12
2.6. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Departemen Kesehatan 2001 adalah :
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dan sumber alami, terutama makanan
sumber hewani hem iron yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan. Selain itu perlu ditingkatkan juga, makanan yang banyak mengandung
Vitamin C dan Vitamin A buah – buahan dan sayuran untuk membantu
penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb. 2.
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh
kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan.
3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan
untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplemen zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan
kurang zat besi yang perlu diikuti dengan cara lain.
2.7. Hubungan Protein dan Zat Besi dengan Anemia pada Ibu Hamil
Protein dicerna di usus halus dan cairan pancreas mengandung proenzim trypsinogen dan chymotrypsinogen. Proenzim trypsinogen dan chymotrypsinogen
diaktifkan menjadi enzim trypsin dan chymotrypsinogen oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh sel-sel mukosa usus halus. Enzim trypsin dan chymotrypsin
berperan memecah polipeptida menjadi peptide sederhana. Selanjutnya peptide
Universitas Sumatera Utara
13
tersebut dipecah menjadi asam amino oleh enzim peptidase erepsin. Enzim peptidase dapat dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan aktivitasnya yaitu enzim
aminopeptidase memecah gugus amina dari polipetida. Nuklease memecah asam
nukleat DNA dan RNA menjadi nukleotida Murray, 2006.
Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kekurangan asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan
terjadi defisiensi besi. Transferin merupakan protein utama pengangkut zat besi, suatu beta globulin dan sintesis di hepar. Tiap molekul transferin dapat mengikat dua
molekul besi dalam bentuk ferri. Transferin akan membawa zat besi ke sumsum tulang atau ke organ lain, apabila sumsum tulang mengalami kerusakan atau
kelebihan jumlah zat besi yang siap disimpan dalam sumsum tulang. Pada saat tidak ada transferin, protein lain akan mengikat zat besi tetapi membawa zat besi ke organ
lain seperti hepar, limpa, pankreas dan sedikit ke sumsum tulang. Transferin mempunyai reseptor spesifik pada besi maupun ke sel dan normoblast yang baru
berkembang. Transferin yang sudah membawa zat besi berikatan dengan reseptor transferin pada permukaan prekursor entroid. Dalam sel eritroid sebagian besar zat
besi pindah ke mitokondria, dimana akan bergabung dengan protoporfirin untuk membentuk heme. Dalam sel non-eritroid zat besi disimpan sebagai ferritin dan
hemosiderin. Ferritin terdiri dari tempurung protein bagian luarnya dan kompleks zat besi dibagian tengah atau intinya. Tempurung bagian luarnya terdiri dari 22 molekul
apoferritin dan intinya terdiri dari fosfatzat besi Rukiyah, 2009
Universitas Sumatera Utara
14
Penelitian yang dilakukan Ariyani 2010, menunjukkan bahwa konsumsi protein yang kurang memiliki kemungkinan untuk menderita anemia dimana protein
merupakan sumber utama zat besi dalam makanan. Absorbsi besi yang terjadi di usus halus dibantu oleh alat angkut protein yaitu transferin dan ferritin yang berfungsi
mentranspor zat besi ke sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin adalah senyawa protein terkonjugasi yang member warna merah pada
darah. Sintesis hemoglobin merupakan proses biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa-senyawa. Proses sintesis ini terkait dengan sintesis heme dan
protein globulin. Mekanisme sintesis heme dapat dilihat pada Gambar 2, Rukiyah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
15
Suksinil-KOA + Glisin Aminolevulenat sintase Vitamin B
6
aktif B
6
-PO
4
Asam aminolevulenat Aminolevulenat dehidratase
Porfobilinogen Uroporfirinogen I sintase
Hidroksimetilbilane Uroporfirinogen III kosintase
Uroporfirinogen III Uroporfirinogen Dekarboksilase
Koproporfirinogen III Koproporfirinogen Oksidase
Protoporfirinogen III Protoporfirinogen oksidase
Protoporfirin III Ferroketolase Fe
2+
HEME
Gambar 1. Tahap Proses Sintesis Heme Murray, Ganner, Robert, 2006
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui keterlibatan beberapa zat gizi atau senyawa-senyawa seperti asam amino glisin dan vitamin B
6
pada reaksi awal. Selanjutnya didalam sitosol dua molekul asam aminolevulenat ALA di kondensasi
oleh enzim ALA dehidratase membentuk 2 molekul air dan 1 molekul
Universitas Sumatera Utara
16
porfobilinogen. Keterlibatan zat besi adalah dalam proses sintesis hemoglobin, yaitu pada tahap akhir proses pembentukan heme. Pada tahap ini terjadi penggabungan zat
besi ferro ke dalam protoporfirin III yang dikatalis oleh enzim ferroketalase. Untuk sintesis gobulin diperlukan asam amino, biotin, asam folat, vitamin B
6
dan vitamin B
12.
Selanjutnya interaksi antara heme dan globulin akan menghasilkan hemoglobin. Unsur zat besi yang tersedia dalam tubuh bersumber dari sayur
– sayuran, daging, ikan yang dikonsumsi setiap harinya. Namun demikian mineral besinya
tidaklah mudah diserap ke dalam darah, karena penyerapannya dipengaruhi oleh HCL dalam lambung. Zat besi dalam makanan yang dikonsumsi berada dalam bentuk
ikatan ferri nabati dan ikatan ferro hewani. Zat besi yang berbentuk ferri dengan peranan dari getah lambung HCL direduksi menjadi bentuk ferro yang lebih mudah
diserap oleh sel mukosa usus. Adanya vitamin C dapat membantu proses reduksi tersebut. Zat besi yang berbentuk ferro di dalam sel mukosa dioksidai menjadi ferri,
dengan demikian terjadinya penyatuan diantara ferri dan ferro, yang selanjutnya bergabung dengan apoprotein membentuk protein yang berkandungan besi, yaitu
ferritin yang selanjutnya melalui beberapa proses lain dapat masuk dalam plasma darah Kartasapoetra, 2005
Terjadinya anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara betahap melalui beberapa tahap mulai dari baru timbul hingga tahap lanjut yaitu:
a. Tahap I: Kehilangan zat besi melebihi asupannya sehingga menghabiskan
cadangan dalam tubuh terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin protein yang menampung zat besi dalam darah berkurang secara progresif.
Universitas Sumatera Utara
17
b. Tahap II: Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi
kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.
c. Tahap III: Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium sel darah merah tampak
normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit kadar hemoglobin dan hematokrit menurun.
d. Tahap IV: Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi
dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil mikrositik, yang khas untuk anemia karena
kekurangan zat besi. e.
Tahap V: Dengan semakin terbentuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala karena kekurangan zat besi dan gejala karena anemia
semakin memburuk Murray, 2006 Jika asupan protein rendah maka proses transferrin mengangkut zat besi
kesumsum tulang belakang akan terhambat. Menurunnya asupan protein dan zat besi yang merupakan unsur utama pembentukan hemoglobin akan mempengaruhi kadar
produksi hemoglobin. Untuk mencegah agar tidak kekurangan kadar hemoglobin dan mengalami anemia, maka salah satu yang perlu diperhatikan adlah asupan makanan
yang mengandung zat besi seimbang Proverawati, 2007.
Universitas Sumatera Utara
18
2.8. Faktor