal yang sama kepada Bapak Mawardi (Kaur Pembangunan), beliau menjelaskan :
“Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari ikut sertanya masyarakat desa dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Musyawarah ini adalah untuk melakukan perencanaan pembangunan yang akan dilakukan, dimana masyarakat diminta pendapatnya tentang pembangunan apa yang benar-benar masyarakat butuhkan, karena harapannya dengan adanya pembangunan tersebut kehidupan masyarakat desa dapat berjalan dengan
(34)
69
Masih dalam masalah partisipasi masyarakat, peneliti mewawancarai tokoh masyarakat yang dianggap benar-benar mengetahui pembangunan di desa Sambirejo dan terlibat di dalamnya yaitu Bapak Jaswadi, dengan menanyakan “Apakah dalam pembangunan di desa masyarakat sudah ikut berpartisipasi?” Beliau menjelaskan :
“Partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sudah ada, yaitu dalam pemberian ide atau gagasan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Dan juga dalam pemberian tenaga, misalnya dalam pembangunan jalan atau jembatan, masyarakat juga mau memberikan
sumbangan dana pembangunan.”
Pertanyaan lain juga penulis tanyakan kepada Kepala Desa Sambirejo Bapak Sukadi, yaitu “Seberapa besar sumbangan masyarakat dalam proses pembangunan yang dilaksanakan di desa Sambirejo?” Beliau menjelaskan :
“Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yang sedang, telah dan akan dilaksanakan masih kurang, hal ini disebabkan banyak faktor. Misalnya dalam memberikan partisipasi dalam bentuk dana atau uang, tingkat ekonomi masyarakat di desa ini rata-rata masih rendah, partisipasi dalam bentuk pikiran atau ide juga kurang, dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat rata-rata masih rendah, dan partisipasi dalam bentuk tenaga sudah cukup lah, tapi masih ada saja masyarakat yang tidak ikut terlibat, hal ini dikarenakan kesibukan masyarakat untuk mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.”
2.2 Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan program-program pembangunan
Dalam proses pelaksanaan pembangunan di desa perlu melibatkan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan, karena dengan melibatkan masyarakat dapat membantu pemerintah daerah dalam memajukan program desa.
(35)
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sangat baik, dimana hal ini dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan. Rasa kesadaran dan tanggung jawab ini muncul apabila pemerintah daerah dapat menyetujui suatu hal atau dapat menyerap nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, untuk itulah keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah sangat penting.
Untuk mengetahui apakah masyarakat juga dilibatkan dalam penetapan pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo, penulis bertanya kepada kepala desa Sambirejo Bapak Sukadi. Beliau menjelaskan :
“Iya mereka memang harus dilibatkan. Untuk menentukan prioritas juga
harus berdasarkan musyawarah yang melibatkan masyarakat.”
Untuk melihat kenyataan yang terjadi dilapangan, yaitu apakah masyarakat benar-benar dilibatkan dalam penetapan kebijakan pembangunan desa yang dilakukan, penulis mewawancarai langsung dengan salah satu anggota masyarakat.
Adapun yang penulis wawancarai adalah Bapak Bambang, dengan menanyakan “Apakah masyarakat juga turut dilibatkan dalam penetapan program pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo?” Beliau menjawab :
“Dalam penetapan program pembangunan masyarakat selalu dilibatkan,
namun kendalanya ada pada masyarakat itu sendiri, seringkali hanya sedikit masyarakat yang terlibat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk mencari nafkah.”
Padahal kita ketahui bahwa kunci dari keberhasilan pembangunan desa adalah masyarakatnya yang aktif dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya
(36)
71
peran aktif atau keterlibatan masyarakat akan sulit menciptakan pembangunan yang efektif dan efesien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.3 Kesesuaian pembangunan daerah yang akan dilakukan dengan kebutuhan masyarakat. Apakah program yang telah ditetapkan sesuai dengan hasil musrenbang yang telah dilakukan
Untuk melihat bagaimana pelaksanaan program pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo serta keberhasilan pemerintah desa dalam menjalankan perannya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, penulis perlu melakukan wawancara kepada masyarakat untuk melihat sejauh mana kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan yang telah dilakukan di desa Sambirejo.
