Bursa Saham dalam Pandangan Islam
2.3. Bursa Saham dalam Pandangan Islam
Bursa adalah pasar yang di dalamnya berjalan usaha jual beli saham. Target bursa adalah menciptakan pasar simultan dan kontinyu dimana penawaran dan permintaan investor yang hendak melakukan jual beli saham dipertemukan. Tentunya semua ini akan membawa dalam berbagai macam keuntungan.
Namun, di sisi lain juga mengandung banyak sekali unsur pendzaliman seperti perjudian, pengumpulan uang dengan cara haram, monopoli jual beli, memakan uang orang dengan batil, mempermainkan/berspekulasi dengan orang dan masyarakat.
a. Perbedaan Indeks Pasar Modal Syariah dan Konvensional
Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Islam adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Islam adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar
Secara lebih rinci Dow Jones dalam websitenya membuat kriteria saham yang tidak boleh dimasukkan ke dalam perhitungan Indeks Pasar Islam (Dow Jones Islamic Market Indexes), yaitu perusahaan yang bergerak dalam produksi:
1. Alkohol (minuman keras)
2. Babi dan yang terkait dengannya
3. Jasa keuangan konvensional / Kapitalis, seperti bank dan asuransi
4. Industri hiburan, seperti hotel, kasino dan perjudian, bioskop, media porno dan industri musik. Dow Jones juga mengemukakan pendapat para sarjana Islam agar tidak
berinvestasi pada perusahaan yang terkait dengan tembakau dan rokok serta industri senjata pemusnah massal.
Sementara itu, FTSE dalam papernya yang berjudul Ground Rules for the Management of the FTSE Global Islamic Index Series mengemukakan bahwa saham perusahaan yang dimasukkan ke dalam indeks Islam tidak boleh bergerak dalam bidang:
1. Perbankan dan bisnis keuangan lainnya yang terkait dengan bunga (interest)
2. Alkohol
3. Rokok
4. Judi
5. Pabrik senjata
6. Asuransi jiwa
7. Peternakan babi, pengepakan dan pengolahan atau hal-hal lainnya yang terkait dengan babi.
8. Sektor / perusahaan yang siknifikan dipengaruhi oleh hal-hal yang disebutkan di atas.
9. Perusahaan yang memiliki beban utang ribawi dengan persentasinya terhadap aset perusahaan melebihi batas-batas yang diijinkan hukum Islam.
yang tercatat 236 saham di antaranya tergolong sesuai syariah. Sedangkan sisanya
59 saham tergolong "haram" atau tidak sesuai dengan prinsip syariah, seperti saham perbankan, minuman keras dan rokok. Sisanya 34 saham tergolong subhat seperti saham industri perhotelan dan empat saham mudharat.
Dalam pasar modal konvensional instrumen yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga (securities) sebagai berikut (Anoraga et al., hal 54-76, 2002):
1. Saham merupakan surat tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan terhadap perusahaan yang menerbitkan saham tersebut.
2. Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan kepada para pemegang obligasi yang bersangkutan.
3. Opsi merupakan produk turunan (derivatif) dari efek (saham dan obligasi), didefinisikan sebagai produk efek yang akan memberikan hak kepada pemegangnya (pembeli) untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu dari aset finansial tertentu, pada harga tertentu, dan dalam jangka waktu tertentu.
4. Adapun right adalah efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada proporsi dan harga tertentu.
5. Waran merupakan turunan dari saham biasa yang bersifat jangka panjang dan memberikan hak kepada para pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu.
6. Sedangkan Reksa Dana (mutual fund) adalah perusahaan investasi yang mengelola investasi saham, obligasi, dan lain-lainnya, dengan menerbitkan surat berharga tersendiri yang ditujukan kepada para investor, sehingga para investor tersebut tidak perlu lagi melakukan investasi langsung terhadap berbagai surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek tetapi cukup membeli surat berharga yang diterbitkan Reksa Dana tersebut. Dalam pasar modal syariah, instrumen yang diperdagangkan adalah saham,
obligasi syariah dan Reksa Dana Syariah, sedangkan opsi, waran dan right tidak termasuk instrumen yang dibolehkan.
Adapun yang dimaksud saham dalam pasar modal syariah sama dengan saham dalam pasar modal konvensional. Hanya bedanya saham yang Adapun yang dimaksud saham dalam pasar modal syariah sama dengan saham dalam pasar modal konvensional. Hanya bedanya saham yang
Sementara obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Obligasi konvensional merupakan suatu jenis produk keuangan yang tidak dibenarkan dalam Islam karena menggunakan bunga sebagai daya tariknya. Menurut al-Amin (hal. 1, 2001), instrumen obligasi syariah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah, musyarakah, ijarah, istisna’, salam, dan murabahah sehingga dari prinsip ini nama obligasi syariah tergantung pada prinsip yang mana yang digunakan emiten.
b. Aturan Transaksi dalam Bursa Syariah
Menurut Karim (hal. 263-297, 2003) karena adanya pendzaliman dalam transaksi, maka Islam memberikan aturan bahwa dalam melakukan transaksi jual beli saham tidak boleh mengandung unsur sebagai berikut:
1. Tadlis (penipuan), yaitu transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak. Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang yang akan diperjualbelikan. Kitab suci Al Quran dengan tegas melarang semua transaksi yang mengandung unsur penipuan dalam segala bentuk terhadap pihak lain. Seperti dalam Quran surat Al Anaam ayat 152 yaitu 1. Tadlis (penipuan), yaitu transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak. Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang yang akan diperjualbelikan. Kitab suci Al Quran dengan tegas melarang semua transaksi yang mengandung unsur penipuan dalam segala bentuk terhadap pihak lain. Seperti dalam Quran surat Al Anaam ayat 152 yaitu
2. Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha), seperti dalam Quran surat An Nisaa’ ayat 29 yaitu:
yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An Nisaa’ : 29)
3. Mereka harus mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurigai/ditipu karena ada sesuatu yang tidak diketahui oleh salah satu pihak.
4. Taghrir (ketidakpastian), yaitu melakukan transaksi secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Dengan kata lain bahwa taghrir adalah transaksi yang mengandung ketidakpastian bagi kedua belah pihak. Allah mensitirnya dalam Quran surat Al Maidah ayat 90 yaitu: 4. Taghrir (ketidakpastian), yaitu melakukan transaksi secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Dengan kata lain bahwa taghrir adalah transaksi yang mengandung ketidakpastian bagi kedua belah pihak. Allah mensitirnya dalam Quran surat Al Maidah ayat 90 yaitu:
5. Bai’ Najasy, yaitu transaksi yang dilakukan dengan cara penjual membuat kesepakatan dengan salah satu pihak untuk memuji sahamnya atau menawar dengan harga tinggi agar pihak lain tertarik pula untuk membeli. Si penawar sendiri tidak benar-benar mau membeli barang tersebut. Ia hanya ingin menipu pihak lain yang benar-benar ingin membeli.
6. Riba (bunga), yaitu transaksi penempatan investasi pada saham emiten yang berhubungan dengan bunga atau penambahan atas uang yang dipinjamkan, misalnya emiten perbankan. Riba telah dilarang melalui firman Allah dalam Quran surat Al Baqarah 278-279 yaitu:
yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika
Quran surat Ali Imran ayat 130 yaitu:
yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Ali Imran : 130)
dan Quran surat Ar Ruum ayat 39 yaitu:
yang artinya, “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS Ar Ruum : 39)
Menurut pandangan Alhabshi (hal. 1, 1993), idealnya pasar modal syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan (gharar), dan saham perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan. Pasar modal syariah harus bebas dari transaksi yang tidak beretika dan amoral, seperti Menurut pandangan Alhabshi (hal. 1, 1993), idealnya pasar modal syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan (gharar), dan saham perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan. Pasar modal syariah harus bebas dari transaksi yang tidak beretika dan amoral, seperti
Sementara itu Obaidullah (hal. 3-6, 2001) mengemukakan etika di pasar modal syariah, yaitu setiap orang bebas melakukan akad (freedom contract) selama masih sesuai syariah, bersih dari unsur riba (freedom from al-riba), gharar (excessive uncertainty), al-qimar/judi (gambling), al-maysir (unearned income), manipulasi dan kontrol harga (price control and manipulation), darar (detriment) dan tidak merugikan kepentingan publik (unrestricted public interest), juga harga terbentuk secara fair (entitlement to transact at fair price) dan terdapat informasi yang akurat, cukup dan apa adanya (entitlement to equal, adequate, and accurate infromation).
c. Dampak Positif Bursa Saham
Menurut Ash-Shawi (hal. 32, 2001) bahwa bursa saham memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif dari bursa adalah sebagai berikut:
1. Bursa saham ini membuka pasar tetap yang mempermudah para investor untuk saling bertemu lalu melakukan transaksi instan maupun transaksi berjangka terhadap kertas-kertas saham.
2. Mempermudah pendanaan perusahaan atau kegiatan emiten melalui penjualan
saham.
3. Bursa ini juga mempermudah penjualan saham, karena para perusahaan yang mengeluarkan saham-saham itu tidak mematok harga murni untuk para pemiliknya.
4. Mempermudah mengetahui harga saham, yakni keseimbangan hal tersebut dalam dunia bisnis melalui aktivitas penawaran dan permintaan.
d. Dampak Negatif Bursa Saham
Adapun dampak-dampak negatif dari adanya bursa saham ini tergambar sebagai berikut:
1. Transaksi berjangka dalam pasar saham ini sebagian besarnya bukanlah jual beli sesungguhnya. Karena tidak ada unsur serah terima dalam pasar saham ini antara kedua pihak yang bertransaksi, padahal syarat jual beli adalah adanya 1. Transaksi berjangka dalam pasar saham ini sebagian besarnya bukanlah jual beli sesungguhnya. Karena tidak ada unsur serah terima dalam pasar saham ini antara kedua pihak yang bertransaksi, padahal syarat jual beli adalah adanya
2. Kebanyakan penjualan dalam pasar ini adalah penjualan sesuatu yang tidak dimiliki, baik itu berupa mata uang, saham, giro piutang, atau barang komoditi komersial dengan harapan akan dibeli di pasar sesunguhnya dan diserahterimakan pada saatnya nanti, tanpa mengambil uang pembayaran terlebih dahulu pada waktu transaksi sebagaimana syaratnya jual beli As- Salam.
3. Pembeli dalam pasar ini kebanyakan membeli menjual kembali barang yang dibelinya sebelum dia terima. Orang kedua itu juga menjualnya kembali sebelum dia terima. Demikianlah jual beli ini terjadi secara berulang-ulang terhadap satu objek jualan sebelum diterima, hingga transaksi itu berakhir pada pembeli terakhir yang bisa jadi sebenarnya ingin membeli barang itu langsung dari penjual pertama yang menjual barang yang belum dia miliki, atau paling tidak menetapkan harga sesuai pada hari pelaksanaan transaksi, yakni hari penutupan harga. Peran penjual dan pembeli selain yang pertama dan terakhir hanya mencari keuntungan lebih bila mendapatkan keuntungan saja, dan melepasnya bila sudah tidak menguntungkan pada waktu tersebut persis seperti yang dilakukan para penjudi.
4. Yang dilakukan oleh para pemodal besar dengan memonopoli saham dan sejenisnya serta barang-barang komoditi komersial lain di pasaran agar bisa menekan pihak penjual yang menjual barang-barang yang tidak mereka miliki dengan harapan akan membelinya pada saat transaksi dengan harga lebih murah, atau langsung melakukan serahterima sehingga menyebabkan para penjual lain merasa kesulitan.
5. Sesungguhnya bahaya pasar modal semacam ini berawal dari dijadikannya pasar ini sebagai pemberi pengaruh pada pasar dalam skala besar. Karena harga-harga dalam pasar ini tidak sepenuhnya bersandar pada mekanisme pasar semata secara praktis dari pihak orang-orang yang butuh jual beli. Namun justru terpengaruh oleh banyak hal, sebagian diantaranya dilakukan oleh para pemerhati pasar, sebagian lagi berasal dari adanya monopoli barang dagangan dan kertas saham, atau dengan menyebarkan berita bohong dan
Karena cara demikian menyebabkan ketidakstabilan harga secara tidak alami, sehingga berpengaruh buruk sekali pada perekonomian yang ada.