5. T .1F - Syarat t Jarak Teg gak Lurus S Serat untu k Pengenc cang Terlua ar pada

Tabel 11.5. T .1F - Syarat t Jarak Teg gak Lurus S Serat untu k Pengenc cang Terlua ar pada

Kom mponen St truktur Kay yu Glulam S Struktural

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

Kadar Air

Jarak M Maksimum a antar Baris

Ti pe Pengen cang

saat fabrik asi saa at pelayanan n

Terluar (m m)

Sem mua Pengen ncang

Lain >16% 127

Bau ut <16%

Sek krup Kunci <16%

Pin Desak <16%

Jarak antar baut pada baris

terluar <127 mm m

tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

Jarak antar baut pada baris terluar <127 mm

Gam mbar 11H - Jarak anta ara baris ba aut terluar

11.6 Pengenc cang Majem muk

11.6. .1 Pengen ncang zig-z zag simetri ik

Ketik ka sebuah s sambungan n memiliki p pengencang g ganda, al at pengenc cang sedap at mungkin n harus s zig-zag se ecara sime trik pada ko omponen st truktur yang g dibebani t tegak lurus serat (lihat t

10.3 .6.2 untuk persyarata an desain khusus ket tika baut, sekrup kun nci atau pin dorong g dipas sang zig-za ag)

11.6. .2 Alat pe ngencang yang dibeb bani denga an sudut te erhadap ara ah serat

Ketik ka sambung gan denga an pengenc cang majem muk dibeba ani dengan sudut terh hadap arah h dan tidak untuk di komersialkan”

serat t, sumbu t titik berat dari masin ng-masing komponen struktur h harus mele ewati pusat t tahan nan kelomp pok pengen cang untuk k memastika an teganga n yang sera agam pada komponen n struk ktur utama d dan distribu si beban ya ang seragam m ke semua a alat penge encang.

11.6. .3 Tegang gan lokal p ada sambu ungan

Tega angan loka l pada sam mbungan y yang mengg gunakan a lat pengen cang maje muk harus s dieva aluasi sesua ai dengan p prinsip-prins sip mekanik ka teknik (lih hat 10.1.2).

© BS SN 2013

97 dar ri 318

12 Konek ktor Cincin n Belah Dan n Pelat Ges ser

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

12.1 Umu um

12.1.1 Ru uang lingku up

Pasal 12 d diterapkan untuk desa ain teknik s sambungan n mengguna akan konek ktor cincin belah dan pelat g geser pada kayu gerga ajian, kayu g glulam struk ktural dan k kayu kompo osit struktura al

12.1.2 Ist tilah

Sebuah un nit konektor harus dide finisikan se ebagai salah h satu dari h hal sebagai berikut: (a) Seb buah cincin n belah deng gan bautny ya atau sekr rup kunci d dengan ges er tunggal ( (lihat Ga mbar 12A) (b) Dua a buah pela at geser ya ng digunak kan berpung ggungan pa ada permuk kaan kontak k dari seb buah samb ungan kayu u ke kayu dengan ba aut atau sek krup kunci dengan g geser tun ggal (lihat G Gambar 12B B dan 12C) )

(c) Seb buah pelat geser deng gan baut at tau sekrup kunci pada a geser tun nggal diguna akan

tan

ber rhubungan dengan seb buah strap baja atau s shape pada a sebuah sa ambungan kayu

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

ke metal (lihat Gambar 12 2B dan 12C C)

Gamb bar 12A - K Konektor c incin belah h

Gamb bar 12B - K Konektor p pelat geser baja denga an tekanan n

dan tidak untuk di komersialkan”

Ga ambar 12C C - Konekto or pelat ges ser besi ma alleable

12.1.3 Ku ualitas Kon nektor Cinc cin Belah d dan Pelat G Geser

12.1.3.1 Ketentuan n desain da an nilai des sain acuan yang dibe erikan dalam m Spesifika asi ini

berlaku un tuk konekto or cincin be lah dan pela at geser de engan kualit tas sebagai berikut: (a) Cincin belah dibua at sesuai SN NI 07-0722 -1989 Baja Canai Pan as Untuk K Konstruksi U Umum

atau SA AE 1010 ba aja karbon canai pana as (Referens si 37). Setia ap cincin ha arus membe entuk lingkar an yang be enar-benar t tertutup den ngan sumb bu utama da ari penampa ang metal c cincin sejajar terhadap sumbu geo ometri dari i cincin. Ci incin harus s kencang pas dalam m alur takikan n awal. Dala am hal ini h arus menya atu dengan sebuah cin ncin, penam mpang dari metal yang d dibevel dari bagian ten ngah sampa ai ke tepi, d dengan kete ebalan tepi yang lebih kecil