Penulis menanyakan hal tersebut kepada salah satu tokoh masyarakat, yaitu Bapak Jaswadi . “Apakah pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa?” Beliau menjelaskan :
“Pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo sudah ada yang sesuai
dan masih ada yang belum sesuai, bahkan kadang pembangunan yang dilakukan ada yang tidak maksimal. Misalnya pembangunan jalan aspal, baru beberapa bulan saja sudah rusak. Itu sangat mengganggu masyarakat disini, karena debu menjadi lebih banyak. Padahal sudah lama jalan aspal di daerah sini banyak yang rusak, bahkan jalan aspal yang rusak cukup parah ada di dekat kantor Balai Desa Sambirejo”
Penulis juga menanyakan kepada Bapak Bambang, “Apakah masyarakat sudah puas terhadap hasil pembangunan desa?” Beliau menjelaskan :
“Kami belum puas, dilihat dari kualitas pengerjaannya kadang asal siap
saja dan terkesan kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat terhadap pembangunan. Standar pengerjaannya pun tidak sesuai dengan
(37)
perencanaan dan kapasitas, kemudian kontrol tidak terlalu berjalan
dengan Dinas yang bertanggung jawab.”
Hal yang sama penulis tanyakan kepada sekretaris desa yaitu Ibu Tia Tantia, beliau menjelaskan :
“Kalau dikatakan puas itu manusia tidak pernah ada puasnya ya, mereka
merasa cukup tapi tetap ada usulan pembangunan terus setiap tahunnya.
Merasa cukup lah masyarakat disini.”
Untuk mempertajam lagi jawaban yang telah diberikan oleh masyarakat, maka penulis juga menanyakan “Bagaimana situasi dan kondisi pembangunan yang telah dilakukan di Desa Sambirejo?” kepada Bapak Sukadi selaku kepala desa Sambirejo, beliau menjelaskan :
“Situasi di desa Sambirejo sampai saat ini dilaksanakan sesuai dengan
rencana, namun dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan masih
ada yang kurang baik atau kurang. Misalnya keadaan jalan di desa ini.”
Adapun yang menjadi penyebab tidak sesuainya pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo adalah karena pengaruh keadaan alam, dimana seringnya terjadi hujan dengan curah yang tinggi. Serta banyaknya kendaraan berat seperti truk yang melintas di jalan di desa ini.
Faktor lain yang menyebabkan pembangunan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat adalah kurangnya kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah desa setempat. Padahal tanpa adanya kerjasama yang baik yang terjalin antara masyarakat dengan pemerintah desa, maka akan sangat sulit untuk mencapai pembangunan yang maksimal dan berhasil.
(38)
73
2.4 Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau kondisi yang lebih baik. Suatu pembangunan akan dikatakan tepat sasaran atau terlaksana dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat.
Agar pembangunan desa dapat tercapai dengan maksimal, maka harus tercipta koordinasi yang baik antara pemerintah desa dengan masyarakat. Untuk melihat apakah ada koordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat maka penulis mewawancarai masyarakat yang terlibat langsung dalam proses pembangunan di desa. Adapun yang penulis wawancarai adalah Bapak Jaswadi, “Apakah ada koordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat?” beliau mengatakan :
“Kalau masalah koordinasi kadang ada dan kadang tidak. Itu yang
menjadi permasalahan sekarang ini. Bahkan tidak jarang masalah yang terjadi dalam pembangunan di desa ini adalah terjadinya konflik di masyarakat. Kalau boleh dikatakan masalah koordinasi inilah yang
kurang kami lihat.”
Proses pembangunan saat ini haruslah memperhatikan pembangunan yang berakar dari bawah, yaitu pembangunan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat sehingga masyarakat bisa mandiri dan menjadikan masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab atas pembangunan yang dilakukan, dengan demikian pembangunan tersebut akan terpelihara.
(39)
Untuk melihat kebenaran dilapangan maka penulis kembali mewawancarai masyarakat desa Sambirejo yaitu Ibu Juli. “Apakah masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo?” Ibu Juli menjawab :
“Memang benar masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan
desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemeliharaan pembangunan yang telah dilakukan. Tapi, mengenai dana-dana untuk pembangunan kami sebagai masyarakat tidak tahu, yang kami ketahui hanyalah mengenai pembangunannya saja, misalnya dalam pembangunan
atau perbaikan jalan dan jembatan.”
Selain kepada masyarakat, penulis menanyakan hal yang sama kepada ketua BPD, yaitu Bapak Amar Ma’ruf. Beliau menjelaskan :
“Dalam rapat musyawarah perencanaan pembangunan desa masyarakat
selalu dilibatkan. Apalagi disini setiap tahun ada kebijakan dari pemerintah daerah (Bupati) untuk menampung aspirasi masyarakat terkait pembangunan, hal ini dinamakan dengan Sistem jemput bola/musrenbang. Masyarakat yang memberikan secara langsung ide-ide atau pemikiran
mereka.”
Untuk melihat seberapa besar upaya yang dilakukan kepala desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka penulis melakukan wawancara langsung kepada kepala desa Sambirejo bapak Sukadi. Adapun yang penulis tanyakan adalah “Apakah Bapak sebagai kepala desa ikut menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?”. Beliau menjelaskan :
“Sudah jelas saya selaku kepala desa ikut menggerakkan di dalam pelaksanaan pembangunan desa.”
