Terhadap Imbal Hasil BRPT

Terhadap Imbal Hasil BRPT

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

-0.828936 0.4126 FSBI -3.199467

C -0.056427

-0.051103 Adjusted R-squared

0.348256 Mean dependent var

0.512263 S.E. of regression

0.293944 S.D. dependent var

1.246623 Sum squared resid

0.430440 Akaike info criterion

1.415511 Log likelihood

6.670037 Schwarz criterion

6.412136 Durbin-Watson stat

-20.93246 F-statistic

0.001359 Catatan : Output Eviews selengkapnya pada Lampiran 39

2.243290 Prob(F-statistic)

Pada Tabel 4.7, terlihat bahwa variabel SBI saja yang berpengaruh secara signifikan, sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini dapat dilihat dari nilai probability t. Model secara keseluruhan memiliki pengaruh yang signifikan

terlihat dari nilai probability F yang lebih kecil dari 0,05. Nilai R 2 -nya juga cukup besar yaitu 34,82% yang berarti bahwa variabel bebas secara bersama-sama mampu menjelaskan sebesar 34,82%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

2,34, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat autokorelasi. Pada Lampiran 39 terlihat pada saat dilakukan uji white, diperoleh nilai Obs*R 2 sebesar 9.684794 yang ternyata lebih kecil dari nilai χ 2 = 16,9189. Hal ini berarti bahwa dalam model tersebut telah bebas dari unsur heteroskedastisitas. Untuk uji multikolinearitas model, ternyata nilai VIF untuk semua variabel bebas lebih kecil daripada 5, yang berarti bahwa pada model tersebut tidak terdapat multikolinearitas (Hasil output SPSS pada Lampiran 39).

Model yang didapat dari hasil multi regresi pengaruh surprise factor suku bunga SBI, laju inflasi, dan pertumbuhan PNB terhadap imbal hasil saham BRPT adalah:

BRPT = -0.056427 - 3.199467F SBI + 2.199836F INF + 4.848139F PNB t-stat

1.579767 R 2 = 34,82% Dari hasil model regresi multi variabel yang mengikutsertakan semua variabel surprise factor makroekonomi di atas, diperoleh bahwa FSBI memiliki pengaruh negatif, sedangkan FINF dan FPNB mempunyai pengaruh yang positif. Jika FSBI meningkat 1%, maka imbal hasil saham BRPT akan turun sebesar 3,199%. Kenaikan sebesar 1% untuk FINF dan FPNB, maka imbal hasil saham BRPT akan meningkat sebesar 2,199% dan 4,848%.

d. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Hasil regresi parsial masing-masing variable makroekonomi terhadap imbal hasil saham BUMI terlihat pada Tabel 4.8. Variabel makroekonomi dalam regresi secara terpisah yang secara signifikan mempengaruhi imbal hasil BUMI adalah SBI dan PNB. Hal ini terlihat dari masing-masing nilai probability t, yang nilainya lebih kecil dari 0,05, dan nilai probability F-nya lebih kecil dari 0,05. Sedangkan untuk variabel Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai

probability t dan F-nya lebih besar dari 0,05. Nilai R 2 dari masing-masing regresi adalah sebesar 10,37%, 5,13%, dan 20,89%.

Regresi Parsial Variabel Makroekonomi

Terhadap Imbal Hasil BUMI

Variabel Bebas

Uraian FSBI FINF FPNB

C -0,026733 -0,024509 -0,025980

-0,276782 -0,246669 -0,286355

Probability t

-2,097479 -1,433481 3,168485

Probability t

F 4,399418 2,054867 10,03930

Probability F

0,042657 0,159898 0,003022 R 2 0,103761 0,051301 0,208981

DW

2,094435 2,108794 1,901086 Obs*R 2 1,379263 4,418905 0,098646

Catatan : Hasil Output Eviews pada Lampiran 40-42

Pada tiap model regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi karena nilai DW-nya terletak diantara 1,66 dan 2,34. Nilai Obs*R 2 untuk semua hasil regresi adalah lebih kecil daripada nilai 2 χ = 5,9914, yang berarti bahwa dalam masing-masing hasil regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Dari hasil regresi parsial di atas dapat diketahui bahwa variabel FSBI dan FINF mempunyai pengaruh yang negatif terhadap imbal hasil saham BUMI. Untuk variabel FSBI apabila terjadi peningkatan sebesar 1%, maka imbal hasil saham BRPT akan turun sebesar 2,158%. Begitu juga dengan kenaikan variabel FINF sebesar 1% akan menurunkan imbal hasil saham BUMI sebesar 1,383%. Variabel FPNB memiliki pengaruh yang berbeda dengan variabel lain, yaitu mempunyai pengaruh yang positif. Jadi apabila terjadi kenaikan FPNB sebesar 1%, maka imbal hasil BUMI akan meningkat sebesar 6,772%.

makroekonomi sebagai variabel bebas dan imbal hasil saham BUMI sebagai variabel terikat, terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Regresi Multi Variabel Makroekonomi

Terhadap Imbal Hasil BUMI

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

-0.305986 0.7614 FSBI -1.435309

C -0.026527

-0.022907 Adjusted R-squared

0.315923 Mean dependent var

0.636805 S.E. of regression

0.258917 S.D. dependent var

1.730289 Sum squared resid

0.548201 Akaike info criterion

1.899177 Log likelihood

10.81886 Schwarz criterion

5.541894 Durbin-Watson stat

-30.60578 F-statistic

0.003116 Catatan : Output Eviews selengkapnya pada Lampiran 43

1.524260 Prob(F-statistic)

Pada Tabel 4.9, terlihat bahwa hanya variabel SBI saja yang tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan yang lainnya berpengaruh dilihat dari probability nilai t. Model secara keseluruhan memiliki pengaruh yang signifikan

terlihat dari nilai probability F yang lebih kecil dari 0,05. Nilai R 2 -nya juga cukup besar yaitu 31,59% yang berarti bahwa variabel bebas secara bersama-sama mampu menjelaskan sebesar 31,59%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

Nilai durbin watson-nya adalah sebesar 1,524, yang terletak pada 1,34 dan 1,66, sehingga tidak dapat disimpulkan apakah dalam model terdapat autokorelasi atau tidak.

Pada Lampiran 43 terlihat pada saat dilakukan uji white, diperoleh nilai Obs*R 2 sebesar 2,063866 yang ternyata lebih kecil dari nilai χ 2 = 16,9189. Hal ini berarti bahwa dalam model tersebut telah bebas dari unsur heteroskedastisitas. Untuk uji multikolinearitas model, ternyata nilai VIF untuk semua variabel bebas lebih kecil daripada 5, yang berarti bahwa pada model tersebut tidak terdapat multikolinearitas (Hasil output SPSS pada Lampiran 43).

Model yang didapat dari hasil multi regresi pengaruh surprise factor suku bunga SBI, laju inflasi, dan pertumbuhan PNB terhadap imbal hasil saham BUMI adalah: Model yang didapat dari hasil multi regresi pengaruh surprise factor suku bunga SBI, laju inflasi, dan pertumbuhan PNB terhadap imbal hasil saham BUMI adalah:

3.329625 R 2 = 31,59%

Dari hasil model regresi multi variabel yang mengikutsertakan semua variabel surprise factor makroekonomi di atas, diperoleh bahwa FSBI memiliki pengaruh negatif, sedangkan FINF dan FPNB mempunyai pengaruh yang positif. Jika FSBI meningkat 1%, maka imbal hasil saham BUMIakan turun sebesar 1,435%. Kenaikan sebesar 1% untuk FINF dan FPNB, maka imbal hasil saham BUMI akan meningkat sebesar 4,171% dan 13,013%.

e. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

Regresi parsial variabel bebas terhadap imbal hasil CTRA adalah seperti dalam Tabel 4.10. Variabel makroekonomi yang berpengaruh secara signifikan dalam regresi secara terpisah terhadap imbal hasil CTRA adalah SBI dan PNB. Hal ini terlihat dari masing-masing nilai probability t-nya lebih kecil dari 0,05, dan nilai probability F-nya lebih kecil dari 0,05. Sedangkan untuk INF terlihat bahwa nilai probability t-nya lebih besar daripada 0,05, yang berarti bahwa variabel INF tidak

berpengaruh secara signifikan. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) dari masing- masing regresi adalah sebesar 18,29%,9,01%, dan 21,99%. Dalam tiap-tiap model hasil regresi parsial tersebut tidak dapat diambil kesimpulan apakah ada autokorelasi atau tidak karena nilai DW-nya terletak diantara 2,34 dan 2,66.

Nilai Obs*R 2 untuk semua hasil regresi adalah lebih kecil daripada nilai χ 2 = 5,9914, yang berarti bahwa dalam masing-masing hasil regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Dari hasil regresi parsial tersebut dapat diketahui bahwa variabel FSBI dan FINF mempunyai pengaruh yang negatif terhadap imbal hasil saham CTRA. Untuk variabel FSBI apabila terjadi peningkatan sebesar 1%, maka imbal hasil saham CTRA akan turun sebesar 2,680%. Begitu juga dengan kenaikan variabel FINF sebesar 1% akan menurunkan imbal hasil saham CTRA sebesar 1,714%. Variabel FPNB memiliki pengaruh yang berbeda dengan variabel lain, yaitu

1%, maka imbal hasil CTRA akan meningkat sebesar 6,497%.

Tabel 4.10

Regresi Parsial Variabel Makroekonomi