Faktor-faktor sebagai Indikator Makro Ekonomi

2.5. Faktor-faktor sebagai Indikator Makro Ekonomi

a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Suku bunga merupakan suatu ukuran pengembalian investasi yang dapat diperoleh oleh pemodal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari investor. Meningkatnya suku bunga secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan suku bunga. Meningkatnya suku bunga juga menyebabkan berkurangnya minat investor untuk melakukan investasi di saham. Investor akan memilih investasi pada instrumen keuangan dengan penghasilan tetap, karena instrumen ini dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan investasi pada saham.

Tingkat suku bunga menurut Keynes sebagai faktor yang membawa keseimbangan antara permintaan investasi dan keinginan menabung. Dalam hal ini investasi mewakili permintaan akan sumber daya yang dapat ditanam, sedangkan tabungan mewakili penawarannya. Jadi tingkat suku bunga adalah “harga” dari sumber daya yang dapat ditanam, yang menyeimbangkan kedua sumber tersebut. Dan sebagaimana halnya harga sesuatu barang, yang akan Tingkat suku bunga menurut Keynes sebagai faktor yang membawa keseimbangan antara permintaan investasi dan keinginan menabung. Dalam hal ini investasi mewakili permintaan akan sumber daya yang dapat ditanam, sedangkan tabungan mewakili penawarannya. Jadi tingkat suku bunga adalah “harga” dari sumber daya yang dapat ditanam, yang menyeimbangkan kedua sumber tersebut. Dan sebagaimana halnya harga sesuatu barang, yang akan

Selain jumlah uang beredar, secara analisis fundamental ada beberapa faktor utama lain yang turut mempengaruhi besarnya tingkat suku bunga. Faktor tersebut adalah perkembangan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah.

Perkembangan ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga, dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap expansion, inflation, contraction, dan recession. Pada tahap economic expansion, tingkat bunga mempunyai kecenderungan untuk meningkat dan sebaliknya dalam masa economic contraction, tingkat bunga cenderung untuk turun. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan yang cenderung meningkat pada tahap economic expansion, dan cenderung menurun pada tahap economic contraction. Dalam perkembangan ekonomi yang meningkat, permintaan uang semakin meningkat karena para produsen berusaha untuk meningkatkan tingkat produktivitasnya dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan atas produknya. Meningkatnya permintaan uang memberikan tekanan pada suku bunga, yang mengakibatkan naiknya suku bunga. Sebaliknya, dalam ekonomi yang mengalami kontraksi (economic contraction), tingkat suku bunga akan cenderung menurun sebagai akibat dari menurunnya kegiatan ekonomi. Biasanya pada tahap itu kondisi tingkat suku bunga sudah mencapai puncaknya, sehingga perkembangan ekonomi mengalami penurunan.

Pada kondisi ekonomi yang mengalami inflasi, ada kecenderungan tingkat suku bunga akan mencapai puncaknya. Hal ini terjadi karena salah satu cara

dimaksudkan agar pertumbuhan ekonomi yang memacu laju inflasi dapat diturunkan. Sebaliknya dalam masa resesi, tingkat bunga akan mengalami masa terendahnya. Karena setelah masa kontraksi ekonomi mencapai puncaknya, maka terjadilah resesi ekonomi yang memerlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dan untuk mendorong pertumbuhan tersebut, pemerintah akan berusaha mendorong perkembangan produksi dengan menurunkan tingkat suku bunga serendah mungkin. Kebijaksanaan pemerintah yang sangat berpengaruh pada besarnya tingkat bunga berkaitan dengan tight atau expansionary monetary policy (ketat atau longgarnya kebijakan moneter), serta kebijaksanaan bank sentral dalam menentukan besarnya tingkat bunga. Tight monetary policy adalah kebijakan pemerintah melakukan pengetatan likuiditas dengan menekan jumlah uang yang beredar. Dengan berkurangnya jumlah uang yang beredar maka penawaran atas uang akan berkurang yang akan berdampak pada naiknya tingkat suku bunga. Sedangkan expansionary monetary policy, merupakan hal yang sebaliknya dimana pemerintah melakukan pelonggaran likuiditas. Dengan ditambahnya jumlah uang yang beredar, maka penawaran uang akan meningkat yang pada gilirannya akan mendorong penurunan tingkat suku bunga. Selain mengendalikan kebijakan moneter, pemerintah melalui bank sentral juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat suku bunga yang berlaku. Sebagai bankirnya perbankan, bank sentral memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga, melalui apa yang disebut sebagai suku bunga instrumen perbankan. Atau dengan kata lain bank sentral merupakan lembaga keuangan yang dapat mengendalikan pasar uang suatu negara melalui kebijakan suku bunganya. Sebagai penguasa moneter, segala kebijakan yang dilaksanakan oleh lembaga itu akan sangat berpengaruh, dan menjadi andalan pemerintah dalam mengatasi gejolak pasar uang.

