Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 9
Dari analisa terhadap indikator-indikator tersebut, maka Kota
Payakumbuh termasuk berpotensi “sedang” akan bencana longsor. Dilihat bencana alam selama ini, maka bencana angin puting beliung paling sering
terjadi di Kota Payakumbuh. Wilayah yang sering dilanda angin ini antara lain Kecamatan Payakumbuh Utara dan Payakumbuh Timur, yaitu Kelurahan
Payonibung, Kelurahan Talawi, Kelurahan Balai Batuang, Kelurahan Tanjuang Anau, Kelurahan Koto Baru, Kelurahan Koto Panjang dan
Kelurahan Payobasung. Sedangkan potensi wilayah rawan longsor berada di Kecamatan
Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Selatan, karena terdapat perbukitan dengan kemiringan 20-40, yaitu di Kelurahan Payolansek, Kelurahan Kubu
Gadang, Kelurahan Balai Panjang, Kelurahan Limo Kampuang, Kelurahan Kapalo Koto dan Kelurahan Ampangan.
Ancaman bencana banjir relatif tidak ada di Kota Payakumbuh, karena sistem drainase dan pembuangan air saat hujan sudah cukup baik, selain itu
dengan adanya sungai Batang Agam dan beberapa sungai lain yang melintasi kota dapat menampung air limpahan saat musim penghujan. Untuk
kondisi saat ini, yang terjadi hanyalah daerah genangan pada beberapa lokasi, seperti kawasan Nunang, kawasan Napar Jalan Kenanga, Pusat
Kota Jalan Sudirman, Labuh Baru, Perumahan Padang Leba, Padang Tiakar Hilir, Kawasan Ibuh, Tambago dan Padang Tangah Payobadar. Pengurangan
daerah genangan sudah menjadi prioritas pemerintah selama beberapa tahun terakhir ini, karena berkaitan dengan kinerja layanan sanitasi daerah.
2.1.4. Demografi
Perencanaan pembangunan daerah sangat erat kaitannya dengan jumlah dan perkembangan penduduk, karena perencanaan dilakukan
berorientasi pada kebutuhan penduduk. Penduduk dengan jumlah yang terus bertambah dan kegiatannya yang kompleks sementara lahan yang tersedia
terbatas maka perencanaan sangat berperan untuk mengatur penduduk dan kebutuhan terhadap segala kegiatan yang komplek
1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan kecepatan perubahan penduduk di suatu daerah yang akan mempengaruhi
pemerintah daerah
dalam merumuskan
kebijakan dan
program pembangunan, khususnya mengenai penyediaan perumahan, pendidikan,
dan fasilitas sosial lainnya. Laju pertumbuhan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan kecepatan perubahan penduduk di suatu daerah.
Komposisi penduduk Kota Payakumbuh menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki
sebagaimana terlihat pada tabel 2.5 berikut :
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 10 Tabel 2.5
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-2014 Kota Payakumbuh
Tahun Jumlah Penduduk Jiwa
Pertumbuhan rata-rata
Laki-laki Perempuan
Total
2010 58.333
59.543 117.876
10,26 2011
59.493 60.558
120.051 1,81
2012 60.650
61.800 122.450
1.99 2013
61.379 62.275
123.654 1.83
2014 62.391
63.229 125.690
1.64 Sumber : Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Per Kecamatan Tahun 2014 Kota Payakumbuh
No Kecamatan
Penduduk Laki-Laki
Perempuan Lk + Pr
Sex Ratio
1 Payakumbuh Barat
24.136 24.488
48.624 98
2 Payakumbuh Utara
14.950 15.167
30.117 98
3 Payakumbuh Timur
13.525 13.721
27.246 98
4 Payakumbuh Selatan
5.102 5.176
10.278 98
5 Lamposi Tigo Nagari
4.678 4.747
9.425 98
Kota Payakumbuh 62.391
63.299 125.690
98
Sumber : Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2014
Tahun 2014 penduduk Kota Payakumbuh berjumlah 125.690 jiwa yang terdiri dari 62.391 jiwa penduduk laki-laki dan 63.229 jiwa penduduk perempuan
dengan sex ratio 98. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 1.62. 2. Kepadatan Penduduk
Salah satu dampak dari perubahan penduduk adalah tingkat kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk merupakan salah satu indikator yang dapat
mencerminkan tingkat kehidupan sosial masayarakat. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin kompleks permasalahan sosial yang
akan dihadapi oleh suatu daerah. Tingkat kepadatan penduduk menunjukkan jumlah penduduk di suatu wilayah pada tahun tertentu dibandingkan dengan
luas wilayah yang dihuninya, dengan kata lain banyaknya penduduk di suatu wilayah untuk setiap kilometer persegi.
