Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat Miskin

3.5 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat Miskin

Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat-akibat dari apa yang terjadi dan akhirnya apa yang kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Mulai dari asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir setiap individu membutuhkan hubungan sosial, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan, yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia, yang tanpanya akan terjadi isolasi. Sedangkan Bittner (1980) merumuskan komunikasi massa sebagai berikut :

“Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people”

(Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah besar orang) 44.

Charles Wreight (1985) mendefinisikan komunikasi massa sebagai satu bentuk khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat

komunikatornya. 45

Berdasarkan pengertian tersebut, maka untuk dapat disebut sebagai komunikasi massa harus memiliki persyaratan yaitu terdapat pesan dan sejumlah besar massa sebagai sasaran dari pesan yang hendak disampaikan. Karakteristik lain yang bisa menjelaskan tentang komunikasi massa adalah sumber, bentuk pesan dan hubungan antara si pengirim pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan).

Begitu pula yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan sekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Mereka pun membutuhkan komunikasi massa melalui media-media yang ada. Dari hasil penelitian, media yang paling banyak digunakan pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dan sekitar TPS adalah Televisi. Walaupun tergolong masyarakat kalangan menengah kebawah dan terdapat dikawasan padat penduduk, media elektronik seperti Televisi bukan lagi menjadi barang mewah, namun sudah biasa. Hampir disetiap rumah memiliki Televisi.

44 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985, hal. 188 45 Mursito BM, Memahami Institusi Media, Sebuah Pengantar, Surakarta: Lindu Pustaka, 2006, hal. 5

3.5.1 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api dilihat dari Jenis Media Massa yang digunakan :

3.5.1.1 Televisi

Media elektronik yang banyak dimiliki penduduk hampir di seluruh dunia saat ini untuk berbagi dan mendapatkan informasi adalah Televisi. Televisi sudah menjadi konsumsi masyarakat luas, baik

hingga bawah sekalipun.Kemudahan mendapatkan informasi, hiburan, dan kemudahan-kemudahan lain yang ditawarkan oleh Televisi dapat membantu kita untuk membuka wawasan dan mengenal dunia lebuh luas lagi.

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, Televisi (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi

kebutuhan akan fantasi dan informasi 46 .

46 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-media-massa/#ixzz1P8KMOEhD

Benjamin Olken , ekonom dari MIT, beberapa tahun lalu pernah meneliti pengaruh Televisi di kalangan rumah tangga Indonesia. Kita tahu bahwa pulau Jawa adalah daratan yang terdiri dari sejumlah gunung dan dataran tinggi. Akibatnya ada wilayah yang mendapatkan sinyal Televisi bagus namun ada juga yang terperangkap bayangan dataran tinggi sehingga penerimaan

sinyalnya terbatas. 47

Olken mensurvei lebih dari 600 desa di Jawa Timur dan Jawa Tengah serta membandingkan antara desa yang bisa menjangkau sedikit dengan desa yang bisa menerima banyak saluran Televisi. Hasilnya cukup menarik. Setiap bertambah satu channel Televisi yang bisa dilihat, maka rata-rata mereka menonton Televisi lebih tujuh menit lebih lama. Ketika survei ini dilakukan, hanya ada 7 stasiun Televisi nasional. Kalau survei tersebut dilakukan saat ini, bisa jadi waktunya akan bertambah besar.

Temuan lain yang tak kalah menarik adalah di pedesaan dengan penerimaan sinyal Televisi yang lebih bagus menunjukkan adanya tingkat partisipasi kegiatan sosial yang lebih rendah. Artinya, orang lebih suka menonton Televisi daripada terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Lebih dari itu, di pedesaan tersebut juga terlihat adanya tingkat ketidakpercayaan yang lebih

47 Mursito BM, Memahami Institusi Media, Sebuah Pengantar, Surakarta: Lindu Pustaka, 2006, hal. 5 47 Mursito BM, Memahami Institusi Media, Sebuah Pengantar, Surakarta: Lindu Pustaka, 2006, hal. 5

Kemajuan teknologi Televisi dan program-programnya tidak dapat dipungkiri juga membawa dampak yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah masyarakat yang mengkonsumsi Televisi sebagai media yang terbilang sangat besar. Televisi menyajikan segala sesuatu yang menarik perhatian pemirsanya. Segala jenis program dengan berbagai segmen terdapat di dalamnya. Dari tayangan berbau mistik/takhayul dan kekerasan, tayangan religi, berita, program anak, hingga tayangan dewasa, termuat dalam siaran Televisi.

Akan tetapi, jika masyarakat (pemirsa) tidak memiliki filter yang kuat dalam menerima terpaan media Televisi ini maka tidak tertutup kemungkinan bahwa nilai-nilai negatif juga dapat terserap dan dampak yang paling memprihatinkan adalah terjadinya degradasi moral. Banyaknya tayangan yang mengarah pada upaya persuasif pada masyarakat juga mempengaruhi masyarakat untuk semakin konsumtif.

Satu catatan terpenting adalah Televisi bukan lagi menjadi barang mewah dikalangan masyarakat bawah. Televisi bahkan sudah menjadi kebutuhan yang keberadaannya bisa dibilang penting. Televisi merupakan salah satu hiburan utama yang bisa dinikmati Satu catatan terpenting adalah Televisi bukan lagi menjadi barang mewah dikalangan masyarakat bawah. Televisi bahkan sudah menjadi kebutuhan yang keberadaannya bisa dibilang penting. Televisi merupakan salah satu hiburan utama yang bisa dinikmati

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hampir setiap hari warga masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api menonton Televisi. Pada umumnya mereka menonton Televisi pada pagi dan malam hari. Bagi para pekerja, biasanya mereka menonton Televisi di pagi hari antara pukul 6 hingga 8 pagi. Karena jam-jam tersebut adalah jam dimana hampir sebagian orang akan menjalankan aktivitasnya dipagi hari, dan menonton Televisi pun menjadi salah satu yang meraka lakukan disela-sela mempersiapkan segala sesuatunya. Pukul 05.30 hingga 07.00 pagi merupakan saatnya warga bersiap untuk beraktivitas bekerja.

Apapun pekerjaannya, biasanya waktu untuk bersiap-siap adalah pukul 6 pagi, hingga kemudian berangkat kerja. Mereka menyempatkan meonoton Televisi pada pagi hari dilakukan disela- sela waktu, sambil mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat bekerja. Dan itu adalah waktu singkat untuk menonton Televisi namun cukup efektif.

Sajian acara dipagi hari membuat mereka terkadang meluangkan waktunya untuk menonton Televisi sejenak. Ada yang sebelum berangkat bekerja, menyempatkan diri menonton Televisi acara kajian agama islam dipagi harim bahkan ada pula yang menyempatkan diri menonton acara berita pagi yang disajikan hampir seluruh stasiun Televisi pada jam-jam tersebut. Televisi tak hanya digunakan untuk sarana hiburan, tetapi juga sebagai sarana religius dan informasi.

Kemudian, tak hanya dipagi hari mereka pun memiliki jam favorit lagi untuk menonton Televisi, yaitu pada malam hari. Sehabis pulang bekerja, biasanya mereka menyempatkan diri berkumpul dengan keluarga, bersendau gurau sambil menonton, menikmati acara Televisi. Malam hari adalah waktu Prime Time bagi istilah advertising, waktu tersebut merupakan waktu atau jam dimana penayangan utama acara-acara di stasiun Televisi disiarkan dan waktu yang banyak ditonton oleh penonton Televisi.

Jika dibandingkan, tingkat menonton Televisi pada masyarakat yang miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dengan disekitar TPS adalah sama, yaitu sangat rendah.