Di Indonesia kita mengenal dua instrumen yang paling sering digunakan pemerintah untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dalam negeri. Kedua instrumen yang dimaksud itu adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Melalui tingkat suku bunga kedua instrumen inilah pemerintah melalui Bank Indonesia dapat menentukan tinggi rendahnya tingkat suku bunga perbankan dalam negeri, meskipun dalam batas-batas tertentu.

Inflasi adalah ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktivitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Pada perekonomian yang sedang berkembang pesat, inflasi akan berkisar antara 2 hingga 4 persen. Namun apabila kondisi ekonomi memburuk ditambah sosial politik yang sedang memanas, maka inflasi dapat mencapai tingkat sangat tinggi bahkan dapat melebihi angka 100 persen yang dikenal dengan istilah hyper inflation.

Inflasi dapat disebabkan oleh 2 (dua) hal. Pertama adalah inflasi yang disebabkan oleh tarikan permintaan (demand pull inflation), yaitu terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat. Masalah kekurangan barang dan jasa ini akan mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa. Inflasi ini biasanya terjadi pada saat penggunaan tenaga kerja secara penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan pesat. Pada periode seperti ini, permintaan masyarakat akan bertambah dan perusahaan akan beroperasi dengan kapasitas maksimal. Kelebihan permintaan tersebut akan mendorong pula kenaikan harga-harga barang dan jasa. Kedua adalah inflasi yang disebabkan oleh desakan biaya (cost push inflastion), yaitu inflasi yang timbul karena masalah kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga dan jasa. Kenaikan biaya produksi ini dapat disebabkan oleh tuntutan kenaikan upah yang lebih tinggi dari para pekerja, kenaikan harga bahan mentah yang digunakan oleh perusahaan, dan perusahaan yang menaikkan margin keuntungan lebih tinggi pada kondisi perekonomian yang berkembang pesat. Pada kondisi perekonomian mengalami penurunan dan berkurangnya kesempatan kerja yang dibarengi dengan inflasi, maka disebut stagflasi. Meningkatnya inflasi merupakan signal negatif bagi investor di pasar modal dan pasar uang. Inflasi mempunyai dampak positif dan negatif terhadap kinerja perusahaan. Naiknya harga jual produk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Namun inflasi juga dapat menyebabkan meningkatnya biaya kapital, biaya tenaga kerja, dan biaya bahan baku. Inflasi mendorong meningkatnya biaya modal, yaitu dengan meningkatnya biaya bunga. Apabila kenaikan biaya-biaya ini Inflasi dapat disebabkan oleh 2 (dua) hal. Pertama adalah inflasi yang disebabkan oleh tarikan permintaan (demand pull inflation), yaitu terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat. Masalah kekurangan barang dan jasa ini akan mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa. Inflasi ini biasanya terjadi pada saat penggunaan tenaga kerja secara penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan pesat. Pada periode seperti ini, permintaan masyarakat akan bertambah dan perusahaan akan beroperasi dengan kapasitas maksimal. Kelebihan permintaan tersebut akan mendorong pula kenaikan harga-harga barang dan jasa. Kedua adalah inflasi yang disebabkan oleh desakan biaya (cost push inflastion), yaitu inflasi yang timbul karena masalah kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga dan jasa. Kenaikan biaya produksi ini dapat disebabkan oleh tuntutan kenaikan upah yang lebih tinggi dari para pekerja, kenaikan harga bahan mentah yang digunakan oleh perusahaan, dan perusahaan yang menaikkan margin keuntungan lebih tinggi pada kondisi perekonomian yang berkembang pesat. Pada kondisi perekonomian mengalami penurunan dan berkurangnya kesempatan kerja yang dibarengi dengan inflasi, maka disebut stagflasi. Meningkatnya inflasi merupakan signal negatif bagi investor di pasar modal dan pasar uang. Inflasi mempunyai dampak positif dan negatif terhadap kinerja perusahaan. Naiknya harga jual produk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Namun inflasi juga dapat menyebabkan meningkatnya biaya kapital, biaya tenaga kerja, dan biaya bahan baku. Inflasi mendorong meningkatnya biaya modal, yaitu dengan meningkatnya biaya bunga. Apabila kenaikan biaya-biaya ini

c. Pendapatan Nasional Bruto (PNB)

PNB adalah indikator ekonomi yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kegiatan ekonomi nasional secara luas. PNB memberikan informasi mengenai jumlah agregat barang dan jasa uang telah diproduksi oleh ekonomi nasional untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. PNB dapat memberikan informasi yang sangat mendukung perusahaan dalam membuat prediksi yang lebih baik mengenai imbal hasil saham yang dapat diperoleh di masa depan. Oleh karena itu PNB dapat sebagai acuan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan sebagai alat ukur dari pendapatan agregat konsumen dapat dijadikan indikator yang menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada pendapatan masyarakat/konsumen.