Tingkat kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan sangat rawan terhadap terjadinya konflik sosial yang muncul di masyarakat seperti
banyaknya pengangguran dan munculnya lingkungan kumuh atau lingkungan yang tidak memadai. Hal ini akan menyulitkan pemerintah daerah dalam
menyediakan fasilitas-fasilitas sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebaliknya jika tingkat kepadatan penduduk terlalu rendah akan
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 11
menyebabkan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat relatif mahal. Sehingga ukuran kepadatan penduduk akan lebih
bermakna bila dikaitkan dengan potensi yang ada dalam suatu daerah Tingkat kepadatan penduduk Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel 2.7
berikut :
Tabel 2.7 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 – 2014 Kota Payakumbuh
Tahun Jumlah Penduduk
Luas Km.2 Kepadatan Penduduk
Jiwa Km2
2010 117.876
80,43 1.465
2011 120.051
80,43 1.493
2012 122.450
80,43 1.522
2013 123.654
80,43 1.537
2014 125.690
80,43 1.563
Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2014
Dengan luas wilayah Kota Payakumbuh sekitar 80,43 km² kepadatan penduduk pada tahun 2013 adalah 1.537 jiwakm². Bila dibanding dengan
tahun 2014 yaitu 1.563 jiwakm², berarti telah terjadi kenaikan 26 jiwakm². 3. Persebaran Penduduk
Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan daerah terpadat karena dihuni oleh hampir 40 dari jumlah penduduk. Hal ini terjadi karena lokasi
pasar berada pada kecamatan ini. Kecamatan Lamposi Tigo Nagari memiliki penduduk paling sedikit sebesar 8.889 jiwa, akan tetapi kepadatan penduduk
paling rendah ada di Kecamatan Payakumbuh Selatan yaitu 684 orang per Km
2
, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Sebaran Penduduk Menurut Luas Wilayah dan Kepadatan
Tahun 2014 Kota Payakumbuh
No Kecamatan
Luas Km2
Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan
Penduduk 2014
2013 2014
1 Payakumbuh Barat
19.06 48.537
48.624 2551
2 Payakumbuh Utara
14.53 30.063
30.117 2073
3 Payakumbuh Timur
22.73 25.904
27.246 1199
4 Payakumbuh Selatan
14.68 10.028
10.278 700
5 Lamposi Tigo Nagari
9,43 9.112
9.425 999
Kota Payakumbuh 80,43
123.654 125.690
1563
Sumber : BPS Kota PayakumbuhTahun 2014
Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu 48.624 jiwa dan Kecamatan Latina dengan
jumlah penduduk paling sedikit yaitu 9.425 jiwa. Untuk kepadatan penduduk Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan Kecamatan dengan kepadatan
penduduk paling banyak yaitu 2.551km2 jiwa dan Kecamatan Payakumbuh Selatan dengan kepadatan penduduk paling rendah yaitu 700 jiwakm2.
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 12
4. Pengelompokan Penduduk
Karakteristik penduduk yang paling berpengaruh terhadap tingkah laku sosial ekonomi penduduk adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering
juga disebut komposisi penduduk jenis kelamin. Penduduk menurut kelompok umur dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu kelompok usia 0–14 tahun, 15–64 tahun dan 65 tahun keatas atau kelompok usia produktif dan non produktif. Penduduk yang non produktif
adalah gabungan antara penduduk muda 0–14 tahun dengan usia tua 65 tahun ke atas.
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung
pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sementara itu penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi karena
sudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15–64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif.
Komposisi penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan kelompok umur menunjukkan penduduk dengan usia produktif 15-64 tahun jauh lebih besar
bila dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif 15 tahun dan 64 tahun . Persentase penduduk berdasarkan kelompok usia produktif dan
tidak produktif tertera pada Tabel 2.9 berikut :
Tabel 2.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2010 - 2014 Kota Payakumbuh
No Usia
Jiwa tahun
2010 2011
2012 2013
2014 2010
2011 2012
2013 2014
1 15
36.793 37.474
37.906 37.110
37.509 31,21
31,22 30,96
30,01 29,84
2 15- 64
74.344 75.714
77.859 79.764
81.261 63,07
63,07 63,58
64,51 64,65
3 64
6.739 6.863
6.685 6.780
6.920 5,72
5,72 5,46
5,48 5,51
J u m l a h
117.876 120.051
122.450 123.654
125.690 100
100 100
100 100
Sumber : Payakumbuh Dalam Angka 2014
Berdasarkan data Tabel 2.9 terlihat bahwa dalam 5 tahun terakhir rata- rata jumlah penduduk usia 15 berada pada kisaran 31 dari jumlah
penduduk, jumlah usia produktif 15-64 tahun sekitar 63 dan jumlah penduduk usia tidak produktif 64 adalah 6 dari total penduduk Kota
Payakumbuh. Hal ini menerangkan bahwa usia produktif mendominasi dari komposisi penduduk Kota Payakumbuh.
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 13 2.2
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1.
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Untuk melihat gambaran umum kondisi daerah pada aspek kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, laju
inflasi dan PDRB per kapita. 1.
Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan ekonomi Kota Payakumbuh selama peiode 2010-2014 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana secara rata-rata mencapai sebesar 6,65.
Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi daerah Sumatera Barat dan juga pertumbuhan ekonomi daerah
kabupatenkota di Sumatera Barat yaitu sebesar 6,53. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Payakumbuh adalah relatif lebih baik dan meningkat secara
terus menerus selama periode 2010-2014 seperti terlihat dalam Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha
Tahun 2010-2014 Kota Payakumbuh
No Sektor Lapangan usaha
Tahun Rata -
Rata 2010
2011 2012
2013 2014
1 Pertanian
5,18 6,20
6,07 5,47
5,95 5,77
Tanaman Pangan 4,98
6,25 5,68
4,18
4,67 5,15
Perkebunan 5,65
5,82 7,11
4,19
6,34 5,82
Peternakan 5,80
6,77 7,31
9,16
7,89 7,39
Perikanan 4,53
3,66 4,60
4,29
4,22 4,26
2 Pertambangan
penggalian
5,61 5,48
4,71 2,73
4,17 4,54
Penggalian 5,61
5,48 4,71
2,73
4,17 4,54
3 Industri
5,98 5,95
6,52 6,86
6,85 6,43
Industri Tanpa Migas 5,98
5,95 6,52
6,86
6,85 6,43
4 Listrik, Gas Air Minum
4,65 7,11
6,12 4,73
5,07 5,54
Listrik 10,61
6,42 7,06
6,21
4,41 6,94