Frekuensi Menonton Televisi Masyarakat yang tinggal dipinggir Rel Kreta Api

Sumber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011

Keterangan :

Frekuensi menonton televisi sangat rendah Frekuensi menonton televisi rendah

Sangat tinggi : > 6 kali sehari Tinggi

: 5 kali sehari

Sedang

: 4 kali sehari

Rendah

: 3 kali sehari

Sangat rendah : < 2 kali sehari. . Kemudian dari pembahasan frekuensi menonton Televisi,

berlanjut kepada intensitas menonton Televisi. Intensitas disini dapat diartikan sebagai tingkat keseriusan masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, dalam menonton Televisi. Dari perkerjaan

mereka yang beragam, masyarakat ini banyak yang menghabiskan waktunya dengan menonton Televisi dengan tingkat keseriusan berbeda. Intensitas atau tingkat keseriusan mereka beragam, ada yang hanya serius menonton Televisi jika hanya acara yang disenangi saja, kemudian ada pula yang menonton sambil melakukan aktivitas seperti memasak, sampai pada yang hanya serius menonton jika menyimak program berita. Keberagaman kebiasaan tingkat keseriusan dalam menonton Televisi menjadi salah satu hal yang menarik untuk diteliti dan digali. Karena dari situ kita dapat melihat kebiasaan sehari-hari warga masyarakat miskin yang tinggal di pinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar, dalam menonton Televisi.

Salah satu kutipan wawancara mengenai intensitas atau keseriusan mereka dalam menonton Televisi adalah Pak Tugiono (35),

“serius lagi ada berita bagus, berita aktual seperti yang sekarang lagi hangat diperbincangkan”.

Namun ada pula yang tidak serius dalam menonton Televisi. Seperti Siti (28), ia menonton Televisi sehari sampai 3 kali sehari tetapi jika ditanya seberapa serius intensitas menonton Televisi, siti menjawab :

“tidak serius, karena sambil mengurusi anak. Jadi hanya menonton Televisi hanya sekedar melihat saja” tuturnya.

Cara masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api mendapatkan Televisi adalah dengan langsung membeli dengan kontan. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya oleh faktor kondisi tempat tinggal. Tempat tinggal mereka berada dekat sekali dengan pusat elektronik terbesar di Jakarta, yaitu glodog. Oleh karena itu tak mengherankan bila hampir setiap warga masyarakat baik miskin ataupun yang mampu, memiliki Televisi. Disamping mudah mendapatkannya dengan cara langsung membeli dengan harga terjangkau, Televisi juga bukan lagi menjadi satu barang yang tergolong mewah.

Televisi menjadi primadona karena mudah didapat dan juga informasi yang disajikan mudah untuk dicerna. Namun ada pula yang unik, yaitu jika Televisi dirumah mereka sedang rusak, mereka menonton menumpang dirumah tetangga. Televisi merupakan salah satu media massa yang banyak digunakan oleh warga masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api. Walaupun terbilang masyarakat menengah kebawah jika dilihat dari keadaan tempat tinggal yang serba pas-pasan, namun hampir setiap rumah warga memiliki minimal 1 buah Televisi.

Televisi selalu menarik untuk ditonton salah satunya karena acaranya yang menarik. Pemilihan acara yang menarik biasanya disertai dengan pilihan stasiun Televisi favorit atau yang paling sering mereka tonotn. Stasiun Televisi menyajikan beregama acara, Televisi selalu menarik untuk ditonton salah satunya karena acaranya yang menarik. Pemilihan acara yang menarik biasanya disertai dengan pilihan stasiun Televisi favorit atau yang paling sering mereka tonotn. Stasiun Televisi menyajikan beregama acara,

Tabel 3.6

Data Stasiun Televisi favorit dan Acara Favorit Televisi

Sumber : Data hasil wawancara dan observasi peneliti Maret 2011

Dari data diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar rata-rata memilih stasiun Televisi RCTI dan SCTV sebagai stasiun Televisi yang saring mereka tonton. Dan mereka rata-rata suka menonton berita, sinetron, dan olah raga (sepak bola). Disamping itu ada pula yang suka menonton acara berita kriminal, agama, dan juga infotaiment. Mereka ternyata lebih antusias menonton berita ketimbang acara lainnya.

Nama

Stasiun Televisi Favorit

Acara Televisi Favorit Pak Tugiono

TvOne, SCTV,Metro Televisi

Bola dan Berita Mas Slamet

RCTI, ANTV, TvOne

Bola dan Berita Ibu Romdayani

SCTV, Trans Tv, Trans 7

Berita, Sinetron Siti

RCTI, SCTV

Sinetron, Infotaiment Ibu Rumuningsih

SCTV, RCTI

Kriminal, sinetron, infotaiment Ibu Eci

SCTV, RCTI

Sinetron, infotaiment, berita Ibu Suminem

RCTI, ANTV

Bola, Sinetron Ibu Saoni

RCTI, SCTV, MNC Tv

Berita, Agama

Tetapi ada pula yang sangat menyukai acara olah raga (sepak bola). Seperti pernyataan dari salah satu responden dalam penelitian ini, yaitu Slamet Pabriono (30) asal Pemalang. Stasiun Televisi favorit yang paling ia sering tonton adalah RCTI dan ANTV. Karena di kedua stasiun televis tersebut biasanya menayangkan acara favoritnya yaitu, olah raga khususnya sepak bola.

“Saya suka sekali nonton bola, karena seru, apalagi kalau tim jagoan yang sedang bermain, saya pasti dukung!” tuturnya.

Disamping itu jam penayangannya pun kebanyakan larut malam. Jadi sepulang berdagang, biasanya ia menyempatkan diri untuk menontonTelevisi, acara bola.

Selain acara dan stasiun Televisi favorit yang paling sering mereka tonton, content atau isi dari acara tersebut juga merupakan satu hal yang terpenting. Informasi apa yang mereka dapat dari acara-acara Televisi favorit mereka. Misalnya saja, kebanyakan dari acara berita yang sering mereka tonton, informasi yang didapat adalah seputar informasi dari berita itu sendiri.

Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kerta api ini memilki karakteristik salah satunya adalah, pekerjaan, kehidupan sehari-hari dan ekonomi. Itu semua memerlukan banyak informasi dan pengetahuan. Mereka menggali dan mendapatkan informasi terbaru, salah satunya adalah melalui media Televisi. Dari menonton Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kerta api ini memilki karakteristik salah satunya adalah, pekerjaan, kehidupan sehari-hari dan ekonomi. Itu semua memerlukan banyak informasi dan pengetahuan. Mereka menggali dan mendapatkan informasi terbaru, salah satunya adalah melalui media Televisi. Dari menonton

Dari acara Televisi favoritnya yaitu sinetron, Ibu Eci mendapatkan sesuatu, yang bisa dibilang hal ini adalah yang membuatnya selalu ingin menonton acara tersebut. Ia berpendapat bahwa,

“pemeran di senetron ganteng-ganteng sih, seru juga ceritanya jadi saya sering mengikuti acaranta hampir setiap hari”. Kemudian juga untuk acara gossip juga saya sering mengikuti, karena ya seru juga bisa tau kehidupan si artis, semua sebagai hiburan saja sih”.

Dari Ibu Eci penggemar acara sinetron dan infotaiment, kita beralih pada responden lain, yaitu Ibu Saoni (59) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Setiap harinya ia mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan keluarganya di mulai dari pagi hari. Dan disitulah ia pun menyempatkan diri untuk menonton acara Televisi di tengah kesibukannya. Acara favoritnya adalah acara agama islam (acara religius) di pagi hari sebelum adzan subuh. Menurutnya,

“acara religius banyak manfaatnya untuk saya. Disana ada ceramah singkat dari ustad-ustad ternama, dan kita bisa melihat “acara religius banyak manfaatnya untuk saya. Disana ada ceramah singkat dari ustad-ustad ternama, dan kita bisa melihat

Ia menyerap isi dari apa yang ia tonton yaitu acara keagamaan di Televisi, untuk kemudian dijadikan pengetahuan khususnya untuk dirinya sendiri.

Selain itu ada pula yang Ibu Romdayani (35) warga pendatang, yang berasal dari Pandeglang-Banten. Acara Televisi favoritnya adalah berita dan sinetron. Stasiun Televisi favoritnya adalah SCTV, Trans Televisi dan Trans7. Content atau isi dari informasi yang ia dapat dari acara yang sering ia tonton, yaitu berita adalah menurutnya,

“karena kalau menonton berita kan banyak berita baru yang kita warga awam kurang mengerti dan sebelumnya belum tahu, sepeti bencana, misalnya Tsunami atau gempa dimana begitu, saya sendiri mudah untuk mengetahuinya biasanya melalui Televisi”.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa, content atau isi dan informasi dari suatu acara yang mereka dapatkan, berasal dari jenis acara Televisi itu sendiri. Misalnya saja, acara berita menyajikan content hal-hal baru untuk dijadikan sebagai pengetahuan dan informsi terbaru untuk mereka. Kamudian kebanyakan berbagai acara entertainment itu dijadikan sebagai hiburan yang menarik yang tersaji di Televisi. tetapi hal itu semua tak luput dari masing-masing pendapat pribadi yang menjelaskan Dari beberapa pernyataan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa, content atau isi dan informasi dari suatu acara yang mereka dapatkan, berasal dari jenis acara Televisi itu sendiri. Misalnya saja, acara berita menyajikan content hal-hal baru untuk dijadikan sebagai pengetahuan dan informsi terbaru untuk mereka. Kamudian kebanyakan berbagai acara entertainment itu dijadikan sebagai hiburan yang menarik yang tersaji di Televisi. tetapi hal itu semua tak luput dari masing-masing pendapat pribadi yang menjelaskan

Penelitian ini, jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu 48 , mengenai Pola Penggunaan Televisi di Kalangan Masyarakat Nelayan Kutawaru, Cilacap adalah tidak jauh berbeda. Yaitu adalah televisi sebgaia media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat nelayan, selain televisi masih jarang terdapat media massa lainnya.

Meskipun demikian, terpaan media Televisi terhadap masyarakatnya tidak mempengaruhi sosialisasi yang ada pada masyarakat setempat. Tidak karena seseorang lebih tau mengenai satu berita, lantas menjadi tertutup dan tidak berbagi, tidak seperti itu. Pada masyarakat ini yang terjadi justru televisi terkadang mempengaruhi individu satu sama lain. Misalnya, terhadap suatu berita yang sedang menjadi topik terhangat. Masyarakat sering pula membicarakan antar individu satu sama lain mengenai issue atau berita yang sedang hangat menjadi perbincangan di Televisi. Terpaan media tak menjadikan sosialisasi diantara mereka merenggang, namun sebaliknya dikarenakan adanya berita-berita dan informasi terbaru, hubungan sosialisasi mereka tetap berjalan dengan baik.

48 Rahajeng Ria, Pola penggunaan televisi di kalangan nelayan di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 2010,Skripsi.

Kesimpulan dari penggunaan media massa Televisi yang digunakan oleh masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar adalah pertama, dilihat dari frekuensi mereka menonton Televisi adalah termasuk kedalam golongan sangat rendah, yaitu dengan rata-rata menonton Televisi 1-2 kali sehari. Hal tersebut dikarenakan lebih karena faktor perkerjaan yang mengharusnya mereka untuk beraktifitas. Kemudian yang kedua, dilihat dari intensitas mereka menonton Televisi. intensitas disini adalah keseringan menonton Televisi dilihat dari keseriusan mereka menonton Televisi. Tingkat keseriusan mereka tergantung dari acara yang mereka simak. Jika acara berita, biasanya waktu mereka tercurah lebih serius dibandingkan dengan melihat acara hiburan. Namun adapula yang serius untuk melihat acara favorit mereka, misalnya saja sinetron dan acara olah raga (sepak bola).

Ketiga, adalah mengenai cara mendapatkan media massa Televisi. Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api Kelurahan Kalianyar, memilih cara membeli langsung Televisi kepunyaan mereka. Rata-rata masyarakat tersebut membeli langsung di toko. Salah satu faktornya adalah tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan pusat elektronik terbesar di Jakarta. Karena itu, mereka mudah untuk langsung membeli.

Kemudian yang keempat, adalah stasiun dan acara Televisi favorit. Stasiun Televisi favorit mereka adalah SCTV dan RCTI. Dan Kemudian yang keempat, adalah stasiun dan acara Televisi favorit. Stasiun Televisi favorit mereka adalah SCTV dan RCTI. Dan

3.5.1.2 Radio

Radio adalah media elektronik yang bersifat khas sebagai media audio. Oleh karenaitu, ketika khalayak menerima pesan dari pesawat radio, khalayak sebagai pendengar pasif dan bergantung pada jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan oleh penyiar. Radio merupakan media massa rakyat yang relatif murah namun tetap efisien dalam menjangkau pendengarnya adalah radio. Dibandingkan dengan media lain, biaya yang rendah sama artinya dengan akses kepada pendengar yang lebih besar dan jangkauan lebih luas kepada pendengar dengan tingkat ekonomi rendah.

Dalam dunia jurnalistik, radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang memegang peranan penting. Radio menyampaikan pesan dengan cepat dan akurat. Selain itu radio bersifat personal sehingga setiap pesan dapat dimaknai secara unik, pribadi. Dunia radio sendiri begitu dinamis. Walaupun banyak pihak sempat meramalkan ‘matinya radio’ karena tergantikan oleh Televisi, dalam perkembangannya, radio membuktikan diri telah berhasil bertahan. Radio bahkan terus eksis, bertransformasi menjadi Dalam dunia jurnalistik, radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang memegang peranan penting. Radio menyampaikan pesan dengan cepat dan akurat. Selain itu radio bersifat personal sehingga setiap pesan dapat dimaknai secara unik, pribadi. Dunia radio sendiri begitu dinamis. Walaupun banyak pihak sempat meramalkan ‘matinya radio’ karena tergantikan oleh Televisi, dalam perkembangannya, radio membuktikan diri telah berhasil bertahan. Radio bahkan terus eksis, bertransformasi menjadi

Informasi bersumber dari manusia (ide\ gagasan dan pendapat) dan peristiwa. Untuk menjadi informasi, idea tau gagasan harus dinyatakan baik dalam bentuk isyarat, bentuk lisan, tercetak, audio, maupun audio visual gerak yang masing-masing memiliki ciri khas, kelebihan dan kelemahan. Informasi tercetak informasi audio,

informasi seperti dalam tabel berikut 49 :

Tabel 3.7 Sifat Informasi Tercetak-Audio-Audiovisual

Tercetak

Audio

Audio Visual

dapat dibaca, dimana dan kapan saja

dapat didengar bila siaran

dapat didengar dan dilihat bila siaran

dapat dibaca berulang- ulang

dapat didengar kembali bila diputar kembali

dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali

daya rangsang rendah

daya rangsang rendah daya rangsang sangat

tinggi

pengolahan bisa mekanik, bisa elektris

Elektris

Elektris

biaya relative rendah

relative murah

sangat mahal

daya jangkau terbatas

daya jangkau besar

daya jangkau besar kecuali bioskop

Pilihan mendengarkan radio tak hanya jatuh pada masyarakat menengah kebawah. Banyak pula masyarakat mengah ke atas,

49 Wahyudi, JB, op.cit., hal.13 49 Wahyudi, JB, op.cit., hal.13

Namun pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, keberadaan radio pun sudah bisa dikatakan menjadi barang yang hampir langka. Peminat atau pendengar radio bisa terhitung jumlahnya. Kemunduran ini ditenggarai oleh semakin pesatnya informasi dan teknologi yang lebih memfokuskan masyarakat pada media yang menyajikan audio visual. Keberadaan radio di masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar sangatlah memprihatinkan.

Dari data yang di dapat dari 8 orang responden hanya ada 1 orang yang salah satu dari media massa yang ia gunakan untuk mendapatkan informasi adalah radio. Responden lain ketika dilakukan wawancara mengenai kepemilikan dan kesukaannya dalam mendengarkan radio, sebagian besar menjawab tidak memiliki alat komunikasi radio dan juga tidak suka mendengarkan radio.

Mereka memang tidak menjadikan radio sebagai sala satu media informasi.

Mas Selamet (30), ia adalah satu-satunya dari 8 responden peneliti, yang gemar mendengarkan radio. Frekuensi mendengarkan radionya perhari adalah pukul 08.00 hingga 10.00 pagi. Namun waktu tersebut termasuk ke dalam tingkatan frekuensi rendah. Caranya mendapatkan radio adalah dengan menggunakan handphone. Dengan membeli handphone sekaligus yang berisikan content radio, maka ia praktis dan mudah mendengarkan dimana saja. Intensitas yang ia curahkan untuk mendengarkan radio masih rendah, dan keseriusannya mendengarkan radio pun terpilih. Maksud dari terpilih disini adalah ia hanya sekedar mendengarkan apa yang ia suka dari yang biasanya ia dengarkan. Jadi bisa disimpulkan yang ia dengarkan hanya acara yang ia sukai saja.

Tak berbeda dengan penikmat Televisi, pendengar radio pun memiliki acara dan stasiun radio favorit. Stasiun radio favorit dari Mas Slamet adalah I-radio, dan acara favorit adalah pagi-pagi. Menurutnya, mendengarkan radio, acara musik di pagi hari menjadi hiburan tersendiri untuknya.

“Biasanya saya sambil menyiapkan dagangan untuk malam hari, misalnya menanak nasi, itu sambil mendengarkan radio.

Potret inilah yang terjadi di kalangan masyarakat menegah kebawah, khususnya masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar. Warga disana kurang peka terhadap keberadaan radio. Mereka lebih memilih media massa yang praktis dan bisa dibilang lebih memilih media massa yang lebih modern ketimbang hanya yang mengandalkan audia saja seperti radio.

Jika dibandingkan dengan televisi, radio memang sangat kurang peminatnya. Bisa dilihat dari jumlah peminat yang angkanya jauh berbeda dibandingkan dengan televisi. Namun meskipun demikian, keberadaan radio tetap diminati oleh pendengar setianya, meskipun pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, pendengar radio bisa terhitung jari. Hal tersebut tidak mempengaruhi sosialisasi antar individu, sosialisasi tetap terjain dengan baik dan seimbang. Perubahan sosial terjadi justru pada pendengar radio yang terkadang lebih banyak mengetahui mengenai info terbaru seputar perkembangan berita, melalui radio itu sendiri, yang terkadang lebih update ketimbang media lain.

3.5.1.3 Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan penting dalam pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain karena kontennya yang faktual, penerbitan surat kabar juga terjadi secara periodik sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk

mengakses. Seiring perkembangan teknologi, surat kabar mulai melakukan berbagai perkembangan baik dari sisi konten maupun teknologi. Sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi, Surat kabar mengalami zaman keemasannya sekitar tahun 1690 hingga era kemunculan radio sekitar tahun 1920. Perkembangan surat kabar secara teknologi dimulai dari penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Jerman pada era revolusi industri. Sehingga muncullah surat kabar dengan format yang seperti yang masih dapat dilihat sekarang ini, dicetak dalam beberapa helai kertas. Dibandingkan dengan fenomena saat ini, hampir semua surat kabar berlari untuk membuat website dan banyak surat kabar telah menciptakan media baru untuk memperkenalkan kekuatan grafis, dan elemen-elemen

video untuk edisi Internet mereka 50 .

Keberadaan surat kabar tak dipungkiri masih menjadi suatu kebutuhan untuk para peminat setianya. Meskipun sudah memiliki banyak saingan, surat kabar Pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, keberadaan media cetak khususnya surat kabar, atau yang biasa disebut “koran”, masih pula digemari oleh sebagian warga. Dari 8 responden, hanya terdapat

2 orang responden yang menggunakan koran sebagai salah satu media, untuk mendapatkan informasi. Walaupun bukan yang utama, namun keberadannya masih banyak dicari oleh sebagian masyarakat.

50 http://luTelevisiiah.net/2011/01/14/media-massa-surat-kabar/

Adanya 2 responden yang masih menggunakan surat kabar sebagai media untuk mendapatkan informasi adalah Ibu Romdayani (35), dan Pak Tugiono (35). Penggunaan surat kabar bagi mereka pun terbatas, bila ada uang lebih, maka mereka akan bisa membelinya. Ibu Romdayani (35), mengaku ia sering membaca media cetak seminggu sekali, tetapi bukan koran atau surat kabar, melainkan Majalah. Ia gemar membaca majalah, namun karena faktor ekonomi, jadi penghambat kegemarannya.

Frekuensi membaca majalah Ibu Romdayani terbilang sangat rendah, sebulan sekali. Namun hal tersebut tak mengurangi kegemarannya membaca majalah. Intensitasnya membaca majalah juga terbilang rendah. Untuk keseriusannya membaca majalah, ia biasa santai dalam membaca suatu majalah.

“kalau sedang baca majalah, saya santai saja sih. biasanya saya lakukan siang hari ketika menemani anak saya tidur siang” tuturnya.

Cara mendapatkan koran dan majalah tersebut adalah dengan membelinya sebulan sekali, tetapi itu pun jika ada uang belanja lebih. Karena pemasukan keuangan yang tak seberapa, membuat ibu romdayani berfikir kembali untuk membeli majalah. Karena memang pada lingkungan tersebut di Kelurahan Kalianyar tidak terdapat media membaca seperti mading (majalan dinding) untuk Cara mendapatkan koran dan majalah tersebut adalah dengan membelinya sebulan sekali, tetapi itu pun jika ada uang belanja lebih. Karena pemasukan keuangan yang tak seberapa, membuat ibu romdayani berfikir kembali untuk membeli majalah. Karena memang pada lingkungan tersebut di Kelurahan Kalianyar tidak terdapat media membaca seperti mading (majalan dinding) untuk

Kemudian kegemarannya membaca majalah disertai dengan segment favorit yang ia sukai, yaitu rubruk masak. Content dari rubrik tersebut memberikan inspirasi tersendiri baginya, untuk menambah daftar jenis masakan untuk dimasak, dan disajikan. Menurutnya,

“saya suka membaca Majalah NOVA. Dan segmentfaforit saya adalah segment masak. Karena manambah pengetahuan saya dibidang masak-memasak. Banyak resep-resep masakan baru”.

Berbeda halnya dengan Pak Tugiono. Ia pun menggunakan media cetak yaitu majalah dan surat kabar, untuk mendapatkan informasi. Media cetak yang ia gunakan adalah majalah dan surat kabar. Jika dilihat dari frekuensi ia membaca koran dan majalah, terbilang rendah. Frekuansinya adalah, ia membaca koran dalam seminggu 3 kali, dan membaca majalah sebulan 2 kali. Itu pun jika sedang ada uang lebih. Intensitas membacanya juga terbilang rendah, begitu pula dengan tingkat keseriusannya membaca majalah dan koran,

“biasanya saya tidak terlalu serius, hanya membaca judul-judul besarnya saja. Sambil melayani dan menunggu pembeli di warung dagangan saya”.

Surat Kabar yang sering ia baca tidak menentu, terkadang ia membaca poskota, lampu merah, atau pun sekali-sekali membeli Surat Kabar yang sering ia baca tidak menentu, terkadang ia membaca poskota, lampu merah, atau pun sekali-sekali membeli

“karena menurut saya dari segment itu kita bisa mengetahui keluhan orang tentang media itu sendiri”.

Dari penjelasan diatas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa media massa khususnya media cetak, baik surat kabar maupun majalah, masih mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat. Namun hanya beberapa yang sampai benar-benar masih membutuhkan kehadirannya. Masalah materi pun masih menjadi persoalan untuk sebagian kecil masyarakat kalangan bawah, untuk membeli koran atau majalah. Oleh karena itu, mereka hanya dapat membelinya jika ada rejeki lebih. Dan media cetak untuk mereka masih dijadikan salah satu media untuk menambah pengetahuan.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu 51 , televisi dan surat kabar, yaitu mengenai “Pengaruh Televisi Terhadap Minat Baca dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi ”, menyebutkan bahwa era informasi dan komunikasi yang semakin meningkat menyebabkan seseorang tidak dapat mengelak dari sentuhan media. Salah satunya adalah televisi. Program-programnya terus mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan masyarakat agar pemirsa dapat terpuaskan dan akan mudah menerima pesan. Karena televisi tidak membutuhkan tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran stasiun-

51 www.ratswd.de/download/RatSWD_WP_2009/RatSWD_WP_111.pdf 51 www.ratswd.de/download/RatSWD_WP_2009/RatSWD_WP_111.pdf

Dari penelitian diatas jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa adanya media televisi telah menggeser posisi surat kabar (media cetak) sebagai media infromasi. Dikarenakan karena televisi tidak membutuhkan tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran stasiun-stasiun televisi memungkinkan adanya pengaruh terhadap minat baca surat kabar. Itulah sebebnya pembaca surat kabar banyak yang beralih menjadi penikmat televisi. Sedikitnya jumlah pembaca surat kabar tidak mempengaruhi rasa kesetiakawanan sosial satu sama lain. Pembaca surat kabar biasanya tetap berbagi informasi mengenai hal atau berita yang ia dapatkan dari surat kabar tersebut.

3.5.1.4 Handphone

Terdapat alat komunikasi lain dalam berkomunikasi saat ini seperti penggunaan handphone yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Saat ini handphone sebagai alat komunikasi Terdapat alat komunikasi lain dalam berkomunikasi saat ini seperti penggunaan handphone yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Saat ini handphone sebagai alat komunikasi

Media handphone, sudah banyak digunakan oleh berbagai jenis kalangan masyarakat. Tak hanya masyarakat menengah ke atas, namun masyarakat biasa pun sudah memilik hanphone masing- masing. Begitupula yang terjadipada masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api. Kehidupan masyarakatnya yang bisa dikatakan pas-pasan, namun hampir dari mereka masing-masing memiliki handphone. Handphone merupakan salah satu alat komunikasi yang bisa dibilang termasuk pada golongan komunikasi antar personal. Karena di dalamnya terdapat penyampaian informasi antar individu.

Berbagai jenis merek serta ragam jenis handphone yang masuk ke pasar Indonesia membuat masyarakat harus cermat memilih. Ada yang harganya fantastis namun dengan kecanggihan fiturenya, tetapi adapula yang biasa saja, namun inti utama dari media tersebut adalah sebagai media komunikasi. Pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, pengguna handphone hampir 75%.

Dari data 8 responden, ada 6 responden yang menggunakan handphone dan 2 orang responden yang tidak menggunakan handphone. Dari data yang di dapat, frekuensi mengakses handphone masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dalam sehari, ada 2 responden menjawab 2 kali dalam sehari, kemudian 3 responden menjawab 2-3 kali, dan 1 responden menjawab 5 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan kebutuhan mereka yang terbatas dan berbeda-beda. Pemakaian handphone pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api rata-rata 3 kali dalam sehari. Rata-rata pemakaian handphone pada ibu rumah tangga kurang efektif. Mereka hanya menggunakan handphoneuntuk seperlunya saja.

Frekuensinya pemakaian handphone terbanyak, didapat dari Pak Tugiono. Profesinya sebagai pedagang warung menyebabkan ia sering menggunakan handphone. Frekuensinya menggunakan handphone bisa sampai 5 kali dalam sehari. Hal tersebut dikarenakan, handphone miliknya tak hanya digunakan untuk berkomunikasi seperti biasa, namun digunakan pula untuk berkomunikasi dalam berdagang dan melayani pembeli. Jika tetangganya ada yang membutuhkan barang dagangannya, maka bisa langsung pesan dengan cara menghubunginya melalui handphone. Hal tersebut juga dilakukan oleh Mas Slamet, yang menggunakan Frekuensinya pemakaian handphone terbanyak, didapat dari Pak Tugiono. Profesinya sebagai pedagang warung menyebabkan ia sering menggunakan handphone. Frekuensinya menggunakan handphone bisa sampai 5 kali dalam sehari. Hal tersebut dikarenakan, handphone miliknya tak hanya digunakan untuk berkomunikasi seperti biasa, namun digunakan pula untuk berkomunikasi dalam berdagang dan melayani pembeli. Jika tetangganya ada yang membutuhkan barang dagangannya, maka bisa langsung pesan dengan cara menghubunginya melalui handphone. Hal tersebut juga dilakukan oleh Mas Slamet, yang menggunakan

Kemudian untuk intensitas penggunaannya, termasuk kedalam golongan jarang menggunakan handphone. Maksud dari penggunaan handphone yang jarang disini adalah masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api hanya menggunakan handphone seperlunya saja. Misalnya, hanya untuk telephone sesekali dan sms. Itupun untuk mereka yang sudah mengtahui benar-benar cara menggunakan handphone. Selanjutnya, untuk tingkat keseriusan, mereka tergolong tidak terlalu serius, hanya saja mengikuti situasi dan kondisi. Maksudnya adalah jika sedang ada telephone, mereka serius untuk menggunakan dan menerima telephone tersebut, namun jika tidak, mereka lebih memilih tidak menggunakannya.

Handphone juga ditenggarai sebagai sarana berbagi kabar. Kebanyakan warga pendatang, sering berbagi kabar dengan sanak keluarga di desa melalui handphone. Tak hanya itu, handphone juga berfungsi untuk berbagi kabar dan kegiatan yang mereka lakukan dilingkungan tempat tinggal.

Untuk cara mendpatkannya, rata-rata mereka mendapatkannya dengan cara membeli. Namun ada pula yang membeli dengan kredit, dan ada pula yang pemakaiannya bersama dengan anak mereka. Seperti yang terjadi pada Ibu Saoni dan Ibu Suminem. Kedua ibu-ibu Untuk cara mendpatkannya, rata-rata mereka mendapatkannya dengan cara membeli. Namun ada pula yang membeli dengan kredit, dan ada pula yang pemakaiannya bersama dengan anak mereka. Seperti yang terjadi pada Ibu Saoni dan Ibu Suminem. Kedua ibu-ibu

“saya tidak punya handphone, ada sih tapi itu juga berdua dengan anak saya” ungkapnya.

Tak jauh berbeda halnya dengan Ibu Saoni, Ibu Suminen pun demikian. Ia menggunakan handphone berdua pemakaiannya dengan anaknya.

Pada media handphone, juga terdapat menu favorit. Namun kebanyakan dari responden, tidak memiliki menu favorit. Karena kebisaaan mereka yang terbatas untuk penggunaan handphone yaitu hanya untuk menelfon dan berkirim pesan singkat saja. Tetapi ada pula seperti Mas Slamet, yang memiliki menu favorit yaitu menu radio. Ia menggunakan radio di handphone untuk mendengarkan musik lewat acara radio.

Pada umumnya, media Handphone yang digunakan pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api adalah untuk berbagi informasi. Namun tidak seperti kebanyakan muda-mudi, para responden yang notabennya kebanyakan usia produktif, hanya menggunakan handphone untuk berkomunikasi penting satu sama lain. Untuk juga bertukan kabar dan informasi.

Namun hal tersebut diatas berbeda dengan salah satu penelitian mengenai dampak penggunaan hanphone, menurut penelitian Namun hal tersebut diatas berbeda dengan salah satu penelitian mengenai dampak penggunaan hanphone, menurut penelitian

20 kali sehari. Fenomena itu jelas menjadi salah satu potretdampak perkembangan komunikasimelalui handphone. Bahkan sebesar 73% dari merekamengeluarkan biaya untuk membeli voucher perbulannya sekitar 100-200 ribu, 9% antara 201-300 ribu dan 8% lebih dari 300 ribu/bulan. Ini berarti bahwa di samping menurunkan minat baca, handphone juga mengarahkan masyarakatuntuk hidup konsumtif. Bahkan menurut data dari penelitian “Survei SiemensMobile Phone”, 58% orang indonesia lebih memilih mengirim SMS daripada membaca buku, (Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, 191-192, 2005). Di atas adalah dampak dari segi sosial budaya masyarakat atas penggunaan Handphone telepon seluler.

Hal tersebut berkaitan dengan Teori DeFleur dan Ball- Rokeach 53 , yang menjelaskan tentang pertemuan dengan media melihat, bahwa pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoretis yaitu, persapektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan perspektif hubungan social. Dan penelitian tersebut termasuk dalam perspektif kategori sosial.

52 http://ayuprima.student.umm.ac.id/2010/02/12/dampak-penggunaan-handphone/ 53 Jalaluddin Rakhmat, 2002, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 203 – 204

Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa, dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimulun tertetu cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal dan kayakinan beragama menempilkan kategori respons. Anggota- anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang hampir sama pula.

3.5.2 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal disekitar TPS dilihat dari Jenis Media Massa yang digunakan :

3.5.2.1 Televisi

Komunikasi melalui Televisi berkembang ke seluruh dunia. Negara-negara yang baru merdeka pada waktu itu pun mengoperasikan Televisi siaran sebagai teknologi mutakhir. Hingga saat ini, terdapat begitu banyak stasiun Televisi komersial di Indonesia, baik yang berskala nasional maupun lokal. Media massa yang paling banyak dimiliki oleh responden dan mendominasi pada penelitian iniadalah Televisi. Hasilnya tak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS pun demikian.

Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, Televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat

mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi 54 . Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).

Perbedaan masyarakat ini dengan sebelumnya hanyalah tempat tinggal. Jika masyarakat miskin sebelumnya, tinggal dipinggir rel kereta api, tetapi masyarakat ini adalah yang tinggal disekitar TPS. Pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, terdapat total 7

54 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-mediamassa/#ixzz1P8KMOEhD 54 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-mediamassa/#ixzz1P8KMOEhD

Gambar Grafik 3.9 Frekuensi Menonton Televisi Masyarakat yang tinggal disekitar TPS

Sumber : Data wawancara dan Observasi oeneliti Maret 2011

Keterangan :

Frekuensi menonton televisi sangat rendah Frekuensi menonton televisi sedang

Sangat tinggi : > 6 kali sehari Tinggi

: 5 kali sehari

Sedang

: 4 kali sehari

Rendah

: 3 kali sehari

Sangat rendah : < 2 kali sehari.

Bisa kita lihat dari data diatas, rata-rata responden menonton Televisi adalah 2 kali setiap harinya, dan hal tersebut termasuk dalam golongan sangat rendah. Dari hasil wawancara, beragam pendapat tersaji dari para responden. Mereka mengemukakan hal-hal yang menyebabkan minimnya waktu mereka menonton Televisi. Seperti yang dikemukakan oleh Pak Otang (45) :

“saya nonton Televisi itu biasanya selagi sempat, kira-kira 1 samapai 2 kali sehari. Karena, pulang kerumah pun jarang apalagi untuk menonton Televisi. Saya bekerja sebagai petugas kebersihan, jadi setiap hari harus selalu ada di lapangan, hampir

24 jam. Tapi lokasi bekerja tidak jauh dari rumah” tuturnya. Ia jarang sekali menonton Televisi dikerenakan pekerjaan yang menuntutnya untuk selalu berada dilapangan”.

Lain halnya dengan Feni Astuti (29) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ia bisa menghabiskan 4 kali sehari untuk menonton Televisi.

“saya hanya ibu rumah tangga biasa, makanya sering banget nonton Televisi, karena kalau habis beres-beres rumah ya ga ada kerjaan lagi, jadi ya paling nonton Televisi”, jelasnya.

Rata-rata waktu yang digunakan untuk menonton Televisi bagi para responden ini adalah malam hari. Karena di malam harilah biasanya mereka bertemu keluarga masing-masing satu sama lain, Rata-rata waktu yang digunakan untuk menonton Televisi bagi para responden ini adalah malam hari. Karena di malam harilah biasanya mereka bertemu keluarga masing-masing satu sama lain,

Kemudian intensitas menonton Televisi pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS ini adalah terbilang sangat rendah. Dilihat dari waktu keseringan menonton Televisi. Namun jika dilihat dari keseriusan menonton Televisi, cenderung tidak serius dalam menonton Televisi. Tingkat keseriusan mereka dilihat dari acara yang mereka tonton. Seperti pendapat dari salah satu responden, yaitu Pak Asep Sutaya (50),

“kalau menonton Televisi saya ga serius, tapi biasanya tergantung acaranya. Kalau berita ya, saya serius mengikutinya tapi kalau hiburan ya biasa saja” tuturnya.Tingkat keseriusan mereka juga diukur dari kebiasaan mereka menonton Televisi.

Kebiasaan masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS dalam menonton Televisi bervariasi. Ada yang menonton Televisi sambil santai, tidur-tiduran dan menikmati waktu bersama keluaraga, ada juga yang yang sambil menonton, sambil melakukan pekerjaan lain seperti makan, atau sambil merokok, bahkan ada pula yang menyempatkan menonton Televisi sambil istirahat di malam hari. Kebiasaan menonton Televisi yang beragam, disebabkan karena masing-masing dari pekerjaan mereka yang berbeda pula.

Untuk mendapatkan Televisi, pada masyarakat ini, yaitu masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS termasuk mudah.

Biasanya mereka membeli di pusat elektronik yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Sama seperti yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api. Lokasi tempat tinggal mereka yang memudahkan mereka untuk mencari barang-barang elektronik apapun dengan harga miring, selalu tersaji di sana. Oleh karena itu, masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS masing- masing memiliki Televisi dirumah mereka.

Televisi memiliki sisi menarik untuk selalu ditunggu-tunggu penayangannya oleh penonton atau pemirsa Televisi. salah satunya yang menarik adalah bagian dari content atau isi dari acara Televisi itu sendiri. Masing-masing stasiun Televisi menyajikan beragam acara menarik utuk nantinya disajikan kepada penikmat Televisi. Content atau isi dari acara Televisi yang diserap oleh penonton Televisi, biasanya akan membuat pengaruh terhadap individu atau si penonton itu sendiri. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS. Content atau isi dari acara Televisi yang diserap oleh mereka berbeda-beda setiap individunya. Namun sebelum itu, tentunya mereka memiliki acara Televisi favorit dan stasiun Televisi favorit, sehingga nantinya mereka akan menyerap content atau isi dari acara tersebut. Berikut adalah daftar stasiun Televisi dan acara Televisi favorit pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS :

Tabel 3.8

Daftar Stasiun Televisi dan Acara Televisi Favorit Masyarakat yang Tinggal disekitar TPS

Nama

Stasiun Televisi Favorit

Acara Televisi Favorit Pak Udin

Trans Televisi dan TvOne

Hiburan Lawak dan Berita Pak Otang

Trans 7 dan ANTV

Hiburan lawak dan Berita Feni Astuti

SCTV danRCTI

Sinetron dan Berita Pak Asep Sutaya

Metro Televisi dan RCTI

Berita dan Hiburan Lawak Dul Effendi

Trans Televisi dan TvOne

Hiburan Lawak dan Berita Sutarjo

MNC Televisi

Musik Dangdut Ibu Supriyati

RCTI danSCTELEVISI

Sinetron

Sumber : Data wawancara dan Observasi oeneliti Maret 2011

Dari data diatas, hasil yang didapat untuk stasiun Televisi favorit atau stasiun Televisi yang paling sering ditonton oleh masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar adalah RCTI, kemudian yang kedua adalah Trans Televisi, TvOne dan SCTV. Dan untuk acara Televisi yang paling sering ditonton oleh masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar adalah Hiburan Reality Show, kemudian yang kedua adalah berita dan yang ketiga adalah sinetron.

Kemudian, setelah mendapat hasil yang didapat untuk stasiun Televisi dan acara yang paling sering ditonton oleh masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, maka akan didapatkan jawaban dari responden tentang contens atau isi dari acara Televisi yang paling sering mereka tonoton. Dan apakah hal tersebut berpengaruh atau tidak pada masing-masing individu.

Beberapa responden menjawab beragam, seperti Ibu Supriyati (45) yang bekerja sebagai pedagang kue keliling. Acara Televisi yang paling sering ia tonton adalah sinetron, ketika ditanya apa content atau isi yang ia ambil dari acara yang ia sering tonton tersebut ia menjawab :

“Namanya juga ibu-ibu, biasanya suka banget nonton sinetron. Seru ceritanya tayangnya juga kan setiap hari, jadi saya ngikutin bangaet, ngga ketinggalan. Biasanya ya kalau nonton sinetron di ambil yang baik-baiknya saja. Kalau ada tindakan atau contoh kurang baik di sinetron, jangan ditiru. Apalagi anak saya juga kadang ikut nonton juga. Jadi saya tetep menjaga mereka agar tidak ikut-ikutan kaya di senetron itu, misalnya begitu”.

Lain lagi halnya denga Mas Sutarjo (35), yang bekerja sebagai supir bajaj. Acara favoritnya yang paling sering ia tonton adalah Tarung Dangdut di stasiun Televisi, MNC Televisi. Ia mengemukakan alasanya menyukai acara tersebut dan content atau isi dari acara tersebut yang ia serap selama ini.

“Acara favorit saya itu tarung dangdut, di MNC Televisi. Acaranya hampir setiap malam ada. Saya kan suka musik dangdut, jadi tentu saja kalau di Televisi jarang ada penayangan acara dangdut, dan yang ada hanya di Televisi itu saja. Terus juga kadang bintang tamunya artis favorit dangdut saya, jadi saya suka nontonnya. Dari acara dangdut biasanya ya saya dapet hiburan aja sih buat diri sendiri, abis seharian narik, malemnya nonton dangdut sambil bareng kumpul keluarga..” tuturnya.

Selain itu ada juga Pak Udian (50), yang bekerja sebagai petugas kebersihan sampah di lingkungan Kelurahan Kalianyar. Ia menuturkan bahwa, :

“Biasanya saya nonton Televisi itu malam hari. Dan acara yang sering saya tonton itu ya hiburan, seperti OVJ (Opera Van Java). Karena acaranya sangat menghibur sekali. Lawakannya juga lucu, modern. Dari acara itu, saya dapet hiburan, bisa ketawa-ketawa bareng kuluarga, karena kan acaranya memang lucu”.

Dari beberapa wawancara yang di dapat, kebanyakan dari responden menjawab mengenai content atau isi dari acara yang mereka dapatkan itu tergantung dari jenis acara yang mereka tonton. Dari apa yang mereka saksikan, misalnya hiburan, mereka mendapatkan hiburan baru di luar rutinitas pekerjaan mereka. Kemudian jika acara berita, yang mereka dapatkan adalah informasi dari acara berita itu sendiri, dan sebagainya.

Lingkungan tempat tinggal mereka yang berada di sekitar TPS tidak mengurangi penerimaan mereka terhadap informasi. Media televisi sangat membantu mereka menambah informasi serta pengetahuan terhadap sesuatu yang baru. Lingkungan sosial, baik secara individu ataupun kelompok, informasi baru dari televisi justru menjadi bahan perbincangan diantara mereka satu sama lain.

3.5.2.2 Radio

Kemajuan tekhnologi dari media elektronik juga ditandai dengan kemunculan radio. Di Indonesia, pada masa penjajahan Belanda, saat Indonesia merdeka, radio merupakan salah satu media yang menyiarkan dan menyebarkan tentang kemerdekaan indonesia. Begitu kuatnya fungsi radio dahulu sebagai salah satu media yang Kemajuan tekhnologi dari media elektronik juga ditandai dengan kemunculan radio. Di Indonesia, pada masa penjajahan Belanda, saat Indonesia merdeka, radio merupakan salah satu media yang menyiarkan dan menyebarkan tentang kemerdekaan indonesia. Begitu kuatnya fungsi radio dahulu sebagai salah satu media yang

Berbeda halnya dengan yang terjadi pada masyarakat yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Pamor radio sudah mengalami penurunan ketimbang dengan media elektronik lainnya. Terbukti dengan hasil wawancara dari 7 responden, hanya ada 1 responden yang masih menggunakan radio sebagai media hiburan juga untuk mendapatkan informasi. Dan 6 responden lainnya tidak menggunakan radio sebagai mendapatkan informasi ataupun berbagi.

Responden tersebut adalah Feni Astuti (29), warga asli Jakarta ini masih suka mendengarkan radio untuk sekedar mencari hiburan lain dan mendapatkan informasi. Frekuensi atau waktu yang ia pakai seharinya untuk mendengarkan radio adalah 1-2 jam. Kemudian untuk intensitas setiap harinya ia cukup sering mendengarkan radio. Untuk tingkat keseriusannya ia mengaku lumayan serius mendengarkan radio dan sangat menikmati. Radio yang ia miliki adalah radio elektronik, melainkan bukan radio yang terdapat pada media lain (seperti di handphone). Program acara di radio yang paling sering ia dengarkan adalah Musik dan hiburan. Untuk stasiun radio paling sering ia dengarkan adalah 98,7-GEN FM, Bens Radio Responden tersebut adalah Feni Astuti (29), warga asli Jakarta ini masih suka mendengarkan radio untuk sekedar mencari hiburan lain dan mendapatkan informasi. Frekuensi atau waktu yang ia pakai seharinya untuk mendengarkan radio adalah 1-2 jam. Kemudian untuk intensitas setiap harinya ia cukup sering mendengarkan radio. Untuk tingkat keseriusannya ia mengaku lumayan serius mendengarkan radio dan sangat menikmati. Radio yang ia miliki adalah radio elektronik, melainkan bukan radio yang terdapat pada media lain (seperti di handphone). Program acara di radio yang paling sering ia dengarkan adalah Musik dan hiburan. Untuk stasiun radio paling sering ia dengarkan adalah 98,7-GEN FM, Bens Radio

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang kita temukan pada penelitian di masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api. Radio masih menjadi sesuatu yang “minoritas” dibandingkan dengan media lainnya terlebih lagi jika dibandingkan dengan telavisi.

3.5.2.3 Surat Kabar

Media massa yang masih banyak dipilih sebagaian warga Jakarta untuk mendapatkan informasi adalah media cetak koran atau surat kabar. Bahkan pada jaman sekarang ini tak hanya kemajuan pada media cetak koran tetapi juga majalah dan sejenisnya. Majalah untuk saat ini, banyak merebut hati masyarakat dalam peredarannya, mulai dari majalah remaja, dewasa, bahkan anak-anak. Namun itu semua tak luput dari kemajuan industri percetakan yang sudah maju hingga saat ini.

Pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat, masih cukup terlihat antusiasme warga masyararakat terhadap ketertaikannya pada membaca koran. Dari data yang di dapat, dari 7 responden, terdapat 3 orang responden yang masih menggunakan surat kabar, untuk mendapatkan informasi, berikut adalah ulasan dari ketiga responden tersebut.

Responden pertama adalah Pak Asep Sutaya (50) yang masih sering membaca koran. Dalam seminggu, waktunya membaca koran tidak banyak, yaitu 2 kali dalam seminggu. Hal itu termasuk kedalam intensitas rendah dalam seseorang membaca surat kabar. Membaca koran dilakukannya ketika malam hari di waktu santai, waktu yang dibutuhkan biasanya setengah jam untutk membaca koran.Jika ditanya keseriusannya ia menjawab,

“kalau beritanya lagi bagus ya saya serius membacanya”, tuturnya. Kemudian untuk cara mendpatkannya ia mengaku mendapatkan koran yang dibacanya dengan cara membeli, jika sedang ada uang lebih.

Untuk segment yang paling sering ia baca, ia menjawab,

“saya paling sering kalau lagi baca koran ya mencarai news- nya atau berita utama. Biasanya ada dihalaman depan. Habis itu baru lanjut ke halaman-halaman selanjutnya..” jelasnya.

Koran yang sering ia baca adalah poskota, salah satu koran harian dijakarta. Dan dari membaca koran tersebut, ia mendapatkan manfaat yaitu, mendapatkan berita-berita aktual terbaru dengan konteks yang berbeda. Seperti yang diungkapkannya berikut ini,

“ya kalau dikoran itu kan biasnya sajian beritanya beda dengan yang ditonton di Televisi. Dari bahasa yang dibaca sih menurut saya lebih jelas ceritanya. Saya jadi tambah wawasan aja. Apalagi kalau lagi ga sempat nonton Televisi karena capek, ya saya baca koran, jadi tetep tahu perkembangan berita”, tuturnya.

Kemudian responden yang kedua ada Pak Otang (45). Ia bekerja setiap harinya sebagai ketua dari petugas kebersihan sampah lingkungan setempat. Frekuensi pak otang dalam membaca koran adalah 3 kali dalam seminggu, intensitasnya bisa dikatakan cukup rendah. Pak otang yang notabennya jarang menonton Televisi, memanfaatkan koran, untuk pengganti sarana informasi yang tidak didapatnya dari Televisi. Dalam membaca koran, tingkat keseriusannya adalah,

“serius tidak serius, tergantung beritanya” tuturnya.

Ia mendapatkan koran tersebut dengan cara membeli. Koran yang paling sering ia baca adalah sama dengan Pak Asep sebelumnya, yaitu Poskota.

“saya biasanya baca poskota karena harganya terjangkau ketimbang koran lain”.

Ketika ditanya tentang segment favorit yang paling sering dibaca, pak otang menjawab,

“saya baca berita dari halaman depan, karena isinya berita terbaru semua. Dan memang itu yang saya cari, berita-berita terbaru...” jelasnya.

Surat kabar memberikan informasi untuknya tentang berita-berita terbaru.

Hal tersebut hampir sama dengan apa yang telah ditemukan pada penelitian terdahulu 55 mengenai, Bagaiaman Hubungan Rubrik “Pendidikan” Harian Umum Pikiran Rakyat dengan Minta Baca Mahasiswa. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kurangnya minat mahasiswa dalam membaca surat kabar. Jika penelitian tersebut dikaitkan dengan penelitian penulis adalah pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS minat membaca surat kabar (media cetak) pun sudah sangat menurun tetapi masih tetap diminati oleh pembaca setianya.

3.5.2.4 Handphone

Media komunikasi saat ini yang bermacam-macam ragam, bentuk dan variasi, membuat masyarakat harus pintar-pintar memilih sesuai kebutuhan dan harus menjadi konsumen yang cerdas. Saperti halnya Handphone, yang hampir disetiap tahun dari beberapa produsen ternama menelurkan keluaran-keluaran terbaru untuk produknya di pasar dunia. Namun hal tersebut tetap diimbangi dengan harga dari apa yang ditawarkan. Tetapi handphone saat ini bukan lagi menjadi barang mahal dan langka, dengan harga terjangkau dan kemiripan dengan barang yang sama dengan harga miring, membuat masyarakat tergiur untuk membelinya.

55 www.ratswd.de/download/RatSWD_WP_2009/RatSWD_WP_111.pdf

Tetapi fungsi handphone sebagai alat komunikasi atar inidividu satu dengan lainnya, masih melekat dihati masyarakat. Seperti yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Dari 7 responden, terdapat

4 responden yang masih menggunakan handphone sebagai alat komunikasi dan 3 responden lagi, tidak menggunakan handphone sebagai alat komunikasi.

Namun secara garis besar, penggunaan handphone pada masyarakat yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat, bisa dibilang sangat minim. Maksudnya adalah penggunaan handphone pada masyarakat ini rata-rata murni hanya untuk saling menghubungi dan berhubungan saling telfon dan berbagi kabar lewat media handphone. Dan penggunaannya tak lain, dan hanya sebatas itu. Mungkin terkadang kita sering mendengar penggunaan handphone saat ini tak hanya digunakan untuk berbagi kabar saling menelepon atau mengirim pesan singkat, tetapi juga digunakan untuk internetan, online, membuka email, bermain game, memotret, men- shoot video, dan lain-lain. Tetapi tidak untuk masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar Jakarat Barat.

Seperti pendapat dari beberapa responden berikut ini. Frekuensi mereka mereka menggunakan handphone rata-rata 1-2 kali perharinya. Intensitas tersebut bisa dikatakan sangat rendah. Dari 4 responden yaneg memakai handphone, 3 orang menggunakan Seperti pendapat dari beberapa responden berikut ini. Frekuensi mereka mereka menggunakan handphone rata-rata 1-2 kali perharinya. Intensitas tersebut bisa dikatakan sangat rendah. Dari 4 responden yaneg memakai handphone, 3 orang menggunakan

Tetapi lain halnya dengan Pak Dul Effendi, yang mengaku menggunakan handphone 3-4 kali dalam sehari. Intensitasnya lebih banyak memnag jika dibandingkan responden lainnya, yang hanya 1-

2 kali sehari. Menurutnya,

“saya pakai handphone kalau lagi sebelum berangkat kerja biasanya ngecek-ngecek handphone siapa tahu ada panggilan dari teman kerja, terus juga kalau lagi istirahat kerja biasanya suka liat-liat handphone siapa tahu ada panggilan dari keluarga dirumah atau kalau pulang kerja dan ketika sedang santai dirumah, saya biasanya smsan sama teman, ya begitu saja sih..” jelasnya.

Rata–rata dari mereka, tidak begitu serius menggunakan handphone, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dalam menggunakan handphone. Kecuali ada kabar penting atau berita penting dari sanak saudara atau kerabat Biasanya mereka hanya menggunakan handphone sekedar untuk sms ataupun telfon saja, selebihnya tidak. Kemudian, rata-rata mereka memiliki handphone Rata–rata dari mereka, tidak begitu serius menggunakan handphone, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dalam menggunakan handphone. Kecuali ada kabar penting atau berita penting dari sanak saudara atau kerabat Biasanya mereka hanya menggunakan handphone sekedar untuk sms ataupun telfon saja, selebihnya tidak. Kemudian, rata-rata mereka memiliki handphone