44
Pembagian kewenangan menjadi bagian dari arah kebijakan untuk membangun daerah yang dikenal dengan istilah kebijakan otonomi daerah. Hal tersebut di
tandai dengan adanya undang-undang No. 22 Tahun 1999 UU No. 32 Tahun 2004, revisi tentang pemerintahan daerah dan undang-undang No. 25 Tahun 1999
UU No. 33 Tahun 2004, revisi tentang perimbangan keuangan daerah dan pusat, pelimpahan kewenangan tersebut mempunyai pengaruh terhadap cara-cara
mempertanggungjawabkan keuangan pusat dan daerah.
2.1.3.4 Pengukuran Ketimpangan Wilayah
Banyak perhatian telah diberikan diberikan terhadap bagaimana distribusi pendapatan berubah dalam masa pembangunan.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan wilayah. Beberapa ukuran yang sering digunakan antara lain adalah:
Indeks Williamson dan Entrophy Theil.
2.1.3.4.1 Indeks Williamson
Indeks Williamson mengukur dispersi tingkat pendapatan per kapita daerah relatif terhadap rata-rata pendapatan nasional. Rumusan Indeks Williamson
tersebut adalah Susiyanti B. Hirawan, 2006 :
IW =
∑ .
5
Dimana : yi = PDRB per kapita masing-masing kabupatenkota
45
y = PDRB per kapita propininsi f
i
= Jumlah penduduk di wilayah i n = Jumlah penduduk nasional
2.1.3.4.2 Indeks Entropi Theil
Indeks entropi theil dapat digunakan untuk membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu. Indeks ketimpangan entropi theil juga dapat menyediakan
pengukuran ketimpangan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil, yang pertama akan berguna untuk menganalisis kencenderungan konsentrasi
geografis selama kurun waktu tertentu; sedang yang kedua juga penting untuk mengkaji gambaran yang lebih rinci tentang ketimpangan spasial. Sebagai contoh
ketimpangan antar wilayah dalam suatu Negara. Mudrajad Kuncoro, 2004. Rumus dari Indeks Entropi Theil adalah sebagai berikut:
∑
6
Dimana: Iy
= Indeks Entropi Theil yj
= PDRB per kapita wilayah j Y
= rata-rata PDRB per kapita wilayah x
j
= jumlah penduduk wilayah j X
= jumlah penduduk nasional
2.1.3.4.3 Indeks Ketimpangan Jamie Bonet
Dalam penelitiannya tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap ketimpangan antar wilayah, Bonet 2006 merumuskan cara mengukur
ketimpangan antar wilayah sebagai berikut:
46
,
, ,
7
Dimana: I
= ketimpangan wilayah i pada tahun t PCGDP
i,t
= PDRB per kapita wilayah i, pada tahun t PCGDP
NAL,t
= PDRB per kapita nasional pada tahun t Rumus tersebut menyatakan bahwa kesetaraan sempurna terjadi pada saat
PDRB per kapita wilayah sama dengan PDRB per kapita nasional. Oleh karena itu, ketimpangan wilayah diukur dari selisih antara PDRB per kapita relative
wilayah terhadap nasional dan 1 kondisi kesetaraan sempurna, yang diabsolutkan.
2.1.4 Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan
Dalam konteks negara kesatuan desentralisasi fiskal merupakan penyerahan kewenangan fiskal dari otoritas Negara kepada daerah otonom.
Kewenangan fiskal paling tidak meliputi kewenangan untuk mengelola pendapatanperpajakan, keleluasaan untuk menentukan anggaran dan
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki daerah untuk mebiayai pelayanan publik yang menjadi tugas daerah. Defenisi desentralisasi fiskal tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Davey 2003 bahwa: Fiscal decentralisation is the division of public expenditure and revenue
between levels of government, and the discretion given to regional and local government to determine their budgets by levying taxes and fees and
allocating resources
Disisi belanja, diberikannya kewenangan fiskal kepada sebuah daerah otonom didasarkan kepada prinsip agar alokasi sumber daya lebih efisien dan