Air Bersih 1,73
8,92 3,72
0,82
6,90 4,42
5 Bangunan
8,53 8,35
7,13 7,39
6,59 7,60
6 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
7,41 7,85
8,71 8,45
7,63 8,01
Perdagangan Besar dan Eceran
7,5 7,82
8,66 8,35
7,73 8,01
Hotel 5,94
8,54 8,11
10,11
8,67 8,27
Restoran 5,76
8,55 9,91
10,40
9,45 8,81
7 Angkutan dan
Komunikasi
5,26 5,16
4,29 3,95
4,45 4,62
Angkutan 3,5
3,66 2,79
2,77
3,29 3,20
Komunikasi 13,61
13,76 12,19
9,64
10,21 11,88
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 14
No Sektor Lapangan usaha
Tahun Rata -
Rata 2010
2011 2012
2013 2014
8 Keuangan, Persewaan
Jasa Perusahaan
9,47 9,00
8,76 9,20
8,23 8,93
Bank 12,2
11,18 11,09
11,60
11,20 11,45
Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa Penunjang
6,39 6,22
6,46 5,48
6,22 6,16
Sewa Bangunan 7
6,98 6,34
6,81
6,54 6,73
Jasa Perusahaan 5,68
5,11 6,99
5,89
6,72 6,08
9 Jasa-Jasa
5,38 6,46
7,06 7,04
6,51 6,49
Pemerintahan Umum Pertahanan
5,72 7,11
7,78 7,24
7,10 6,99
Swasta 4,72
5,17 5,63
6,63
6,01 5,63
Pertumbuhan PDRB 6,38
6,79 6,82
6,72 6,53
6,65
Sumber : Buku PDRB Kota Payakumbuh
Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi menurut sub sektor atau sub lapangan usaha, maka laju pertumbuhan yang tertinggi pada tahun 2013 adalah
sub sektor Bank dengan pertumbuhan sebesar 11,60 dan diikuti oleh sub sektor restoran sebesar 10,40. Selanjutnya yang ke tiga dan seterusnya berturut turut
adalah sub sektor hotel 10,11, sub sektor komunikasi 9,64, sub sektor peternakan 9,16, sub sektor bangunan 7,39 sub sektor pemerintahan
umum dan pertahanan 7,24 sub sektor industry tampa gas 6,86 sub sektor sewa bangunan 6,81 sub sektor swasta 6,63 sub sektor listrik 6,21, dan
diikuti oleh sub sektor lainnya dengan pertumbuhan di bawah 6 , sebagaimana terlihat pada Tabel 2.10.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, Sumatera Barat dan Nasional pada tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Payakumbuh
dengan Propinsi Sumatera Barat dan Nasional tahun 2010-2014
Tahun Laju Pertumbuhan
Kota Payakumbuh Prop. Sumatera
Barat Nasional
2010 6,38
5,93 6,10
2011 6,79
6,22 6,50
2012 6,82
6,35 6,23
2013 6,72
6,20 5,70
2014 6,53
5,90 5,10
Sumber : Buku PDRB Kota Payakumbuh
Dari Tabel 2.18 tampak bahwa laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dan Nasional masih berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh
pada kurun waktu tersebut. Ekonomi Kota Payakumbuh tumbuh sebesar 6,38 pada tahun 2010, yang meningkat setiap tahunnya sampai tahun 2012, namun
tahun 2012 mengalami kontraksi menjadi 6,72 dan tahun 2014 turun menjadi 6,53. Demikian halnya dengan ekonomi Sumatera Barat dan nasional yang
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 15
tumbuh sebesar 5,93 dan 6,10 pada tahun 2010, mengalami peningkatan pada tahun 2011 hingga tumbuh sebesar 6,22 dan 6,50 . Pada tahun 2012 laju
pertumbuhan ekonomi nasional menurun pertumbuhan, yang disebabkan karena faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia itu berupa
ketidakpastian perekonomian global. Isu penghentian penggelontoran stimulus perekonomian AS oleh bank sentral AS, Federal Reserve, karena sejumlah
indikator perekonomian menunjukkan perbaikan. Banyak negara yang goyah atas kebijakan bank sentral AS itu. Indonesia menjadi salah satunya. Kondisi internal
yang buruk yaitu berupa melemahnya ekspor Indonesia, yang selama ini didominasi ekspor sumber daya alam, dan meningkatnya impor yang didominasi
jasa dan barang modal, telah menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan, defisit ini akhirnya membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melorot.
