Imbal Hasil dan Risiko
2.2. Imbal Hasil dan Risiko
Investasi akan berhadapan pada dua hal yaitu maksimalisasi tingkat imbal hasil dan minimalisasi risiko. Investor akan selalu berusaha untuk mengelola investasi yang dimilikinya dengan membentuk suatu portofolio yang efisien dan menghindari yang inefisien, sehingga kemungkinan untuk memperoleh imbal hasil yang optimal dengan risiko yang minimum akan dapat tercapai.
a. Imbal Hasil
Menurut Horne et al. (hal. 94, 1997) imbal hasil adalah hasil pendapatan yang diterima dari investasi, ditambah perubahan harga pasar; biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga pasar investasi mula-mula.
Tingkat imbal hasil dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui peningkatan atau penurunan tingkat kesejahteraan yang diperoleh pada periode tertentu jika dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan investasi tersebut layak atau tidak untuk dipertahankan. Imbal hasil dalam saham akan ditentukan oleh dua hal, yaitu capital gain, yang merupakan selisih positif antara harga saham pada periode tertentu jika Tingkat imbal hasil dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui peningkatan atau penurunan tingkat kesejahteraan yang diperoleh pada periode tertentu jika dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan investasi tersebut layak atau tidak untuk dipertahankan. Imbal hasil dalam saham akan ditentukan oleh dua hal, yaitu capital gain, yang merupakan selisih positif antara harga saham pada periode tertentu jika
Imbal hasil pada masa yang akan datang dapat pula memasukkan unsur probabilitas tentang ekspektasi keadaan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang dari hasil investasi. Probabilitas dalam menentukan tingkat harapan imbal hasil di masa depan ditentukan oleh sikap investor, dimana semakin besar keyakinan investor terhadap hasil yang akan diperoleh, akan semakin besar pula probabilitas yang digunakan dalam perhitungan dan hal tersebut akan terjadi sebaliknya karena tingkat imbal hasil terlihat sangat fluktuatif pada masa yang akan datang .
b. Risiko
Dalam kegiatan investasi risiko pasti akan selalu menyertai, dan risiko tersebut harus menjadi tanggungan investor. Ketidakpastian terhadap sesuatu yang diharapkan akan terjadi adalah penyebab timbulnya risiko.
Risiko merupakan suatu keadaan ketidakpastian yang akan terjadi di masa yang akan datang karena terjadinya perbedaan antara harapan pada masa awal investasi dengan kenyataan yang akan terjadi pada masa berakhirnya waktu investasi. Risiko akan selalu dihadapi oleh investor dalam melaksanakan investasinya, sehingga kebanyakan investor akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari terjadinya risiko.
Menurut Ross et al. (hal. 297, 2002) risiko yang akan dihadapi oleh investor terdiri dari dua bagian, yaitu risiko sistematis (systematic risk), risiko yang tidak dapat dihindari melalui diversifikasi ataupun pembentukan portofolio dari sejumlah aset/sekuritas. Risiko yang kedua adalah risiko tidak sistematis (unsystematic risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan dividen. Risiko ini dapat dikendalikan dengan cara diversifikasi aset/saham yang tepat pada suatu portofolio yang disusun.
hasil sebagai indikator risiko, harus pula memperhatikan total risiko yang terdiri dari risiko-risiko sebagai berikut:
1. Risiko daya beli (purchasing power risk), yaitu risiko yang berkaitan dengan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan menjadi lebih kecil.
2. Risiko suku bunga (interest rate risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh arah pergerakan suku bunga yang berlawanan dengan harga-harga sekuritas di pasar modal. Apabila suku bunga naik maka harga-harga sekuritas di pasar modal akan turun, demikian pula sebaliknya.
3. Risiko pasar (market risk), yaitu kondisi pasar yang berpengaruh terhadap harga-harga sekuritas, dimana pada saat pasar bergairah (bullish) semua harga-harga sekuritas umumnya mengalami kenaikan. Sebaliknya bila pasar dalam keadaan lesu (bearish), maka harga-harga sekuritas akan mengalami penurunan.
4. Risiko perubahan nilai tukar mata uang (foreign exchange risk), yaitu risiko yang berkaitan dengan penurunan atau kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri.
c. Risiko Dalam Islam
Setiap ketidakpastian dalam berinvestasi seperti yang dilakukan oleh investor dalam berinvestasi di bursa juga disitir dalam Quran surat Lukman ayat 34 yaitu:
yang berarti, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat yang berarti, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat
sahamnya belum tentu sama dengan aktualnya, karena hanya Allah-lah yang mengetahui segala sesuatu yang terjadi di kemudian hari.
c. Diversifikasi Untuk Mengurangi Risiko
Risiko yang harus ditanggung oleh investor dalam melakukan investasi dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan cara diversifikasi investasi. Dengan melakukan diversifikasi, investor mengharapkan memperoleh risiko yang lebih kecil dengan tingkat keuntungan yang sama (Ross et al., hal 293-295, 2002). Diversifikasi ini ditempuh dengan tidak melakukan investasi pada satu jenis sekuritas saja, sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko dapat dikurangi dengan melakukan penyebaran risiko.
Berdasarkan jenis risiko diatas, maka diversifikasi atau pembentukan portofolio memegang peranan yang penting dalam mengurangi risiko tidak sistematis dan apabila investor melakukan diversifikasi secara sempurna maka nilai dari risiko tidak sistematis sama dengan nol, namun tidak dapat mengurangi risiko sistematis.
d. Sikap Investor dalam Menghadapi Risiko
Dalam menghadapi situasi yang mengandung risiko, ada tiga karakteristik investor yang disebutkan Sartono (hal. 148, 1998), yaitu:
1. Risk seeker (risk taker), adalah mereka yang senang menghadapi risiko. Apabila individu atau investor tersebut dihadapkan dengan dua pilihan investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang berbeda, maka investor tersebut akan lebih senang mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar.
2. Risk averter, adalah investor yang lebih senang pada pilihan investasi dengan risiko yang lebih kecil dengan tingkat keuntungan yang sama.
terhadap risiko. Artinya investor akan meminta kenaikan tingkat keuntungan yang sama untuk setiap kenaikan risiko.
e. Pengaruh Risiko terhadap Imbal Hasil
Suatu saham yang memiliki risiko yang lebih besar akan memberikan imbal hasil yang lebih besar. Hal ini juga dikatakan oleh Ross et al. (hal. 300, 2002) bahwa the required return depends on the risk of the investment. The greater the risk, the greater is the required return. Jadi, besarnya risiko mempengaruhi imbal hasil yang diberikan. Hubungan antara risiko dengan hasil pengembalian yang diutarakan oleh Weston et al. (hal. 13, 1992) yaitu the financial manager seeks to strike the balance between risk and profitability that will maximize stockholder wealth. Most financial decision involve risk and return trade-offs. Ini menunjukkan putusan-putusan dibidang keuangan akan berpengaruh pada besaran arus kas dan tingkat risiko yang dihadapi badan usaha. Maka harus dicari keseimbangan tertentu antara risiko dan hasil pengembalian, yang akan memaksimumkan modal pemegang saham, yaitu mencari imbangan risiko dan imbal hasil yang optimal.