49
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada ibu hamil adalah jarak kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang
merupakan mekanisme biologis dan pemulihan faktor hormonal dan adanya kecenderungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia. Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan dan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR, tumbuh
kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah dan nutrisi kurang Depkes, 2003.
Dalam penelitian Ammiruddin 2007, menyatakan anemia terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas melahirkan 1-3 anak dengan jarak kehamilan kurang dari 2
tahun, karena jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bias kembali ke kondisi
sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil belum pulih,
akhirnya berkurang untuk janin yang dikandungnya.
5.3. Usia Kehamilan
Pada tabel 4.2. dapat dilihat usia kehamilan trisemester yang paling banyak pada trisemester III yaitu sebanyak 40,0. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi
pada trisemester II dan III meningkat pesat untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu.
Kebutuhan zat besi selama trisemester I relatif kecil yaitu 0,8 mg per hari, namun meningkat dengan pesat selama trisemester II dan III sehingga 6,2 mg per
Universitas Sumatera Utara
50
hari. Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan aditif. Zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit, maka suplemen
zat besi sangat dibutuhkan pada masa kehamilan DeMaeyer, 1995.
5.4. Pendidikan Ibu Hamil
Dari hasil penelitian didapat bahwa ibu hamil 45, berpendidikan rendah di Desa Naga Timbul. Rendahnya pendidikan ibu hamil akan berdampak pada
rendahnya pengetahuan ibu hamil terhadap pengolahan makanan, dan jenis makanan yang harus dikonsumsi selama masa kehamilan serta makin dekat keinginannya untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pendidikan ibu hamil adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya anemia. Hal inisesuai dengan teori Notoatmodjo
2010, mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilki.
Dalam penelitian Hendro 2006 mengatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan status anemia, karena dengan tingkat pendidikan ibu yang
rendah diasumsikan pengetahuan tentang gizi juga rendah dan jika pendidikan ibu hamil tinggi maka akan dengan cepat mampu menyerap informasi tentang kesehatan.
5.5. Penghasilan Keluarga Ibu Hamil
Dari hasil penelitian didapat bahwa sebagian 65 keluarga ibu hami berpenghasilan rendah di Desa Naga Timbul. Hal ini disebabkan karena pekerjaan
yang tidak menetap dan upah yang diterima masih sangat rendah, sehingga mengakibatkan kurangnya kemampuan keluarga untuk memenuhi dan memodifikasi
makanan yang mengandung nilai gizi terutama protein dan zat besi. Ketidakcukupan
Universitas Sumatera Utara
51
makanan dalam suatukeluarga merupakan penyebab utama kurangnya asupan protein dan zat besi. Sering disebut bahwa dengan meningkatnya pendapatan, terutama pada
keluarga-keluarga tidak mampu dapat mengurangi masalah gizi, karena uang akan memepengaruhi ketersediaan makanan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian
Husaini 2002, menunjukkan bahwa pada keluarga tidak mampu 80 mereka membelanjakan uangnya dari seluruh penghasilan yang didapat untuk membeli
makanan, sedangkan pada kleuarga mampu hanya 45 saja. Hasil penelitian Swandi 2013 mengatakan bahwa sebagian besar penderita
anemia berasal dari keluarga kurang mampu dengan pendapatan keluarga termasuk kategori kurang, yang diukur dari upah minimum regional dengan pekerjaan tidak
menetap. Keluarga dengan pendapatan kurang kemungkinan masih belum mampu dalam memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya
keanekaragaman makanan dalam keluarga kurang tersedia karena dengan uang yang
terbatas. 5.6.
Asupan Protein Pada Ibu Hamil
Hasil penelitian pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa asupan protein ibu hamil yang paling besar yaitu kategori kurang sebesar 60.0. Asupan protein rata-rata pada
ibu hamil yang diperoleh saat recall adalah sebesar 50,41 gram, Sementara berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2008 rata-rata kebutuhan protein perhari untuk
wanita dewasa umur 19-49 tahun minimum protein sebesar 50 gram, ditambah untuk ibu hamil 12 gram jadi kebutuhan protein untuk ibu hamil sebesar 62 gram perhari
Supariasa, 2004.
Universitas Sumatera Utara
52
Selama kehamilan kebutuhan protein sangat meningkat sampai 68 dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini dikarenakan protein diperlukan untuk pertumbuhan
jaringan pada janin. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gram, yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta serta
janin Manuaba, 2007. Hasil recall menunjukkan bahwa ibu hamil banyak mengkonsumsi ikan
kering, tahutempe dan sangat sedikit ikan segar atau daging. Mengkonsumsi makanan yang tinggi protein sudah seharusnya diutamakan pada saat hamil, karena
protein sangat penting untuk kelangsungan pertumbuhan janin agar sempurna. Untuk mendapatkan penambahan protein saat hamil dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
makanan sumber protein seperti susu, daging dan ayam tidak berlemak, ikan, telur. Protein dalam tubuh manusia berperan sebagai pembentuk butir-butir darah
hemopoesis yaitu pembentukan eritrosit dengan hemoglobin didalamnya. Protein juga dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Pada saluran pencernaan
besi mengalami proses reduksi dari bentuk feri menjadi fero yang mudah diserap oleh tubuh. Protein hewan juga dapat membantu penyerapan vitamin C dalam
pembentukan sel darah merah Waryana, 2010. Tingkat kecukupan gizi protein dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu
hamil tidak memenuhi tingkat kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan baik porsi maupun jenis makanan yang cenderung
tidak berubah seperti saat mereka tidak hamil. Hal lain yang mungkin berkontribusi menyebabkan rendahnya asupan protein ibu hamil adalah rendahnya pendapatan
Universitas Sumatera Utara
53
keluarga ibu hamil, rendahnya ketersediaan pangan dan rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang bahan makanan yang mengandung protein.
Untuk memenuhi
kebutuhan protein
dan zat besi
dihimbau kepada keluarga agar memanfaatkan pekarangan rumah
misalnya
memelihara ikan, beternak
ayam, dan menanam sayuran disekitar rumah.
5.7. Asupan Zat Besi Pada Ibu Hamil