Untuk Provinsi Sumatera Barat, terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan antara lain karena kenaikan harga BBM sehingga konsumsi rumah
tangga melemah akibat tingkat inflasi yang cukup tinggi, di samping juga aktivitas perdagangan melambat, dan juga disebabkan karena kurangnya pasokan pangan,
struktur pasar yang kurang sehat, dan jalur transportasi angkutan yang sangat panjang. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi ini juga berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh. Selanjutnya, sektor ekonomi yang memiliki sumbangan berarti dalam
pembentukan PDRB Kota Payakumbuh Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010- 2014, dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Perkembangan Nilai dan Distribusi Persentase Sektor Ekonomi Dalam
Pembentukan Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 - 2014 Jutaan-Rupiah Kota Payakumbuh
No Lapangan usaha
2010 2011
2012 2013
2014 Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp 1.
Pertanian 187.902,55
9,96 215.048,07
9,97 241.282,57
9,97 281.437,83
9,99 320.414,46
9,94 2.
Pertambangan penggalian
9.917,07 0,53
10.959,38 0,51
11.919,14 0,49
12.777,10 0,45
13.961,80 0,43
3. Industri
pengolahan 140.158,60
7,43 162.393,29
7,53 181.224,76
7,49 208.335,85
7,40 236.141,32
7,32 4.
Listrik, Gas Air Minum
33.369,41 1,77
36.783,59 1,71
40.521,41 1,67
45.354,78 1,61
51.075,11 1,58
5. Bangunan
170.372,92 9,03
199.410,10 9,24
225.073,62 9,30
258.528,81 9,18
292.737,05 9,08
6. Perdagangan,hot
el dan restoran 363.137,27
19,25 421.136,68
19,52 488.876,59
20,20 582.441,97
20,68 670.651,44
20,80 7.
Pengangkutan dan Komunikasi
397.634,90 21,08
446.517,08 20,70
481.587,95 19,90
555.637,07 19,73
645.406,11 20,02
8. Keuangan,
Persewaan Jasa Perusahaan
169.448,06 8,98
193.121,18 8,95
220.359,05 9,11
260.364,23 9,25
298.061,79 9,24
9. Jasa – jasa
414.046,72 21,95
471.991,62 21,88
529.240,25 21,87
611.216,22 21,70
696.152,37 21,59
Total 1.885.987,50
100 2.157.360,99
100 2.420.085,35
100 2.816.093,86
100,00 3.224.601,44
100
Sumber : Buku PDRB Kota Payakumbuh tahun 2010-2014
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 16
Pada Tabel 2.12 terlihat bahwa sampai tahun 2014 struktur PDRB Kota Payakumbuh masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor jasa-jasa
sebesar Rp. 696.152.370,000- 21,59, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar Rp.670.651.440.000,- 20,80 , sektor
Pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 645.406.110.000,- 20,02.
Dibandingkan tahun 2013 dimana lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi peranannya meningkat sebesar 0,29, lapangan usaha jasa-jasa berkurang
0,11 dan kenaikan juga terjadi pada sektor usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0,12 pada tahun 2013.Sementara kontribusi lapangan usaha
lainnya masih relatif rendah dibandingkan dengan tiga lapangan usaha di atas. Selanjutnya pada Tabel 2.13 juga terlihat perkembangan kontribusi
lapangan usaha selama 2 dua tahun terakhir, tampak bahwa lapangan usaha yang mengalami peningkatan adalah perdagangan, hotel dan restoran dan
lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi, sementara lapangan usahan lainya mengalami penurunan.
Kemudian jika dilihat dari peranan sub lapangan usaha maka kontribusi sub sektor perdagangan besar dan eceran yang paling besar terhadap
perekonomian Kota Payakumbuh dengan kontribusi sebesar 19,84 terhadap PDRB tahun 2014 meningkat dari tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 19,69.