Hal yang senada juga penulis tanyakan kepada sekretaris desa yaitu berkaitan dengan peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi
(40)
75
masyarakat dalam pembangunan. Adapun yang saya wawancarai adalah ibu Tia Tantia, beliau menjelaskan:
“Kebetulan partisipasi masyarakat di desa ini sudah dari dulu mereka
antusias mengenai perencanaan pembangunan desa. Peranan kami tidak terlalu banyak, hanya sekedar sosialisasi bahwasanya akan dilakukan
pembangunan desa.”
Untuk memperkuat dari penjelasan diatas maka penulis mewawancari kembali kepada Bapak Amar Ma’ruf selaku ketua BPD yaitu bagaimana cara bapak untuk mengaktifkan masyarakat ikut berpartisipasi? Beliau menjelaskan;
“Iya, saya selaku aparat desa tentunya akan mensosialisasikan kepada
masyarakat akan pentingnya pembangunan demi kemajuan desa seperti
kami mengadakan rapat.”
Dan setelah penulis bertanya kepada Ketua BPD, penulis kembali melakukan wawancara kepada bapak Sukadi selaku kepala desa terkait dengan harapan pemerintah desa terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. Yaitu : “Apa harapan bapak terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di desa Sambirejo?” Bapak Sukadi menjelaskan:
“Harapan saya partisipasi masyarakat di desa ini perlu di tingkatkan karena pembangunan yang dilaksanakan di desa ini kalau bisa berkesinambungan dan bermanfaat bagi masyarakat di desa Sambirejo. Dan pihak-pihak pemerintah agar lebih memperbaiki kinerjanya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak masyarakat untuk meningkatkan
(41)
ANALISA DATA
Pada bab ini penulis menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan dan disajikan pada bab sebelumnya. Adapun jenis metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dimana data dan fakta yang didapatkan di lapangan dideskripsikan sebagaimana adanya diiringi dengan penafsiran dan analisa yang rasional.
Dari seluruh data yang telah diperoleh selama penelitian, baik melalui studi kepustakaan, melalui penyajian data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di desa Sambirejo, baik dengan melakukan wawancara dengan Kepala Desa dan Ketua BPD sebagai informan utama dan tokoh masyarakat sebagai informan tambahan. Maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta-fakta yang telah didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi di Desa Sambirejo.
5.1 Proses/mekanisme Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/200/II/ BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disebutkan bahwa prinsip-prinsip penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan desa/kelurahan (musrenbangdes) yaitu:
1. Musrenbangdes/kelurahan ditujukan untuk membahas seluruh rencana kegiatan pembangunan di wilayah desa/kelurahan untuk tahun rencana yang pendanaannya berasal dari berbagai sumber (PADes, ADD/dana bagi
(42)
77
hasil, bantuan desa/kelurahan, PPK/P2KP, swadaya masyarakat dan sumber dana lainnya).
2. Untuk menjamin pemahaman dan kajian mendalam, maka bahan/materi musrenbangdes/kelurahan sudah dibagikan bersamaan ketika mengantarkan surat undangan kepada peserta yang memiliki kompetensi memadai.
3. Peserta mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengkaji, mendiskusikan, mengusulkan dan mengambil kesepakatan bersama terhadap rumusan hasil musrenbangdes/kelurahan.
4. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu pembahasan dan penyepakatan hasil musrenbangdes/kelurahan, serta melibatkan narasumber yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
5. Adanya kejelasan informasi dari Pemda Kabupaten/kota tentang indikasi Alokasi Dana Desa yang akan diberikan kepada desa untuk tahun anggaran yang direncanakan serta sumber pendanaan program/kegiatan lainnya.
6. Adanya kesepakatan urutan prioritas isu/permasalahan pembangunan desa/kelurahan dan urutan faktor penyebabnya.
7. Adanya kesepakatan urutan prioritas fungsi/urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah untuk menangani isu/permasalahan pembangunan desa/kelurahan.
(43)
8. Adanya kesepakatan rancangan program dan kegiatan dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah desa/kelurahan (RPJMDes/RPJMKel).
9. Keluaran musrenbang desa/kelurahan berupa : a. daftar prioritas kegiatan pembangunan skala desa/kelurahan dengan tolok ukur capaian kinerjanya, yang akan didanai melalui dana bagi hasil/alokasi dana desa, bantuan keuangan desa/kelurahan, dana swadaya masyarakat, dan sumber dana program/kegiatan lainnya; b. daftar prioritas kegiatan pembangunan lengkap dengan tolok ukur capaian kinerjanya yang diusulkan untuk dilaksanakan melalui SKPD dan/atau kecamatan, namun masih akan dibahas dalam musrenbang kecamatan dan/atau forum SKPD dan musrenbang kabupaten/kota; c. daftar nama delegasi untuk mengikuti musrenbang kecamatan; d. berita acara musrenbang desa/kelurahan
10.Paling lambat pada akhir bulan Januari seluruh desa dan kelurahan telah selesai melaksanakan musrenbang desa/kelurahan.
Musyawarah perencanaan pembangunan desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrenbang desa dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan dengan mengacu/memperhatikan pada rencana pembangunan jangka menengah desa yang telah disusun untuk 5 tahun ke depan.
Musrenbang desa adalah forum dialogis antara pemerintah dengan pemangku kepentingan dari suatu isu/persoalan, kebijakan, peraturan, atau
(44)
79
program pembangunan yang sedang dibicarakan. Dalam musrenbang desa, pemerintah desa dan warga berdiskusi dalam menyusun program tahunan di desa, musrenbang desa menjadi media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di wilayah desa, baik yang di tangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah, menjadi bagian Renja SKPD Desa, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain yang relevan dengan usulan yang ada.
Tujuan musrenbang desa yaitu :
1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan yang termasuk urusan pembangunan yang menjadi wewenang desa yang menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja SKPD Desa.
2. Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh warga desa yang dibiayai melalui swadaya masyarakat dan dikoordinasikan oleh lembaga kemasyarakatan di desa setempat.
3. Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri yang dibiayai melalui dana bantuan dari pemerintah daerah (kota).
4. Prioritas kegiatan pembangunan desa yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD kota atau APBD provinsi.
5. Menyepakati Tim Delegasi desa yang akan memaparkan persoalan yang ada di desanya di forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.
Keluaran musrenbang desa yaitu :
1. Daftar prioritas kegiatan urusan pembangunan untuk menyusun Rencana Kerja SKPD desa
(45)
2. Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan secara swadaya
3. Daftar permasalahan prioritas yang akan diajukan ke musrenbang kecamatan
4. Daftar nama Tim Delegasi Desa yang akan mengikuti musrenbang kecamatan
5. Berita acara musrenbang desa
Proses/mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo
a. Pra Musrenbang Desa
Yang perlu dipersiapkan untuk penyelenggaraan adalah :
1. Pembentukan Tim Penyelenggaraan Musrenbang (TPM) oleh Kepala Desa 2. Menetapkan fasilitator yang berasal dari aparat (ditentukan oleh Kepala
Desa) dan masyarakat (dipilih oleh warga) 3. Menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Desa 4. Mempersiapkan bahan/materi untuk Musrenbang Desa
5. Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda, dan tempat Musrenbang Desa
6. Melakukan musyawarah/diskusi dusun/RW
7. Daftar prioritas masalah dari tingkat di bawah Desa
8. Peta potensi dan permasalahan desa (peta kerawanan kemiskinan, pengangguran, dll)
(46)
81
9. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa
10. Informasi dari Pemerintah Kota tentang perkiraan jumlah Dana Alokasi Desa yang akan dialokasikan Desa yang bersangkutan
11. Informasi dari Pemerintah Kota tentang isu-isu strategis daerah
12. Informasi tentang jumlah usulan yang dihasilkan pada forum sejenis di tahun sebelumnya yang telah terealisasi
13. Evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa pada tahun sebelumnya
14. Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga, koperasi, LSM yang bekerja di Kecamatan, atau organisasi tani/nelayan dan pedagang.
b. Pelaksanaan Musrenbang Desa 1. Pendaftaran peserta
2. Pemaparan Camat atas prioritas kegiatan pembangunan di Kecamatan yang bersangkutan
3. Kepala Desa mempresentasikan prioritas masalah Desa sesuai hasil pra Musrenbang (seperti kemiskinan, pengangguran, kesehatan dan pendidikan) 4. Membahas Dokumen RPJM Desa (hasil evaluasi Renja SKPD Desa yang
sudah berjalan)
5. Menyampaikan informasi tentang perkiraan jumlah Dana Alokasi Desa yang berasal dari Pemerintah Kota (kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh SKPD yang sudah berjalan di wilayah desa)
(47)
7. Membahas pelaksanaan pembangunan desa tahun sebelumnya termasuk mendiskusikan tentang jumlah usulan yang dihasilkan pada forum sejenis di tahun sebelumnya yang telah terealisasikan
8. Merumuskan kriteria bersama dalam menentukan prioritas untuk menyeleksi usulan
9. Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Desa oleh beberapa perwakilan dari masyarakat misalnya : ketua kelompok tani, komite sekolah, Ketua RW/RT dan lain-lain
10. Pemisahan kegiatan berdasarkan : a) Kegiatan yang akan diselesaikan sendiri di desa dan b) Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam Musrenbang tahunan Kecamatan
11. Membahas prioritas pembangunan tahun yang akan datang beserta pendanaannya sesuai dengan potensi serta permasalahan desa
12. Penetapan prioritas kegiatan pembangunan tahun yang akan datang sesuai dengan potensi serta permasalahan di Desa yang akan diusung ke Musrenbang Kecamatan
13. Musrenbang penentuan tim delegasi Desa dengan proses sebagai berikut : - Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi Desa
- Penentuan calon dari peserta musrenbang desa - Pemilihan/pengambilan suara
(48)
83
- Penetapan daftar nama 3-5 orang (masyarakat) delegasi dari peserta Musrenbang Desa untuk menghadiri musrenbang Kecamatan. Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan
- Berita acara Musrenbang Tahunan c. Nara Sumber
1. Kepala Desa
2. Ketua dan para anggota LPM 3. Camat dan aparat Kecamatan 4. Kepala Sekolah
5. Kepala Puskesmas
6. Pejabat instansi yang ada di Desa
7. LSM yang bekerja di Desa yang bersangkutan d. Partisipan Musrenbang Desa
1. Ketua Dusun
2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 3. Kelompok perempuan
4. Keterwakilan kelompok usia 5. Organisasi Masyarakat
6. Pengusaha, kelompok-kelompok masyarakat marginal, dan lain-lain
7. Keterwakilan berbagai sektor (ekonomi, pertanian, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan sebagainya)
e. Pasca Musrenbang Desa
(49)
1. Rapat kerja finalisasi dokumen Renja SKPD Desa
2. Penyusunan daftar prioritas kegiatan pembangunan swadaya desa 3. Daftar prioritas permasalahan pembangunan desa
Adapun indikator-indikator dalam proses perencanaan pembangunan adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Dalam hal ini pemerintah desa harus menetapkan tujuan atau keputusan yang membutuhkan bahan pertimbangan dan konsultasi dengan masyarakat. Hal ini sangat diperlukan karena yang lebih tahu akan kebutuhan pembangunan adalah masyarakat desa itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah desa perlu mengadakan konsultasi dengan masyarakat desa sehingga tercipta pembangunan yang efektif dan berguna bagi masyarakat.
Untuk mengetahui apakah pemerintah desa sudah menjalankan tugas tersebut atau tidak, maka penulis menanyakan hal ini kepada Kepala Desa dan salah satu masyarakat untuk memperkuat pernyataan yang diberikan oleh pemerintah desa.
Penulis bertanya kepada Bapak Sukadi selaku Kepala Desa mengenai “Apakah pemerintah desa melibatkan masyarakat dalam menetapkan tujuan untuk desa Sambirejo?” Beliau memaparkan :
“Dalam setiap perencanaan pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo, pemerintah desa tidak bertindak tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan masyarakat, hal ini sangat penting dilakukan karena menyangkut kebutuhan masyarakat. Dimana kita mengetahui bahwa pembangunan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Jadi untuk mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan konsultasi dengan masyarakat, karena mereka sendirilah yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka.” (wawancara diolah 2016)
(50)
85
Agar lebih jelas lagi penulis menanyakan kembali kepada salah satu masyarakat yaitu Bapak Bambang tentang “apakah pemerintah desa sebelum mengadakan musrenbang terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan masyarakat?” Beliau menjelaskan :
“Iya ada, pemerintah desa disini sebelum melakukan musrenbang mereka mengadakan rapat terlebih dahulu dengan masyarakat untuk konsultasi mengenai program-program pembangunan yang akan diusulkan maupun
dalam pelaksanaan pembangunan.” (wawancara diolah 2016)
Supaya pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka pemerintah desa dalam hal ini harus berkonsultasi dulu dengan masyarakat untuk menetapkan tujuan, sehingga pembangunan dapat dirasakan dan dinikmati masyarakat sesuai denga kebutuhan masyarakat dan agar tujuan dari pembangunan itu sendiri tepat sasaran. Dengan adanya penjelasan diatas memang ini yang diharapkan oleh masyarakat dimana pembangunan dari masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri.
2. Merumuskan keadaan saat ini
Pemahaman akan kondisi desa sekarang dan tujuan yang akan dicapai adalah sangat penting. Karena tujuan dan rencana menyangkut waktu waktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan desa saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan kegiatan lebih lanjut.
