Karakteristik Masyarakat Miskin menurut Pekerjaan

3.2.2 Karakteristik Masyarakat Miskin menurut Pekerjaan

Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta dan sekitar TPS dilihat dari pekerjaan tergolong masyarakat yang ulet bekerja. Karena mereka harus bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga dituntut untuk memiliki pekerjaan. Karena jika tidak, mereka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mata pencaharian sangat penting untukkarena berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka. Untuk membayar kontrakan rumah saja, seorang supir bajai harus menyisihkan sebagian penghasilannya perhari untuk kemudian ditabung dan dijumlah ketika akhir bulan. Tujuannya untuk membayar sewa kontrakan yang harganya terbilang sedikit besar untuk mereka.

Tabel 3.3 Jenis Pekerjaan Responden

S umber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011

No. Nama Responden

Jenis Pekerjaan

Tempat tinggal

1. Pak Tugiono

Pedagang

Dipinggir Rel kereta

2. Mas Selamet

Penjual Nasi Goreng

Dipinggir Rel kereta

3. Ibu Romdayanih

Ibu Rumah Tangga

Dipinggir Rel kereta

4. Siti

Ibu Rumah Tangga

Dipinggir Rel kereta

5. Ibu Ruminingsih

Ibu Rumah Tangga

Dipinggir Rel kereta

6. Ibu Eci

Ibu Rumah Tangga

Dipinggir Rel kereta

7. Ibu Suminem

Ibu Rumah Tangga

Dipinggir Rel kereta

8. Ibu Saoni

Ibu Rumah Tangga

Dipinggir Rel kereta

9. Pak Udin

Petugas Kebersihan

Disekitar TPS

10. Pak Otang

Petugas Kebersihan

Disekitar TPS

11. Pak Asep

Petugas Kebersihan

Disekitar TPS

12. Pak Dul Effendi

Buruh Konveksi

Disekitar TPS

13. Pak Sutarjo

Supir Bajaj

Disekitar TPS

14. Ibu Supriyati

Pedagang kue keliling Disekitar TPS

15. Feni Astuti

Ibu Rumah Tangga

Disekitar TPS

Ibu Rumah Tangga

: 7 orang

Petugas Kebersihan

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa, pada masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api, sebagaian besar adalah terdiri dari ibu rumah tangga, kemudian profesi lain adalah pedagang. Dan pada masyarakat yang tinggal disekitar TPS, sebagian besar bekerja sebagai petugas kebersihan, kemudian ada pula yang berprofesi sebagai buruh konveksi, supir bajaj, dan pedagang. Kebutuhan hidup mereka harus tercukupi dengan penghasilan mereka selama bekerja dalam sehari. Misalnya saja penghasilan Mas Selamet (penjual nasi goreng keliling) dihitung perbulan yaitu Rp. 950.000. Hasil tersebut diputar untuk kebutuhan pokok sehari- hari, uang belanja, sewa kontrakan, kebutuhan sekolah anak, dan lain-lain.

Penghasilan mereka rata-rata Rp. 900.000 – Rp. 1.200.000, dibawah UMR (Upah Minimum Regional) yaitu Rp.1.200.000. Ironis memang berada ditengah kota besar dengan pekerjaan seadanya masyarakat miskin yang tinggal di pinggir rel dan di sekitar TPS harus tetap betahan hidup dengan penghasilan pas-pasan. Penghasilan itu pun tak cukup sebenarnya untuk menutupi kekurangan dari kebutuhan lain. Seorang warga yang memiliki anak misalnya, harus menyisihkan penghasilannya juga untuk kebutuhan sekolah anak. Mulai dari seragam sekolah, buku pelajaran, buku tulis, hingga kebutuhan kecil lainnya. Walaupun terlihat kecil, namun hal Penghasilan mereka rata-rata Rp. 900.000 – Rp. 1.200.000, dibawah UMR (Upah Minimum Regional) yaitu Rp.1.200.000. Ironis memang berada ditengah kota besar dengan pekerjaan seadanya masyarakat miskin yang tinggal di pinggir rel dan di sekitar TPS harus tetap betahan hidup dengan penghasilan pas-pasan. Penghasilan itu pun tak cukup sebenarnya untuk menutupi kekurangan dari kebutuhan lain. Seorang warga yang memiliki anak misalnya, harus menyisihkan penghasilannya juga untuk kebutuhan sekolah anak. Mulai dari seragam sekolah, buku pelajaran, buku tulis, hingga kebutuhan kecil lainnya. Walaupun terlihat kecil, namun hal

Kemudian ada pula yang sudah lama sekali berprofesi menjadi petugas kebersihan setempat, menjadi warga yang tinggal disekitar TPS dan juga sebagai petugas kebersihan setempat. Rata-rata warga masyarakat berprofesi sebagai petugas kebersihan,mereka mengaku bekerja hingga 24 jam mengurusi sampah.Bagaimana penanggulanagnnya dan merapihkan tempat akhir pembuangan sampah tersebut hingga sedemikian rupa. Terlihat mudah memang, namun tidak seperti itu karena yang mereka lakukan pun semata-mata untuk kebersihan warga setempat dan tentunya untuk mencari nafkah keluarga.

Selain itu pekerjaan yang dilakukan warga masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api dan di sekitar TPS tak hanya pekerjaan laki-laki saja. Namun ada pula perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga yang profesinya beragam. Mulai dari penjual kue keliling, sebagai pedagang warung makan, hingga yang hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Kaum perempuan pun tak kalah ulet dan gigih dalam menjalankan pekerjannya. Misalnya saja sebagai Ibu Supriyati (45), yang berprofesi sebagai penjual kue. Ia menjajakan dagangannya berkeliling sekitar gang-gang tak jauh dari rumahnya. Selain itu juga ia menerima pesanan untuk acara-acara tertentu. Itu dilakukan semata-mata untuk menambah penghasilan keluarga, membantu suami agar ada penghasilan tambahan.

Tak mau kalah dengan ibu-ibu yang berprofesi sebagai pedagang, ibu-ibu rumah tangga pun tetap menjalankan pekerjaannya sebagaimana mestinya. Ibu rumah tangga biasanya bertugas mengurus anak, menjaga rumah, membersihkan rumah, memasak, dan mengurusi suami mereka masing-masing,pekerjaan tersebut terlihat sepele, namun sebenarnya harus dilakukan dengan penuh cekatan.

Ada pula potret kehidupan sisi lain dari masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api dan di sekitar TPS. Kehidupan masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan di sekitar TPS tak jauh berbeda. Yang terlihat berbeda hanya dari segi lokasinya saja, namun sepintas tak terlihat berbeda. Namun mata pencaharian mereka bisa dibilang tak jauh berbeda.Mereka sehari menghabiskan waktu untuk bekerja dari pagi hingga sore hari. Mata pencahariannya beragam dari mulai yang menjajakan kue dagangan, petugas kebersihan sampah, buruh konveksi, dan sebagainya. Penghasilan mereka rata-rata di bawah UMR (Upah Minimum Regional) Jakarta. Salah satunya adalah Pak Otang yang bekerja sebagai petugas kebersihan sampah lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Gambar 3.2 Kegiatan membersihkan sampah

Kehidupan mereka harus tercukupi sehari-harinya, ada yang bekerja hingga tak kenal waktu hampir 24 jam harus selalu berada dilapangan dan hanya dengan bekerja maka mereka bisa mendapatkan penghsilan rata-rata Rp. 1.000.000 per bulannya. Namun itupun termasuk dalam kategori pas- pasan dan sebenarnya kurang, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari yang semakin bertambah.