Selanjutnya nomor dua dan seterusnya berturut-turut diikuti oleh sub sektor angkutan sebesar 17,26 meningkat dari tahun 2013 sebesar 16,75; sub sektor
jasa pemerintahan umum sebesar 14,50 meningkat dari tahun 2013 sebesar 14,37 ; sub sektor industri tanpa migas dengan kontribusi 7,32 menurun dari
tahun 2013 sebesar 7,40, sub sektor jasa swasta dengan kontribusi sebesar 7,09; sub sektor tanaman pangan sebesar
5,84 dan sub sektor lainnya dengan kontribusi dibawah 5.
Pada lapangan usaha jasa-jasa yang peranannya cukup tinggi dalam pembentukan PDRB tahun 2014 21,59 , sebenarnya lebih banyak dihasilkan
dari kontribusi sektor pemerintahan dalam melayani kebutuhan publik seperti : jasa-jasa pelayanan administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa rumah sakit,
dan jasa pelayanan masyarakat lainnya. Kontribusi jasa pemerintahan umum dan pertahanan terhadap PDRB Kota Payakumbuh pada tahun 2013 adalah sebesar
Rp. 404.680.900.000,- 14,50 meningkat menjadi Rp. 467.616.900.000,- pada tahun 2014. Sedangkan peranan sektor swasta masih belum cukup berarti hanya
sebesar 7,09 tahun 2014 mengalami penurunan yang signifikan . Jika dilihat dari kondisi geografis, Payakumbuh merupakan kota
penghubung antara propinsi Sumatera Barat dan propinsi Riau. Dengan posisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa lapangan usaha pengangkutan dan
komunikasi mempunyai potensi yang cukup besar terhadap PDRB Kota Payakumbuh dengan kontribusi sebesar 20,02 pada tahun 2014. Kontribusi
lapangan usaha pengangkutan diberikan oleh Jasa pelayanan angkutan darat,
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 17
diperoleh dari jasa pemindahan penumpang dan barang baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, serta jasa penunjang seperti pergudangan, parkir,
keagenan dan terminal. Sementara dari jasa komunikasi kontribusinya masih relatif kecil, seperti jasa pos wesel, surat dan paket pos, telekomunikasi
telegram, telpon dan telex serta jasa penunjang warnet dan ponsel yaitu sebesar 2,76
Peranan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,80 pada PDRB tahun 2014, juga mempunyai peranan yang cukup tinggi setelah
sektor jasa-jasa. Hal ini didukung oleh makin meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat kota dan masyarakat di daerah hinterland yang ditunjang oleh letak
Kota Payakumbuh yang berada di tengah-tengah kabupaten Lima Puluh Kota. Jenis usaha yang memegang peranan cukup besar adalah pedagang besar dan
eceran 19,84 pada tahun 2014, sedangkan kontribusi jasa hotel dan restoran 0,11 dan 0,85 pada tahun 2014 belum begitu memberikan peranan yang
berarti pada perekonomian Kota Payakumbuh. Lapangan usaha pertanian juga memberikan peranan yang cukup baik
dalam perekonomian yaitu sebesar 9,94 akan tetapi kondisi ini menurun bila dibandingkan dari PDRB tahun 2013 sebesar 9,99. Pertanian yang ada di Kota
Payakumbuh umumnya masih bersifat pertanian rakyat dan berskala kecil sehingga lapangan usaha ini belum berkembang menjadi suatu pertanian yang
modern, namun dalam penyerapan tenaga kerja lapangan usaha ini memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya. Dilihat
dari jenis usaha, maka tanaman pangan dan hortikultura peranan 5,84 dari PDRB tahun 2014 adalah usaha yang mempunyai peranan cukup tinggi
dibandingkan dengan peternakan 2,96, perkebunan 0,28 , dan perikanan 0,86. Sub sektor perikanan mengalami peningkatan dibanding tahun 2013
yaitu 0,86, di mana sebelumnya 0,69, peningkatan ini disebabkan meningkatnya nilai tambah sub kegiatan meliputi penangkapan, pembenihan
maupun budidaya ikan air tawar di Kota Payakumbuh. Peranan lapangan usaha ini masih cukup tinggi karena lahan pertanian masih cukup tersedia. Namun ke
depan, dengan semakin berkurangnya lahan pertanian diharapkan lapangan usaha ini mampu digantikan peranannya oleh lapangan usaha industri pengolahan
yang menggunakan bahan baku dari produk pertanian sehingga selain untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian juga tenaga kerja yang tidak terserap
oleh lapangan usaha pertanian khususnya, dan lapangan usaha lainnya dapat diserap oleh lapangan usaha industri.
Lapangan usaha industri peranannya terhadap PDRB Tahun 2014 sebesar 7,32, menurun dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar 7,40
peranannya yang belum optimal dalam PDRB Kota Payakumbuh, disebabkan oleh berbagai masalah antara lain: skala usaha umumnya masih berskala mikro, kecil
dan home industri, kemudian kendala klasik yang dialami UMKM yaitu: masih
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 18
kurangnya modal usaha, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, kurang nya penerapan teknologi dalam proses produksi, lemahnya jaringan pemasaran
dan masih lemahnya kelembagaan. Namun dalam jangka menengah dan panjang, lapangan usaha ini diharapkan akan menjadi andalan dalam penyerapan tenaga
kerja. Dengan makin berkembangnya pembangunan di wilayah timur Sumatera, terutama sekali Provinsi Riau diharapkan akan semakin membuka peluang bagi
masyarakat Kota Payakumbuh untuk memasarkan produk-produknya sebagai akibat meningkatnya permintaan pada daerah tersebut.
Kemudian secara kelompok sektoral, selama lima tahun terakhir 2010- 2014 perekonomian Kota Payakumbuh masih didominasi oleh sektor tersier
dengan kontribusi rata-rata 71,36 dari nilai PDRB yang mencakup aktivitas jasa-jasa secara umum meliputi lapangan usaha perdagangan, hotel dan
restoran; lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi; lapangan usaha keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan lapangan usaha jasa-jasa, kemudian
diikuti oleh kelompok sektor sekunder dengan kontribusi rata-rata sebesar 18,13 dari nilai PDRB meliputi lapangan usaha industri; dan lapangan usaha listrik, gas
dan air minum, dan lapangan usaha bangunan; dan kelompok sektor primer dengan kontribusi rata-rata sebesar 10,50 dari PDRB mencakup Lapangan
usaha pertanian dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian.
Tabel 2.13
Distribusi Kelompok Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh
No Kelompok
Sektoral Distribusi
2010 2011
2012 2013
2014 Rata-rata
1 Primer
10,55 10,47
10,46 10,44
10,37 10,46
2 Sekunder
17,88 18,57
18,46 18,19
17,98 18,22
3 Tersier
71,57 70,96
71,07 71,36
71,65 71,36
Total 100,00
100,00 100,00
100.00 100.00
100,00
Sumber: PDRB Kota Payakumbuh 2014 data sementara
Perkembangan sektor primer dan tersier selama periode 2010-2014 tampaknya relatif stabil, sedangkan sektor sekunder kelihatannya mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Bila dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi dalam RPJPD Kota
Payakumbuh 2008 - 2012, dapat digambarkan bahwa pada tahun 2009 proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 6,52 dan pada tahun 2014 mencapai 6,89.
Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi terlihat bahwa target capaian tahun 2009 telah tercapai pada tahun 2014 sebesar 6,53.
