Wilayah Rawan Bencana ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017 II - 8 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 1,37. Sektor jasa disini banyak dihasilkan dari peranan sektor pemerintahan dalam melayani kebutuhan publik seperti jasa pelayanan administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa rumah sakit, dan jasa pelayanan masyarakat lainnya. Sedangkan peranan sektor swasta masih belum cukup berarti terutama dari jasa hiburan dan rekreasi yang masih cukup rendah.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Barat yang terletak di zona patahan, Kota Payakumbuh relatif aman dari ancaman bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung api, begitu juga terhadap ancaman tsunami. Dalam RPJM Daerah Provinsi Sumatera Barat tahun 2010-2015, Kota Payakumbuh sama sekali tidak termasuk dalam wilayah rawan bencana. Namun demikian, pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Kota Payakumbuh paling teratas di Indonesia rawan terhadap ancaman dan potensi bencana angin puting beliung. Walaupun jauh dari zona patahan yang biasa menghasilkan episentrum gempa bumi, namun tetap berpotensi menerima dampak energi gempa bumi seperti halnya getaran. Efek secara menyeluruh terhadap stabilitas wilayah Kota Payakumbuh tergantung dari 4 empat faktor, yaitu : sifat fisik dan keteknikan material tanah dan batu, kemiringan lereng, karakter gempa bumi, dan struktur geologi. Efek secara menyeluruh tersebut, diungkapkan sebagai tipologi kerawanan terhadap gempa bumi dan kelas stabilitas wilayah. Di samping itu, potensi longsor juga ada di beberapa wilayah di Kota Payakumbuh. Potensi ini dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : aspek fisik alamiah dan aspek aktivitas manusia. a. Aspek Fisik Alamiah : Dari aspek fisik alamiah, potensi terhadap longsor diindikasikan oleh 7 tujuh indikator, yaitu : kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Dari kajian terhadap indikator-indikator tersebut, maka dari aspek fisik alamiah ini, Kota Payakumbuh masih termasuk berpotensi “rendah” terhadap bencana longsor. b. Aspek Aktivitas Manusia : Dari aspek aktivitas manusia, tingkat kerawanan terhadap longsor diindikasikan oleh 7 tujuh indikator yaitu : pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, pembangunan konstruksi, kepadatan penduduk, dan usaha mitigasi. Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017 II - 9 Dari analisa terhadap indikator-indikator tersebut, maka Kota Payakumbuh termasuk berpotensi “sedang” akan bencana longsor. Dilihat bencana alam selama ini, maka bencana angin puting beliung paling sering terjadi di Kota Payakumbuh. Wilayah yang sering dilanda angin ini antara lain Kecamatan Payakumbuh Utara dan Payakumbuh Timur, yaitu Kelurahan Payonibung, Kelurahan Talawi, Kelurahan Balai Batuang, Kelurahan Tanjuang Anau, Kelurahan Koto Baru, Kelurahan Koto Panjang dan Kelurahan Payobasung. Sedangkan potensi wilayah rawan longsor berada di Kecamatan Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Selatan, karena terdapat perbukitan dengan kemiringan 20-40, yaitu di Kelurahan Payolansek, Kelurahan Kubu Gadang, Kelurahan Balai Panjang, Kelurahan Limo Kampuang, Kelurahan Kapalo Koto dan Kelurahan Ampangan. Ancaman bencana banjir relatif tidak ada di Kota Payakumbuh, karena sistem drainase dan pembuangan air saat hujan sudah cukup baik, selain itu dengan adanya sungai Batang Agam dan beberapa sungai lain yang melintasi kota dapat menampung air limpahan saat musim penghujan. Untuk kondisi saat ini, yang terjadi hanyalah daerah genangan pada beberapa lokasi, seperti kawasan Nunang, kawasan Napar Jalan Kenanga, Pusat Kota Jalan Sudirman, Labuh Baru, Perumahan Padang Leba, Padang Tiakar Hilir, Kawasan Ibuh, Tambago dan Padang Tangah Payobadar. Pengurangan daerah genangan sudah menjadi prioritas pemerintah selama beberapa tahun terakhir ini, karena berkaitan dengan kinerja layanan sanitasi daerah.

2.1.4. Demografi