Komunikasi Interpersonal (Tatap Muka) pada Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api

3.3.1 Komunikasi Interpersonal (Tatap Muka) pada Masyarakat yang tinggal dipinggir rel kereta api

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Joseph A. Devito 38 dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book ” (Devito, 1989:4) mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai :

“The proces of sending and receiving message between two person or among a small group of person, with some effect and some immadiate feedback”

(proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).

Kemudian, Charles Cooley memberikan definisi komunikasi sebagai mekanisme dimana hubungan manusia tercipta dan berkembang. Definisi ini lebih menekankan hubungan antara manusia dan betapa penting peran komunikasi dalam hubungan manusia.

38 Onong Uchjana Effendy. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.10

Gambar 3.3

Interaksi sosial pada masyarakat pinggir rel kereta api

Kelurahan Kalianyar

Komunikasi interpesonal terjadi pada berbagai lapisan masyarakat. Umumnya komunikasi interpersonal dalam bentuk cara berkomunikasi antar pribadi atau dari satu orang ke satu orang lainnya. Contohnya pada lingkungan masyarakat adalah pada anggota keluarga, antara bapak dengan ibu, adik dengan kakak, ataupun antar tetangga namun secara personal. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Untuk mengetahui pola komunikasi yang terjadi pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, maka peneliti pun menanyakan kepada responden tentang bagaimana komunikasi interpersonal yang terjadi pada masyarakat tersebut, untuk selanjutnya akan dibandingkan dengan pola komunikasi pada masyarakat miskin yang tinggal disekitar TPS, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat.

Untuk menggali bagaimana komunikasi interpersonal terjadi di masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan Untuk menggali bagaimana komunikasi interpersonal terjadi di masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

Dilihat dari keseringan melakukan komunikasi interpersonal, masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api hampir melakukannya setiap hari, baik dengan keluarga maupun tetangga disekitar rumah. Hal tersebut tersaji pada jawaban-jawaban dari para responden tentang mengenai keseringan waktu mereka melakukan komunikasi interpersonal dengan keluarganya maupun dengan tetangga.

Terdapat 8 responden pada masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat. Berikut ulasan dari kutipan jawaban-jawaban mereka. Seperti Pak Tugiono (35), yang bekerja sebagai pedagang. Ia sering melakukan komunikasi interpersonal dengan keluarga dan tetangganya, ia mengaku :

“Saya sering melakukan komunikasi dengan keluarga, setiap hari. Dan komunikasi berjalan dengan baik. Setiap pagi ketika sebelum beraktivitas, sepulang kerja dan sebelum tidur, ketika makan bersama. Ya begitu saja”.

Karena pekerjaannya sebagai penjual warung sembako dirumahnya, maka ia mudah menjalankan aktivitas sembari melakukan komuniaksi interpersonal dengan keluarganya, baik itu obrolan ringan maupun yang serius. Kemudian jika dengan tetangga, ia pun juga melakukan komunikasi. Berikut kutipan wawancaranya :

“Dengan tetangga saya juga sering melakukan komunikasi. Waktunya biasanya pagi hari dan sore, atau ketika ada pembeli. Mereka membeli sekaligus mengobrol biasanya. Ketika buka warung atau sesekali pada nongkrong di warung saya”.

Begitupula dengan tetangga, ia banyak berkomunikasi dikarenakan perkerjaannya sebagai penjual warung, menjadikannya secara sengaja ataupun tidak sengaja berkomunikasi dengan si pembeli, baik itu tetangga ataupun orang lain yang datang ke warungnya untuk membeli.

Tak hanya itu, peneliti pun mengajukan pertanyaan lain seputar komunikasi interpersonal mengenai dengan cara apa biasanya masyarakat tersebut melakukan komunikasi interpersonal. Masih dengan responden yang sama yaitu Pak Tugionan, ia mengaku melakukan komunikasi tatap muka dengan keluarga maupun dengan tetangga.

“Dengan cara mengobrol langsung tanpa janjian, bercerita, memperbincangkan sesuatu, ketemu langsung, berbicara. Biasanya dalam suasana santai sambil duduk-duduk, kalau ada yang lagi nongkrong saya nimbrung...”.

Komunikasi tatap muka dilakukannya langsung kepada lawan bicara dengan cara seperti yang ia sebutkan tadi yaitu, mengobrol langsung tanpa janjian, bercerita, memperbincangkan sesuatu, ketemu langsung, berbicara. Kemudian tak hanya itu, dari sebuah komunikasi yang dilakukan, biasanya yang paling terpenting adalah siapa lawan bicara dan apa saja yang dibicarakan. Hal tersebut juga masuk kedalam pertanyaan dari peneliti, yaitu tentang content atau isi dari apa yang biasanya dibicarakan pada komunikasi tatap muka, yang dilakukan oleh masyarakat miskin yang Komunikasi tatap muka dilakukannya langsung kepada lawan bicara dengan cara seperti yang ia sebutkan tadi yaitu, mengobrol langsung tanpa janjian, bercerita, memperbincangkan sesuatu, ketemu langsung, berbicara. Kemudian tak hanya itu, dari sebuah komunikasi yang dilakukan, biasanya yang paling terpenting adalah siapa lawan bicara dan apa saja yang dibicarakan. Hal tersebut juga masuk kedalam pertanyaan dari peneliti, yaitu tentang content atau isi dari apa yang biasanya dibicarakan pada komunikasi tatap muka, yang dilakukan oleh masyarakat miskin yang

“...kalau dengan keluarga membicarakan tentang masalah kehidupan rumah tangga, sekolah anak. Seperti itu saja...”

“...kalau dengan tetangga macam-macam, masalah pemerintah, issue yang sedang marak dibicarakan, politik, pemda, sembako, tentang dagangan, seputar itu....”

Lain halnya dengan Siti (28) yang pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga. Ia mengaku sering setiap hari sering sekali melakukan komunikasi tatap muka dengan keluarga dan tetangga. Seperti pengakuannya berikut ini :

“...sering berkomunikasi, dengan anak, ibu, dan suami. Karena tinggal 1 rumah juga dengan mertua. Biasanya pagi hari paling sering. Begitu pula dengan tetangga, “....Suka ngobrol juga sering. Kalau lagi ada orangnya dirumah, karena rumahnya dempet- dempet jadi tinggal jalan aja kalau mau ngobrol biasanya.. Dengan tetangga biasanya pagi juga dan sore hari..” ujarnya.

Kemudian ketika ditanya dengan cara apa biasanya anda melakukan komunikasi tatap muka, ia menjawab :

“Kalau dengan keluarga biasanya ya hampir setiap saat, lagi melakukan apa saja, bisa sambil ngobrol. Atau menelfon jika ada yang sedang pergi (suami). Kalau dengan tetangga ngobrol saja klo pas lagi ketemu, pas lagi santai suapin anak makan sore..” jelasnya.

Pertanyaan diteruskan dengn content atau isi yang biasanya dibicarakan pada saat malakukan komunikasi tatap muka, ia menjawab :

“kalau dengan keluarga apa saja bisa jadi topik pembicaraan, tapi kalau sehari-hari ngomongin kehidupan sehari-hari saja.Kalau dengan tetangga biasanya ngomongin tentang anak, keluarga, gitu aja sih”, tutupnya.

Secara keseluruhan dari responden, umumnya sering melakukan komunikasi tatap muka, baik dengan keluarga maupun dengan tetangga mereka. Hal itu dilakukan dengan cara berbeda-beda diantaranya, jika dengan keluarga biasanya langsung bertemu dirumah, menyampaikan apa yang ingin disampaikan, sepulang sekolah anak, sepulang kerja suami, dengan menelfon, ataupun mencari waktu santai kemudian baru memperbincangkan sesuatu.

Kemudian jika dilingkungan bertetangga, masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, biasanya melakukan komunikasi tatap muka dengan cara bertegur sapa, saling bercerita, bertemu tanpa sengaja dan tidak direncanakan, sambil melakukan aktivitas lain seperti menemani anak makan diluar rumah, bahkan ada yang sepulang sekolah ketika menjemput anak sekolah, hingga ngerumpidan lain-lain. Tetapi ada pula yang melakukan komunikasi tatap muka dengan tetangga jika sedang bertemu saja, pas sedang keluar rumah, misalnya hanya berpapasan dijalan atau dipasar, dan jika tidak, ia jarang melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan tetangga. Ternyata banyak hal dan cara yang dilakukan untuk melakukan suatu komunikasi tatap muka, baik dengan orang terdekat, keluarga maupun tetangga.

Selanjutnya adalah mengenai content atau isi dari apa yang dibicarakan saat mereka melakukan komunikasi tatap muka. Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, memeliki topik-topik yang biasanya dibicarakan pada saat melakukan komunikasi tatap muka, baik dengan keluarga maupun dengan tetangga. Dari hasil wawancara yang didapat, biasanya hal-hal yang biasanya dibicarakan jika melakukan komunikasi dengan keluarga mereka masing-masing adalah, seputar politik, masalah rumah tangga, dapur, sekolah anak, pekerjaan si suami atau pekerjaan si istri, dan terkadang apa saja bisa menjadi topik pembicaraan.

Kemudian pada komunikasi tatap muka yang dilakukan antar tetangga pada Masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, yaitu mengenai berbagai macam hal diantaranya, tentang issue atau berita yang sedang hangat dibicarakan, politik, sembako, kehidupan sehari-hari, masaah keluarga, hingga masalah kiat-kiat atau masukan dari tetangga untuk bagaimana memajukan dagangan agar lebih laris.

Pada teori konvergensi, Rogers kincaid mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana partisipan menciptakann dan membagi informasi satu dan lainnya dengan tujuan untuk menciptakan pemahaman bersama.

Dengan kata lain, komunikasi selalu mengacu pada hubungan (relationship). Pemaparan diatas mengantarkan pada teori konvergensi. 39

Gambar 3.4 Model Komunikasi Konvergensi 40

Lingkaran proses ini meliputi pemberian makna informasi yang dipertukarkan diantara dua atau lebih individu sebagai pergerakan kearah pemusatan. Pemusatan (convergence) adalah kencederungan dua orang atau lebih individu untuk bergerak kearah satu titik atau untuk satu individu untuk bergerak ke arah yang lain, dan untuk mempersatukan fokus ketertarikan secara bersama .

Teori tersebut tak jauh berbeda dari apa yang terjadi pada hasil penelitian ini. Individu satu dengan lainnya pastinya memiliki karakter yang berbeda. Kemudian satu dengan lainnya pastinya memiliki

39 L.Kincaid & W.Schram, Asas-asas Komunikasi Antar Manusia, LP3ES, Jakarta, 1977. Hal. 7 40 Ibid., Hal. 65 39 L.Kincaid & W.Schram, Asas-asas Komunikasi Antar Manusia, LP3ES, Jakarta, 1977. Hal. 7 40 Ibid., Hal. 65