2. PDRB Per kapita
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah PDRB per-kapita. PDRB per-kapita Kota
Payakumbuh kelihatannya mengalami peningkatan dari tahun ketahun baik
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 19
menurut harga konstan maupun harga berlaku. Perkembangan PDRB perkapita Kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000=100 Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh
No Tahun
PDRB juta rupiah Jumlah
penduduk PDRB per kapita rupiah
ADHB ADHK
ADHB ADHK
1. 2010
1.885.987 871.662
117.876 16.114.180
7.447.618 2.
2011 2.157.360
930.856 120.051
18.123.709 7.820.284
3. 2012
2.423.142 994.371
122.450 20.202.614
8.290.433 4.
2013 2.816.094
1.061.214 124.694
23.151.622 8.724.441
5. 2014
3.224.601 1.129.720
125.690 25.655.191
8.988.145 Sumber : PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2014
data sementara
Dari tabel di atas terlihat bahwa PDRB per kapita Kota Payakumbuh setiap tahunnya terus meningkat baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan,
dimana pertumbuhan menurut harga berlaku jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan menurut harga konstan. Hal ini sekali lagi memperlihatkan
masih tingginya tingkat inflasi dalam perekonomian Kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir ini.
Dalam proyeksi PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku dalam RPJPD Kota Payakumbuh tahun 2005-2025, pada tahun 2009 ditargetkan sebesar Rp.15,49
juta dan pada tahun 2014 sebesar Rp.23,73 juta. Bila dibandingkan dengan capai tahun 2011, terlihat bahwa target RPJMD tahap Pertama dapat dicapai pada
tahun 2010 dengan nilai sebesar Rp. 16,143 juta. 3.
Laju Inflasi Perkembangan angka inflasi diKota Payakumbuh kelihatannya juga cukup
menggembirakan. Hal ini terlihat dimana tingkat inflasi di Kota Payakumbuh selama periode 2010-2014 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2010
angka inflasi Kota Payakumbuh adalah sebesar 7,84 dan kemudian naikmenjadi 10,90 pada tahun 2014. Tingkat inflasi Kota Payakumbuh ini selama periode
tersebut kelihatannya juga berada dibawah tingkat inflasi Provinsi Sumatera Barat dan nasional. Secara keseluruhan laju inflasi dapat dilihat pada Tabel 2.15.
Tabel 2.15
Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh
Uraian 2010
2011 2012
2013 2014
Rata-rata Pertumbuhan
Inflasi 7,84
5,37 4,16
10,87 11,90
8,03
Sumber : PDRB Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Data Sementara
Dalam RPJPD Kota Payakumbuh tahun 2005 – 2025, laju inflasi tahun 2009 ditargetkan sebesar 2,05 dan tahun 2014 sebesar 5,50. Dari data diatas
Perubahan RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017
II - 20
terlihat bahwa RPJMD Tahap pertama telah tercapai pada tahun 2009 dan target Tahap Kedua tercapai pada tahun 2010, meskipun pada tahun 2014 terjadi
peningkatan signifikan. Tingkat inflasi
Kota Payakumbuh pada tahun 2014 yang dihitung
menggunakan angka inflasi ibu kota propinsi Sumatera Barat Kota Padang adalah sebesar 11,90 lebih tinggi dari inflasi tahun 2013 sebesar 10,87 dan
nasional sebesar 2,78 . Sejalan dengan terjadinya penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun
2014 maka tingkat inflasi secara nasional juga mengalami peningkatan. Penyebab terjadinya kenaikan inflasi adalah pertama karena kenaikan tingkat harga barang
impor karena semakin melemahnya nilai rupiah; kedua karena adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya.
Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga memicu kenaikan harga jual di dalam negeri. Terlebih lagi jika tidak diimbangi oleh
peningkatan produktifitas dengan peningkatan jumlah produksi. Jika kelangkaan produksi danatau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi terjadi kenaikan
harga juga tidak bisa dielakkan; dan ketiga karena adanya kenaikan harga BBM yang mengakibatkan meningkatnya harga barang dan jasa terkait produksi
maupun konsumsi masyarakat dan UKM.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial