79
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Propinsi Jawa
Barat
Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5
o
50 - 7
o
50 Lintang Selatan dan 104
o
48 - 108
o
48 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya; sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah
timur, berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah, sebelah selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah barat, berbatasan dengan Propinsi Banten.
Propinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah 34.816 km
2
dengan kepadatan penduduk 1192 jiwakm
2
BPS. Secara administratif, Propinsi Jawa Barat terdiri atas 16 Kabupaten
Kab.Bogor, Kab.Sukabumi, Kab.Cianjur, Kab.Bandung, Kab.Garut, Kab.Tasikmalaya, Kab.Ciamis, Kab.Kuningan, Kab.Cirebon, Kab.Majalengka,
Kab.Sumdang, Kab.Indramayu, Kab.Subang, Kab.Purwakarta, Kab.Karawang, Kab.Bekasi dan 9 Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok,
Cimahi, Tasikmalaya, Banjar.
4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi 25 KabupatenKota Propinsi Jawa Barat
Kondisi makro ekonomi 25 KabupatenKota Propinsi Jawa Barat dalam penelitian ini di jelaskan oleh kondisi PDRB per kapita 25 kabupaten di Propinsi
Jawa Barat, seperti ditunjukkan oleh tabel 4.1 berikut ini.
80
Tabel 4.1 Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Propinsi Jawa Barat
Tahun 2004-2008 persen
N0 KabupatenKota
2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 Kab. Bogor
8.70 8.72
8.75 8.78 8.82
8.75
2 Kab. Sukabumi
8.04 8.07
8.10 8.14 8.17
8.10
3 Kab. Cianjur
8.06 8.09
8.11 8.14 8.17
8.11
4 Kab. Bandung
8.59 8.58
5.99 8.72 8.75
8.13
5 Kab. Garut
8.22 8.24
8.25 8.28 8.30
8.26
6 Kab. Tasikmalaya
7.89 7.85
7.86 7.87 7.89
7.87
7 Kab. Ciamis
8.22 8.25
8.27 8.31 8.34
8.28
8 Kab. Kuningan
7.96 7.98
8.00 8.02 8.04
8.00
9 Kab Cirebon
7.97 8.01
8.05 8.09 8.12
8.05
10 Kab. Majalengka
7.96 8.00
8.03 8.07 8.11
8.03
11 Kab. Sumedang
8.33 8.35
8.37 8.39 8.42
8.37
12 Kab. Indramayu
8.94 8.85
8.87 8.88 8.90
8.89
13 Kab. Subang
8.30 8.35
8.36 8.40 8.43
8.37
14 Kab. Purwakarta
8.90 8.92
8.94 8.96 8.99
8.94
15 Kab. Karawang
8.84 8.89
8.94 8.98 9.03
8.94
16 Kab. Bekasi
9.92 9.96
10.00 10.04 10.08
10.00
17 Kota Bogor
8.30 8.35
8.39 8.44 8.49
8.39
18 Kota Sukabumi
8.48 8.50
8.54 8.58 8.63
8.55
19 Kota Bandung
9.07 9.13
9.19 9.26 9.33
9.20
20 Kota Cirebon
9.74 9.77
9.81 9.85 9.88
9.81
21 Kota Bekasi
8.66 8.68
8.72 8.76 8.79
8.72
22 Kota Depok
8.10 8.15
8.20 8.25 8.30
8.20
23 Kota Cimahi
9.22 9.25
9.27 9.29 9.31
9.27
24 Kota Tasikmalaya
8.50 8.51
8.53 8.57 8.60
8.54
25 Kota Banjar
8.12 8.13
8.15 8.18 8.21
8.16
Standar Deviasi SD
0.43 0.43
0.43 0.51
0.43 -
Sumber: Lampiran B
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat tiap tahunnya cukup stabil. Pertumbuhan ekonomi di
KabupatenKota mengindikasikan adanya proses pembangunan ekonomi daerah berada pada keadaan yang cukup baik. Dari tabel 4.1 juga dapat dideskripsikan
81
bahwa kondisi makroekonmi di Propinsi Jawa Barat dalam keadaan yang baik dapat dilihat dari standar deviasi setiap tahunnya , yaitu menurun dari 0,43pada
tahun 2004-2006, kemudianmeningkat dari 0,43-0,51 pada tahun 2006-2007, kemudian kembali menurun dari 0,51-0,43 pada tahun 2007-2008 yang
menunjukkan adanya kestabilan yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi masing- masing kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat.
Secara umum pertumbuhan ekonomi 25 KabupatenKota di Propinsi Jawa Barat menunjukkan damapak yag positif dan signifikan. Adapun wilayah dengan
pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kabupaten Bekasi dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 10,00 persen per tahun, yang kedua adalah Kota
Cirebon dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 9,81 persen per tahun, dan yang ketiga adalah Kota Cimahi dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
sebesar 9,27 persen per tahun. Sedangkan wilayah dengan pertumbuhan ekonom I terendah adalah Kabupaten Tasikmalaya dengan rata-rata PDRB per kapita
sebesar 7,87 persen per tahun. Perbedaan pengelolaan dan pengembangan antar sektoral di masing-
masing KabupatenKota menjadi salah satu alasan yang menimbulkan perbedaan tingkat PDRB per kapita yang terjadi antar wilayah di Propinsi Jawa Barat.
4.1.3 Desentralisasi Fiskal di Propinsi Jawa Barat