© BSN 201 3 98 dari 312 © BSN 201 3 98 dari 312

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

lidah dan selot (lihat Gambar 12A). (b) Konektor pelat geser:

1) Tipe Baja Tekan 67 mm– Pelat geser baja tekan dibuat sesuai dengan SNI 07-0722- 1989 Baja Canai Panas Untuk Konstruksi Umum atau SAE 1010 baja karbon canai panas. Setiap pelat harus benar-benar merupakan lingkaran dengan sebuah sayap di sekeliling tepinya, berkembang dari sudut tegak lurus terhadap permukaan dari pelat dan dari satu permukaan saja, bagian dari pelat mempunyai pusat lubang baut dengan hub integral yang konsentris terhadap lubang atau tanpa hub integral, dan dua buah lubang kecil pada sisi yang berlawanan dari lubang dan tengah dari pusat dan keliling (lihat Gambar 12B).

2) Tipe Besi Malleable 100 mm– Pelat geser besi malleable dibuat berdasarkan Grade 32510 dari standar ASTM A47 (Referensi 11). Setiap cetakan harus terdiri dari pelat bulat berlubang dengan sebuah sayap di sekeliling tepi ke arah tegak lurus terhadap permukaan dari pelat dan terproyeksi dari satu permukaan saja, bagian dari pelat yang mempunyai pusat lubang baut dengan hub integral yang berkembang dari

tan

permukaan yang sama seperti sayap (lihat Gambar 12C).

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

12.1.3.2 Dimensi tipikal dari konektor cincin belah atau pelat geser diberikan dalam Lampiran K. Toleransi dimensi dari konektor cincin belah atau pelat geser tidak boleh lebih besar dari yang seharusnya memenuhi praktik standar untuk mesin yang dioperasikan dan digunakan dalam membuat sambungan.

12.1.3.3 Baut yang digunakan dengan konektor cincin belah atau pelat geser harus sesuai

dengan 11.1.3. Baut harus mempunyai diameter shank (badan) nominal yang tak tereduksi sesuai dengan standar ANSI/ASME B18.2.1.(Referensi 7)

12.1.3.4 Jika sekrup kunci digunakan menggantikan tempat baut, maka sekrup kunci harus

sesuai dengan 11.1.3 dan shank dari sekrup kunci harus mempunyai diameter yang sama

seperti baut seperti yang ditentukan untuk konektor cincin belah atau pelat geser (lihat Tabel 12.2A dan 12.2B). Sekrup kunci harus mempunyai diameter shank (badan) nominal yang tak tereduksi sesuai dengan standar ANSI/ASME B18.2.1. (referensi 7)

12.1.4 Pabrikasi dan Perakitan

12.1.4.1 Alur, daps dan lubang baut yang disebutkan dalam Lampiran K harus dipotong atau dibor dengan akurat, dan harus dalam orientasi muka kontak. Karena konektor cincin belah dan pelat geser dari pabrik yang berlainan sedikit berbeda dalam bentuk dan

dan tidak untuk di komersialkan”

penampang, maka kepala pemotong harus didesain untuk menghasilkan daps dan alur yang tepat dan sesuai dengan dimensi dan penampang cincin belah tertentu atau pelat geser yang digunakan.

12.1.4.2 Jika sekrup kunci digunakan menggantikan baut, maka lubang untuk bagian shank tidak berulir harus sama dengan diameter shank. Diameter dari lubang untuk bagian berulir dari sekrup kunci harus sekitar 70% dari diameter shank, atau seperti ditentukan dalam 11.1.4.2.

12.1.4.3 Dalam pemasangan konektor cincin belah atau pelat geser dan baut atau sekrup kunci, sebuah mur harus ditempatkan di setiap baut, dan juga washers, tidak lebih kecil dari ukuran yang ditentukan dalam Lampiran K, harus diletakan diantara komponen struktur kayu luar dan kepala baut atau sekrup kunci dan diantara komponen struktur kayu luar dan mur. Jika suatu komponen struktur luar dari sebuah sambungan pelat geser adalah suatu strap

© BSN 2013

99 dari 318 99 dari 318

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tumpu pada bagian ulir dari baut atau sekrup kunci .

12.1.4.4 Nilai desain acuan untuk konektor cincin belah dan pelat geser adalah berdasarkan asumsi bahwa terjadi kontak dari permukaan komponen-komponen struktur ketika konektor dipasang, dan diijinkan untuk berbagai variasi kondisi cuaca setelah kayu mencapai kondisi kadar air normal pada kondisi layan. Jika konektor cincin belah dan pelat geser dipasang dalam kayu yang belum mencapai kadar air normal pada kondisi layan, sambungan harus dikencangkan dengan memutar turun mur secara berkala sampai kondisi keseimbangan kadar air tercapai.

12.2 Nilai Desain Acuan

12.2.1 Nilai Desain Acuan

12.2.1.1 Tabel 12.2A dan 12.2B berisi nilai desain acuan untuk satu unit konektor cincin belah tunggal atau pelat geser dengan baut untuk irisan tunggal, dipasang pada sisi serat

tan

dari dua komponen struktur kayu (Tabel 12A) dengan ketebalan komponen struktur, jarak

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

tepi, jarak ujung dan spasi yang cukup untuk mengembangkan nilai desain acuan. Nilai desain acuan (P, Q) harus dikalikan dengan semua faktor koreksi yang harus diaplikasikan (lihat Tabel 10.3.1) untuk mendapatkan nilai desain terkoreksi (P’, Q’).

12.2.1.2 Nilai desain terkoreksi (P’, Q’) untuk konektor pelat geser tidak boleh lebih dari batas nilai desain acuan yang ditentukan dalam catatan kaki 2 dari Tabel 12.2B. Batas

acuan nilai desain yang ditentukan dalam catatan kaki 2 dari Tabel 12.2B tidak perlu

dikalikan dengan faktor koreksi dalam Spesifikasi ini ketika besarnya nilai tersebut berdasarkan pada kekuatan metal daripada kekuatan kayu (lihat 10.2.3).

Tabel 12A - Kelompok Jenis Kayu untuk Konektor Cincin Belah dan Pelat Geser

Kelompok Jenis

Berat Jenis, G

Kayu AG > 0,60

B 0,49 < G < 0,60

C 0,42 < G < 0,49

D 0,42 < G

dan tidak untuk di komersialkan”

© BSN 2013 100 dari 312

Tabel 12.2A - Nilai Desain Acuan per Unit untuk Konektor Cincin Belah

Jumlah

Dibebani sejajar serat (0°)

Dibebani tegak lurus serat (90°)

muka

Nilai desain, P, per unit konektor dan baut, N

Nilai desain, Q, per unit konektor dan baut, N

Diameter

cincin Diameter baut

komponen

Tebal neto

struktur

komponen

belah (mm)

Jenis Jenis

Grup A

Grup B

Grup C

Grup D

Grup A

Grup B

Grup C Grup D

pada baut yg

sama

25 mm minimum

1 38 mm atau lebih

38 mm minimum

2 25 mm minimum

67 mm atau lebih

1 tebal

42 mm atau lebih

15391 13211 10987 9489 10714 9171 7627 6401 100 19 tebal

38 mm minimum

76 mm atau lebih

101 dari 318

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

tan

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

Tabel 12.2B - Nilai Desain Acuan per Unit untuk Konektor Pelat Geser

Jumlah

Dibebani sejajar serat (0°)

Dibebani tegak lurus serat (90°)

Nilai desain, Q, per unit konektor dan baut, N Diamet

muka

Nilai desain, P, per unit konektor dan baut, N

komponen

Tebal

Diamet er pelat

struktur

neto

geser er baut

Jenis Jenis (mm)

n struktur

Grup A

Grup B

Grup C

Grup D

Grup A

Grup B

Grup C Grup D

pada baut yg sama

2 63 mm atau

lebih tebal

1 44 mm atau

lebih tebal

89 mm atau

lebih tebal

© BSN 2013 102 dari 312

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

tan

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

12.2.2 Ketebalan dari Komponen Struktur Kayu

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

12.2.2.1 Nilai desain acuan tidak boleh dipergunakan untuk konektor cincin belah dan pelat geser yang dipasang pada bagian kayu yang mempunyai ketebalan neto lebih kecil dari harga minimum yang ditentukan dalam Tabel 12.2A dan 12.2B.

12.2.2.2 Nilai desain acuan untuk konektor cincin belah dan pelat geser yang dipasang pada bagian kayu yang mempunyai ketebalan neto antara ketebalan minimum dan nilai desain acuan maksimum yang disyaratkan, seperti ditentukan dalam Tabel 12.2A dan 12.2B, dapat diperoleh dengan interpolasi linier.

12.2.3 Faktor Kedalaman Penetrasi, C d

Jika sekrup kunci selain baut juga digunakan dengan konektor cincin belah atau pelat geser, maka nilai desain acuan harus dikalikan dengan faktor kedalaman penetrasi yang sesuai, C d , yang ditentukan dalam Tabel 12.2.3. Penetrasi sekrup kunci ke dalam komponen struktur pada titik tersebut tidak boleh kurang dari minimum penetrasi yang ditentukan dalam Tabel

12.2.3. Jikapenetrasi aktual sekrup kunci ke dalam komponen struktur pada titik tersebut

tan

lebih besar dari penetrasi minimum, tetapi lebih kecil dari penetrasi minimum untuk C d = 1,

faktor kedalaman penetrasi, C d , harus ditentukan dengan interpolasi linier. Faktor kedalaman

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

penetrasi tidak boleh lebih dari satu, C d < 1,0.

Tabel 12.2.3 - Faktor Kedalaman Penetrasi, C d , untuk Konektor Cincin Belah dan Pelat

Geser yang Digunakan dengan Sekrup kunci.

Penetrasi sekrup kunci ke komponen struktur Faktor Komponen

utama (jumlah diameter shank)

struktur sisi

Penetrasi

Grup spesies (lihat Tabel 12A)

Kedalaman Penetrasi, C

Grup A

Grup B

Grup C

Grup D

Cincin belah

Min untuk

38 mm 178 203 254 279 1,0 Cincin belah

C d = 1,0

Kayu atau

100 mm logam Pelat Geser

Min untuk

76 89 102 114 0,75 100 mm

C d = 1,0 Min untuk

102 127 178 203 1,0 Kayu

C d = 1,0

Pelat Geser

Min untuk

67 mm

C d = 1,0 Min untuk

dan tidak untuk di komersialkan”

12.2.4 Faktor Pelat Sisi Metal, C st

Jika metal digunakan sebagai komponen struktur pelat sisi menggantikan komponen struktur pelat sisi dari kayu, nilai desain acuan sejajar serat P, untuk konektor pelat geser 100 mm harus dikalikan dengan suatu faktor pelat sisi metal yang terdapat dalam Tabel 12.2.4.

© BSN 2013

103 dari 318

Tabel 12.2.4 - Faktor Pelat Sisi Metal, C st ,

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

untuk Konektor Pelat Geser 100 mm yang Dibebani Sejajar Serat.

Jenis Kayu

Nilai desain terkoreksi sejajar dengan serat P’, tidak boleh lebih besar dari batas nilai desain acuan yang diberikan dalam catatan kaki 2 dari Tabel 12.2B (lihat 12.2.1.2)

12.2.5 Beban Bersudut terhadap Serat

12.2.5.1 Jika sebuah beban bekerja dalam bidang permukaan kayu dengan suatu sudut selain 0° atau 90°, faktor koreksi nilai desain, N’, untuk sebuah unit konektor cincin belah atau pelat geser harus ditentukan sebagai berikut (lihat lampiran J):

PQ  N

tan

2 2 P sin (12.2-1)   Q cos  

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

Keterangan:

θ = sudut antara arah beban dan arah serat (sumbu longitudinal dari komponen struktur), derajat

12.2.5.2 Nilai desain terkoreksi bersudut terhadap arah serat, N’, untuk konektor pelat geser tidak boleh lebih besar dari batas nilai desain acuan yang ditentukan dalam catatan kaki 2 dari Tabel 12.2.B (lihat 12.2.1.2).

12.2.6 Konektor Cincin Belah dan Pelat Geser pada Ujung Serat

12.2.6.1 Jika konektor cincin belah atau pelat geser dipasang pada suatu permukaan yang

tidak sejajar terhadap arah dari serat dari komponen struktur secara umum, seperti ujung

dari irisan persegi komponen struktur, atau permukaan miring dari sebuah irisan bersudut terhadap sumbu, atau permukaan dari kayu glulam struktural dengan irisan bersudut terhadap arah dari laminasi, istilah-istilah berikut harus dipakai:

- “Permukaan serat sisi” berarti sebuah permukaan sejajar terhadap arah umum dari serat kayu ( α = 0°), seperti bagian atas, bawah, dan sisi-sisi dari balok lurus. - “Permukaan miring” berarti sebuah permukaan dengan irisan bersudut, α, selain 0° atau 90° terhadap arah umum dari serat kayu. - “Permukaan irisan persegi” berarti sebuah permukaan yang tegak lurus terhadap

dan tidak untuk di komersialkan”

arah umum dari serat kayu ( α = 90°). - “Sumbu irisan” mendefinisikan arah sebuah permukaan miring relatif terhadap arah umum dari serat kayu. Untuk irisan miring simetris terhadap sebuah sumbu utama dari komponen struktur, seperti Gambar 12D, 12G, 12H, dan 12I, sumbu irisan adalah sejajar terhadap sumbu utama. Untuk permukaan irisan miring asimetris (misalnya, sebuah kemiringan relatif terhadap kedua sumbu utama komponen struktur), sumbu dari irisan adalah arah dari garis yang membuat perpotongan dari permukaan miring dengan sebuah bidang yang keduanya adalah normal terhadap permukaan miring dan juga segaris dengan arah umum dari serat kayu (lihat Gambar 12E).

© BSN 2013 104 dari 312

α= = sudut terke ecil yang te erbentuk an ntara permu kaan miring g dan arah umum dari serat kayu u

(misalnya, ( sudut kritis s antara su umbu irisan n dan arah umum da ri serat. Di isebut juga a ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

k kemiringan dari irisan. Lihat Gamb bar 12D sam mpai denga an 12I). φ= = sudut anta ara arah be eban yang bekerja dan n sumbu da ari irisan da ari sebuah permukaan n

m miring, diuk kur dalam b idang dari p permukaan miring (liha at Gambar 1 12I). P’ = = nilai desa ain terkorek ksi untuk se ebuah unit k konektor cin ncin belah a atau pelat g geser pada a permukaan p serat sisi, t terbebani s ejajar serat t( α = 0°, φ = = 0°). Q’ = nilai desa ain terkorek ksi untuk se ebuah unit k konektor cin ncin belah atau pelat g geser pada a p permukaan serat sisi, t terbebani te egak lurus s serat ( α=0 °, φ = 90°).

Q’ 90 0 = nilai des sain terkore eksi untuk s sebuah unit konektor ci incin belah atau pelat g geser pada a permukaan p irisan pers segi, terbeb ani pada ar rah sembar rang dalam bidang per rmukaan ( α α = = 90°).

P’ α = nilai desa ain terkorek ksi untuk se ebuah unit konektor ci ncin belah atau pelat g geser pada a permukaan p miring, terb bebani pada a arah sejaj jar sumbu i risan (0° < α α < 90°, φ = = 0°).

Q’ α = nilai des sain terkorek ksi untuk se ebuah unit konektor ci ncin belah atau pelat g geser pada a p permukaan miring, terb bebani pada a arah tega ak lurus sum mbu irisan (0 0° < α < 90° °, φ = 90°). N’ α = nilai des ain terkorek ksi untuk se ebuah unit konektor ci ncin belah atau pelat g geser pada a p permukaan miring, den ngan arah b beban bersu udut φ terha adap sumbu u irisan.

tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

Ga ambar 12D - Sumbu Ir risan untuk k Irisan Uju ung Miring Simetris

dan tidak untuk di komersialkan”

Gam mbar 12E - - Sumbu Iri isan untuk Irisan Ujun ng Miring A Asimetris

© BS SN 2013

105 dar ri 318

12.2.6.2 Jika kone ktor cincin belah atau u pelat ges ser dipasan ng pada su uatu irisan ujung

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

persegi ata au permuka aan miring, faktor kore eksi nilai de esain harus ditentukan n sebagai be erikut

(lihat 10.2 2.2):

(a) permuk kaan irisan persegi; ter rbebani dala am arah sem mbarang ( α α = 90°, liha t Gambar 1 2F)

Q 90 ’ = 0,60 0 Q’

(12 2.2-2)

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157