Dari hasil penelitian yang didapatkan di lapangan, diketahui bahwa pemerintah desa telah melakukan pendataan terhadap masyarakat di desa Sambirejo serta keadaan fisik di daerah ini, hal ini diperkuat dengan pernyataan dari ketua BPD desa Sambirejo Bapak H. Amar Ma’ruf. Beliau memaparkan :
“Kami selalu mendata keadaan masyarakat di desa ini setiap tahunnya, seperti berapa jumlah KK miskin, berapa warga yang menganggur,
(51)
berapa banyak anak yang putus sekolah, berapa jumlah kematian ibu, bayi dan balita. Juga bagaimana keadaan fisik di desa ini, misalnya kerusakan jalan aspal, keadaan rumah tidak layak huni.” (wawancara diolah 2016) Keadaan masyarakat di desa memang harus selalu diperhatikan, seperti diketahui banyak warga miskin di daerah ini dan juga tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya warga yang tidak bersekolah dan menganggur. Serta banyaknya anak dibawah umur yang membantu orang tuanya bekerja di sawah. Padahal kita ketahui bahwa Menteri Pendidikan sudah menetapkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh warga negara Indonesia. Dan sudah menjadi kewajiban pemerintah desa agar memberitahu kepada masyarakat di desa ini agar anak-anaknya dapat merasakan bangku sekolah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari masyarakat desa yaitu Bapak Bambang. Beliau memaparkan: “Pemerintah desa memang selalu melakukan pendataan di desa ini tetapi yang saya lihat masih sedikit sekali perubahannya. Saya prihatin melihat anak-anak yang putus sekolah dan sudah bekerja membantu orang tuanya padahal di usia mereka seharusnya bermain dan belajar bersama teman-temannya. Juga mengenai jalan aspal di daerah ini, pengerjaannya itu tidak maksimal jadi tidak tahan lama dan hancur kembali. Kami masyarakat jujur saja merasa tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini.” (wawancara diolah 2016)
Hal yang paling diinginkan masyarakat adalah sebuah perubahan, tetapi itu adalah hal yang juga sulit untuk dicapai jika pemerintah desa dan masyarakat tidak bekerja sama untuk mewujudkan perubahan tersebut. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih sangat minim, hal ini dikarenakan mereka menganggap mencari uang lebih penting daripada pendidikan. Peran pemerintah desa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sangat penting, untuk itu diperlukan upaya yang maksimal agar terjalin komunikasi yang baik antara pemerintah desa dengan masyarakat.
(52)
87
3. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan
Perlu dipahami kekuatan apa saja yang dimiliki suatu desa sebagai modal untuk melakukan kegiatan. Kekuatan adalah segala elemen yang dapat menjadi pendorong untuk memajukan suatu desa. Adapun sesuatu yang dapat kekuatan antara lain berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, partisipasi, masyarakat dan lain-lain. Kekurangan yang dapat menjadi hambatan pengembangan suatu desa perlu diketahui dan diatasi. Elemen yang dianggap sebagai kekurangan itu antara lain pendidikan yang rendah, jumlah pengangguran dan lain sebagainya.
Sama halnya dengan proses perencanaan pembangunan, terdapat beberapa kemudahan dan hambatan di dalam pelaksanaannya. Untuk melihat hal ini penulis mewawancarai Bapak Sukadi selaku Kepala Desa Sambirejo.
“Kalau soal kemudahan itu misalnya dalam hal mengajak masyarakat berkumpul untuk rapat membahas perencanaan pembangunan, ya walaupun ada juga yang tidak hadir karena bekerja atau hal yang lain. Untuk hambatan ya sudah pasti ada hambatan di dalam proses perencanaan pembangunan di desa ini. Misalnya terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia yang profesional serta terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa.” (wawancara diolah 2016)
Seringkali dalam proses perencanaan pembangunan tidak menghasilkan sebuah perencanaan yang sesuai dengan tujuan pembangunan masyarakat. Ini disebabkan karena belum memadainya kemampuan masyarakat pada umumnya dan aparat setempat pada khususnya dalam merencanakan pembangunan di daerahnya. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan pembangunan masyarakat desa haruslah ditangani oleh orang berkompeten, baik dalam penguasaan lapangan maupun perencanaan, selain itu perlu adanya dampingan dari pemerintah dalam
(53)
perencanaan pembangunan di desa. Peran koordinasi perlu ditingkatkan yaitu dengan cara setiap anggota masyarakat dan aparat pembangunan mempunyai persepsi yang sama dalam mewujudkan arah pembangunan. Perlu dipersiapkan aparat perencana pembangunan sehingga mampu mengantisipasi setiap perubahan yang datang baik dari keinginan masyarakat dan selaras dengan arah pembangunan nasional. Hal tersebut juga di benarkan oleh masyarakat desa Bapak Bambang, beliau mengatakan :
“Ya, di desa ini memang masih sangat terbatas jumlah sumber daya manusia yang profesional dikarenakan tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Sarana dan prasarana yang ada di desa ini juga masih sangat terbatas. Saya berharap pihak pemerintah desa lebih memperhatikan hal tersebut.” (wawancara diolah 2016)
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada, serta untuk mempercepat pembangunan. Pemerintah desa harus berusaha mengaktifkan masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
“Upaya-upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat desa agar mau turut serta dalam proses perencanaan pembangunan sampai ke tahap pelaksanaan masih terus kami lakukan. Semua rencana dan ide-ide yang diberikan oleh masyarakat akan kami tampung dan disampaikan saat musrenbang. Kami berharap tujuan dari perencanaan pembangunan di desa ini dapat terlaksana dengan baik, sehingga dapat memajukan desa ini.” (wawancara diolah 2016)
Perencanaan pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan bermanfaat hasilnya jika dilaksanakan untuk memenuhi
(54)
89
kebutuhan rakyatnya. Tetapi, berhasil tidaknya proses perencanaan pembangunan sangat ditentukan oleh sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut. Masyarakat juga harus ikut ambil bagian untuk mensukseskan tujuan yang akan dilakukan di desa.
Ada dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah. Pertama : perlu aspiratif terhadap aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua : pemerintah perlu melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh masyarakat desa Bapak Bambang, beliau mengatakan :
“Masyarakat memang harus dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya. Pemerintah desa juga harus mendengarkan apa saja yang kami butuhkan saat ini, serta lebih banyak melakukan pendekatan kepada masyarakat desa agar informasi tentang perencanaan sampai kepada seluruh masyarakat.” (wawancara diolah 2016)
5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo
1. Wujud atau dimensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat
Pada dasarnya pembangunan desa adalah pembangunan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Semakin tinggi peran serta masyarakat desa tersebut,
(55)
maka semakin cepat pula pembangunan desa yang bersangkutan dapat terealisasi, terutama dalam otonomi daerah sekarang ini. Dengan keberadaan delegasi masyarakat desa dalam pembangunan sangatlah penting, dimana terbukanya peran partisipasi masyarakat untuk ikut menentukan dan mengawasi penentuan kebijakan pembangunan daerahnya.
Dari hasil data yang telah ditemukan dapat disimpulkan bahwa wujud atau dimensi partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Sambirejo dikategorikan sudah cukup baik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kepala Desa Sambirejo yaitu Bapak Sukadi, yang mengemukakan sebagai berikut :
“Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi terutama masalah kehadirannya untuk menyampaikan apa yang mau dilaksanakan dari usulan lingkungan masing-masing. Tidak hanya masyarakat, aparat desa juga ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan desa ini.” (wawancara diolah 2016)
Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan tersebut adalah peran serta yang diberikan masyarakat demi melancarkan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa sebagai perwujudan tujuan desa agar masyarakat di daerah tersebut sejahtera dan dapat menikmati pembangunan. Karena masyarakat sebagai subjek dan objek dari pembangunan dirasa perlu memberikan peran aktif baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan jalannya proses pembangunan tersebut.
Gagasan atau ide yang cemerlang dapat menunjang keberhasilan suatu rencana yang telah ditetapkan dan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,
(56)
91
sumbangan pikiran berupa saran ataupun ide-ide sangat diharapkan dapat membantu dalam upaya pencapaian dan perbaikan program-program pembangunan yang akan dan telah dilakukan supaya mencapai hasil yang maksimal.
Partisipasi masyarakat di Desa Sambirejo dalam bentuk pikiran atau ide sudah ada atau cukup baik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh tokoh masyarakat yang terlibat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di desa Sambirejo yaitu Bapak Jaswadi yang mengemukakan :
“Partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sudah ada, yaitu dalam pemberian ide atau gagasan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Dan juga dalam pemberian tenaga, misalnya dalam pembangunan jalan atau jembatan, masyarakat juga mau memberikan
sumbangan dana pembangunan.” (wawancara diolah 2016)
2. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan program-program pembangunan
Untuk melaksanakan suatu pembangunan, partisipasi masyarakat sangatlah diperlukan. Partisipasi masyarakat tersebut dapat berupa partisipasi dalam kegiatan perencanaan, partisipasi ikut serta dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan di desa. Namun, tidaklah hal yang mudah dalam membangun partisipasi masyarakat dalam suatu pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat membangun dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Dalam proses pelaksanaan pembangunan di desa perlu melibatkan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan, karena dengan melibatkan masyarakat dapat membantu pemerintah daerah dalam memajukan program desa.
(57)
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kepala Desa Sambirejo Bapak Sukadi, beliau memaparkan :
“Iya mereka memang harus dilibatkan. Untuk menentukan prioritas juga harus berdasarkan musyawarah yang melibatkan masyarakat.” (wawancara diolah 2016)
Namun pada kenyataannya masih ada saja masyarakat yang enggan atau tidak peduli terhadap perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan di desa tersebut. Padahal kita ketahui bahwa kunci dari keberhasilan pembangunan di desa adalah keaktifan masyarakatnya dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Bambang, beliau mengemukakan :
“Dalam penetapan program pembangunan masyarakat selalu dilibatkan, namun kendalanya ada pada masyarakat itu sendiri, seringkali hanya sedikit masyarakat yang terlibat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk mencari nafkah.” (wawancara diolah 2016)
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Keterbatasan masyarakat terhadap pemahaman perencanaan pembangunan.
2. Adanya sikap pesimis masyarakat terhadap proses perencanaan pembangunan karena usulan-usulan mereka tidak terakomodasi dalam proses yang lebih tinggi.
3. Terbatasnya jumlah kader dan aparat pembangunan yang bertugas mengkomunikasikan informasi mengenai perencanaan pembangunan kepada masyarakat.
(1)
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP selaku dosen pembimbing penulis yang telah sabar meluangkan waktu untuk membimbing dalam mengerjakan skripsi ini, memberikan banyak ilmu dan pengetahuan. Semoga beliau selalu Sehat dan selalu dalam lindungan Allah Yang Maha Esa.
5. Kepada seluruh dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membimbing dan memberikan pengetahuan, arahan, dan motivasi selama penulis berada di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
6. Kepada seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara, khususnya Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu dalam mengurus administrasi.
7. Kepada seluruh pegawai Balai Desa Sambirejo, bapak Sukadi selaku Kepala Desa, Ibu Tia Tantia, Ibu Susi dan seluruh pegawai Balai Desa yang telah meluangkan waktu dan banyak memberikan bantuan saat Penulis melakukan penelitian serta memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan.
8. Kepada teman spesial penulis, sekaligus sebagai sahabat, rekan, abang yaitu Rizaldy, S.K.M yang selalu memberikan semangat, dukungan, nasihat dan doa kepada penulis.
(2)
9. Kepada sahabat seperjuangan di Fisip Administrasi Negara, Siti Munawarah (Cimun), Lia Pontina Marpaung, Dian Helfida Afrilyani, Dina Syavira Lubis, Syahleny Fitri (Maklen), Mian Ihutro Siregar, Alkindi, Tommy Syahdi, Fadli Sinaga, Arief Damanik yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
10.Kepada sahabat tercinta, Tika Puspita Sari Tanjung, S.Kom, Yuthi Afina, S.Kom, Fakhrunnisa, Rahmadani Siregar, S.Pd, Anita Kumala Dewi PA, S.E, Anggia Murni, S.T, Fitri Aprilia, S.Sos yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
11.Kepada seluruh rekan Administrasi Negara di Fisip USU yang telah banyak memberikan bantuan baik selama masa perkuliahan maupun dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Negara. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2016
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ...viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 13
1.5 Kerangka Teori ... 13
1.5.1 Pembangunan... 13
1.5.2 Perencanaan Pembangunan ... 16
1.5.3 Partisipasi Masyarakat ... 20
1.5.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan ... 26
1.5.5 Desa ... 29
1.6 Defenisi Konsep ... 35
1.7 Sistematika Penulisan ... 36
BAB II METODE PENELITIAN ... 38
2.1 Bentuk Penelitian ... 38
2.2 Lokasi Penelitian ... 38
2.3 Informan ... 38
(4)
2.5 Teknik Analisa Data ... 41
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 42
3.1 Sejarah Desa Sambirejo ... 42
3.2 Keadaan Geografis Desa Sambirejo ... 43
3.3 Pembagian Dusun di Desa Sambirejo ... 44
3.4 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo ... 47
3.5 Sarana Umum Desa Sambirejo ... 50
3.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo ... 52
3.7 Visi dan Misi Desa Sambirejo ... 61
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 63
4.1 Hasil Penelitian ... 63
4.2 Pelaksanaan Penelitian... 63
4.3 Hasil Wawancara ... 64
BAB V ANALISA DATA ... 76
5.1 Proses/mekanisme Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo .... 76
5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo ... 89
BAB VI PENUTUP ... 97
6.1 Kesimpulan ... 95
6.2 Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA
(5)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Nama-nama Kepala Desa Sambirejo ... 43
Tabel 3.2 Tata Guna Tanah di Desa Sambirejo ... 44
Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47
Tabel 3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48
Tabel 3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 48
Tabel 3.6 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo Menurut Agama ... 49
Tabel 3.7 Sarana Kesehatan di Desa Sambirejo ... 50
Tabel 3.8 Sarana Pendidikan di Desa Sambirejo ... 51
Tabel 3.9 Sarana Olahraga di Desa Sambirejo ... 51
Tabel 3.10 Sarana Peribadatan di Desa Sambirejo ... 52
(6)
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 3.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan