Variabel Penelitian Defenisi Operasional

61

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai objek pengamatan peneltian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa dan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: • Dua variabel dependen dependent variable, yaitu pertumbuhan ekonomi PE dan Ketimpangan Wilayah KW • Variabel bebasnya independent variable antara lain: Desentralisasi fiskal DF, Tenaga kerja TK, Pajak Daerah PD, dan Aglomerasi Ag.

3.1.2 Defenisi Operasional

a. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi PE, berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi wilayah diukur melalui logaritma natural Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB per kapita kabupatenkota, dengan tujuan untuk menangkap perubahan relatif dibandingkan tahun sebelumnya dari PDRB per kapita. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB pendekatan produksi atas dasar 62 harga konstan tahun 2000. Satuan dari variabel pertumbuhan ekonomi adalah persen b. Ketimpangan Wilayah Dalam mengukur ketimpangan wilayah digunakan proksi sesuai dengan yang dipakai dalam penelitian yang dilakukan oleh Jaime Bonet 2006 yang mendasarkan ukuran kesenjangan wilayah pada konsep PDRB per kapita relative, dengan formula sebagai berikut: , , , 8 Dimana: KW it = ketimpangan wilayah kabupatenkota i, pada tahun t PDRBPC it = PDRB per kapita kabupatenkota i, pada tahun t PDRBPC Jabar,t = PDRB per kapita Propinsi Jawa Barat, pada tahun t PDRB per kapita Propinsi Jawa Barat diperoleh dari hasil bagi penjumlahan PDRB per kapita 25 kabupatenkota pada Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah penduduk 25 kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat. rumus tersebut menyatakan bahwa kesetaraan sempurna terjadi pada saat PDRB per kapita kabupatenkota sama dengan PDRB per kapita Propinsi Jawa Barat. c. Desentralisasi Fiskal Mengikuti Jin dan Zou 2002 dan Slinko 2002 pengukuran derajat desentralisasi fiscal dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 63 pendekatan penerimaan, yaitu mengukur derajat desentralisasi fiskal dari share penerimaan daerah terhadap total penerimaan daerah. 9 Dimana: DF it = derajat desentralisasi fiskal kabupatenkota i, pada tahun t PAD it = Pendapatan Asli Daerah kabupatenkota i, pada tahun t TPD it = Total Peneriman Daerah kabupatenkota i, pada tahun t Semakin besar nilai DF,menunjukkan semakin tinggi derjat desentralisasi fiskal di wilayah tersebut, begitu juga sebaliknya. Satuan dari variabel desentralisasi fiscal adalah persen. d. Pajak Daerah PD Pajak Daerah PD dalam penelitian ini didekati dengan rasio total pajak masing-masing kabupatenkota sebagai persentase terhadap PDRB kabupatenkota tersebut. Pendekatan ini mengikuti penelitian Jin dan Zou 2000. Satuan dari pajak daerah adalah persen. e. Tenaga Kerja Tenaga Kerja TK digunakan untuk mewakili resource yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan suatu wilyah. Dalam penelitian ini jumlah tenaga kerja yang dimakasud diukur dari jumlah angkatan kerja per tahun, per wilyah. Berdasarkan pengertian BPS, yang dimaksud dengan angkatan kerja 64 adalah penduduk usia 10 tahun ke atas, yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Variabel tenaga kerja adalah jiwa. f. Aglomerasi Mengikuti penelitian Bonet 2006, Aglomerasi Ag yang dimaksud adalah aglomerasi produk yang diproduksi dari share PDRB kabupatenkota terhadap PDRB propinsi Jawa Barat. ukuran ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemusatan aktivitas ekonomi pada 25 kabupatenkota di Jawa Barat terhadap pertumbuhan ekonomi 25 kabupatenkota tersebut.

3.2 Jenis dan Sumber Data