Komunikasi Kelompok pada Masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api

3.4.1 Komunikasi Kelompok pada Masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api

Komunikasi kelompok merupakan proses komunikasi antara seseorang dengan kelompoknya. Jenis komunikasi ini bisa berlangsung antara satu orang dan kelompok, antar kelompok, atau kelompok dengan

individu 42 . Dalam proses komunikasi masing-masing individu ditempat lingkungan mereka memiliki gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, komunikasi yang baik diperlukan dalam hidup bermasyarakat dan berkelompok. Komunikasi kelompok juga terjadi diberbagai lapisan masyarakat, sama halnya dengan yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Kamunikasi kelompok pada masyarakat tersebut terbagi dalam 2 hal, yaitu kelompok formal dan non formal. Meskipun masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api tersebut termasuk dalam golongan masyarakat menengah kebawah, namun mereka tetap memiliki komunitas tertentu untuk melaksanakan komunikasi kelompok baik secara langsung maupun tidak langsung, formal maupun non formal.

42 Wahyudi, JB. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Gramedia Pustaka, Jakarta, hal. 4-8

Gambar 3.6

Salah satu bentuk Komunikasi kelompok yang dijalankan masyarakat

pinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, sebagian besar dari responden yang ada pada masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api, menjalankan komunikasi kelompoknya masing-masing, secara formal maupun non formal. Data hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, dari 8 responden rata-rata komunikasi kelompok yang dijalankan pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api adalah mereka mengikuti komunikasi kelompok formal, yaitu contoh yang paling banyak dilakukan adalah mengikuti kegiatan PKK untuk kaum perempuan. diikuti oleh ibu-ibu yang menjadi warga masyarakat wilayah tersebut.

Kembali ke pembahasan awal yaitu mengenai komunikasi kelompok yang dijalankan oleh masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api. Secara keseluruhan, hanya 2 responden yang tidak menjalankan komunikasi secara kelompok diwilayahnya, yaitu Siti dan Ibu Suminem, alasannya adalah dikarenakan profesinya sebagai pedagang, membuatnya Kembali ke pembahasan awal yaitu mengenai komunikasi kelompok yang dijalankan oleh masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api. Secara keseluruhan, hanya 2 responden yang tidak menjalankan komunikasi secara kelompok diwilayahnya, yaitu Siti dan Ibu Suminem, alasannya adalah dikarenakan profesinya sebagai pedagang, membuatnya

Seperti komunikasi kelompok yang dijalankan oleh Pak Tugiono salah satu responden, yang mengaku menjalankan komunikasi kelompok secara formal maupun non formal dengan bentuk kegiatan.

“kegiatan yang saya jalankan di luar pekerjaan saya itu, saya yang formal itu mengikuti organisasi dari salah satu partai. Terus kalauyang ngga formal ya paling kerjabakti, atau ngerumpi sama tetangga..” ujarnya.

Tetapi kegiatan dari organisasi yang diikutinya sekarang sudah jarang lagi berkumpul,

“jika sedang berkumpul itu pun tempatnya ya di sekre partai”, tutupnya.

Namun untuk kegiatan kerja bakti, biasanya dilakukan sebulan sekali dengan jumlah peserta 5 orang dan untuk kumpul-kumpul dengan tetangga (ngerumpi), itu dilaukakan 4-6 orang, bertempat dilingkungan tempat tinggal mereka masing-masing. Berbagai macam kegiatan yang mengikut sertakannya baik secara formal maupun non formal secara tidak langsung membuatnya juga ikut dalam melakukan komunikasi kelompok yang ada.

Kemudian untuk kaum ibu-ibu masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar, Jakarat Barat banyak yang mengikuti kegiatan berkelompok salah satunya yaitu PKK. Seperti yang dilakukan Ibu Romdayani, Ibu Ruminingsih dan Ibu Saoni. Mereka adalah responden peneliti, yang menjalankan komunikasi kelompok yaitu dengan Kemudian untuk kaum ibu-ibu masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar, Jakarat Barat banyak yang mengikuti kegiatan berkelompok salah satunya yaitu PKK. Seperti yang dilakukan Ibu Romdayani, Ibu Ruminingsih dan Ibu Saoni. Mereka adalah responden peneliti, yang menjalankan komunikasi kelompok yaitu dengan

Selajutnya adalah Ibu Ruminingsih. Ia menjalankan komunikasi kelompok dengan cara mengikuti kegiatan formal yaitu PKK, arisan dan Posyandu. Kegiatan PKK dan Posyandu dilakukannya sebulan sekali dengan jumlah partisipan ± 12 orang. Kemudian sama halnya pula dengan Ibu Saoni yang juga menjalankan komunikasi kelompok dengan mengikuti kegiatan PKK, ia adalah salah satu anggota pengurus PKK aktif. Kegiatan tersebut dijalankan sebulan sekali dengan partisipan 30 orang gabungan dari beberapa RT. Selain itu ada pula Ibu Eci yang menjalankan salah satu bentuk komunikasi kelompok, yaitu dengan cara melakukan kegiatan non formal namun tetap menyertakan suatau kelompok, adalah ngerumpi atau ngobrol dengan tetangga. Menurut pengakuannya,

“saya suka ikut nimbrung kalau lagi ada yang ngerumpi di luar rumah.. biasanya sih 3-5 orang. Biasanya seminggu 2-3 kali...” tambahnya.

Kemudian dari menggali komunikasi kelompok seperti apa yang mereka jalankan, penelitipun menanyakan salah satu hal terpenting dalam

menjalankan komunikasi kelompok, yang diwujudkan dalam masyarakat dengan mengikuti kegiatan atau suatu organisasi, yaitu content atau isi dari pembahasan yang biasanya dibicarakan dalam mereka melakukan komunikasi kelompok dengan kelompoknya. Dalam wawancara yang telah dilakukan terhadap para ibu-ibu responden tadi, didapatkan bahwa kegiatan PKK, arisan dan Posyandu yang mereka lakukan biasanya banyak membicarakan tentang kesehatan dan perkembangan anak khususnya balita. Selain itu juga pembicaraan seputar pencanangan atau tentang suatu kegiatan yang akan diadakan oleh Kelurahan setempat. Sebagai opinion leader dalam kegiatan tersebut mereka menyebutkan Ibu Lurah dan para pengurus PKK sebagai orang yang menjadi pemimpin dan bertanggung jawab pada kegiatan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pengakuan dari Ibu Ruminingsih, ia mengaku :

“biasanya ya ngomongin masalah Penyuluhan kesehatan, pembinaan ibu dan anak. Ada sebagai pembicara biasanya dari kelurahan, bagaimana menjaga kesehatan anak dari penyakit, seperti itu..”.

Selanjutnya adalah organisasi yang diikuti oleh Pak Tugiono, ia menjelaskan biasanya disana membicarakan tentang kemajuan dari partai itu sendiri dan juga mengenai agenda-agenda partai setiap minggu, bulan dan tahunan. Namun untuk kegiatan komunikasi kelompok non formal, seperti yang dilakukan pula oleh Pak Tugiono dan Ibu Eci, content atau isi dari pembicaraan mereka adalah seputar kehidupan masing-masing individu. Misalnya, kehidupan rumah tangga mereka, tentang sekolah anak dan seputar masalah sehari-hari. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan Selanjutnya adalah organisasi yang diikuti oleh Pak Tugiono, ia menjelaskan biasanya disana membicarakan tentang kemajuan dari partai itu sendiri dan juga mengenai agenda-agenda partai setiap minggu, bulan dan tahunan. Namun untuk kegiatan komunikasi kelompok non formal, seperti yang dilakukan pula oleh Pak Tugiono dan Ibu Eci, content atau isi dari pembicaraan mereka adalah seputar kehidupan masing-masing individu. Misalnya, kehidupan rumah tangga mereka, tentang sekolah anak dan seputar masalah sehari-hari. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan