Sejarah Kelurahan Kalianyar

2.1 Sejarah Kelurahan Kalianyar

Kelurahan Kalianyar pun memiliki sejarah tersendiri dalam pendirian nama Kalianyar itu sendiri. Berawal dari sebutan Kelurahan Kalibaru, yang juga sebelumnya bernama Kelurahan Persima. Merupakan pecahan dari Kelurahan Jembatan Besi, dengan seiring meningkatnya kepadatan penduduk diwilayah tersebut hingga harus dipecah menjadi 2 Kelurahan. Sebelum dinamakan Kelurahan Kalianyar, kelurahan ini bernama Kelurahan Kalibaru, tetapi karena nama Kelurahan Kalibaru di DKI Jakarta telah dipakai di dua wilayah yaitu wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara maka Kelurahan Kalibaru di Jakarta Barat dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta ditetapkan menjadi Kelurahan Kalianyar.

Dinamakan Kelurahan Kalianyar karena dahulu diwilayah tersebut dibuat Kali Banjir Kanal Barat yang membentang dari Wilayah Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan bermuara di Laut Jawa termasuk diwilayah Jakarta Utara. Banjir Kanal tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan banjir di wilayah DKI Jakarta.

Pada awal tahun 1970 an Kelurahan Kalianyar merupakan daerah yang sangat sepi dari keramaian,terdiri dari rawa-rawa, tanah pertanian, ladang penduduk yang ditanami dengan berbagai tanaman berupa pohon pisang sayur mayur kangkung, bayam, sawi, tomat cabe dan lain-lain yang digarap oleh Pada awal tahun 1970 an Kelurahan Kalianyar merupakan daerah yang sangat sepi dari keramaian,terdiri dari rawa-rawa, tanah pertanian, ladang penduduk yang ditanami dengan berbagai tanaman berupa pohon pisang sayur mayur kangkung, bayam, sawi, tomat cabe dan lain-lain yang digarap oleh

Sampai awal 1950-an, tak banyak orang datang ke Kalianyar. Penduduk asli betawi sedikit sekali dan seluruhnya menggarap tanah Kong Koan yang belum dijadikan pemekaman. Segalanya berubah ketika Majelis Kong Koan dibubarkan tahun 1950-an. Kepemilikan tanah di Kalianyar menjadi tak jelas. Warga banyak yang mematok tanah dan berebut. Bahkan ada yang menggarap tanah dengan luas sesuka hati. Penggarapan tanah dimanfaatkan kebenyakan untuk lahan sayuran dan berkebun. Sampai 1960-an, sawah masih ada. Namun memasuki 1970-an, rumah mulai tumbuh. Pemukim awal terutama orang Betawi, yang membagi tanahnya kepada anak-anak mereka. Setiap anak mendirikan rumah dan menyisakan sedikit untuk berkebun.

Kemudian ketika arus pendatang membeludak, permintaan akan ruang bermukim semakin tinggi. Keluarga pemilik tanah cukup luas mengubah kebunnya menjadi rumah petak kontrakan. Memasuki tahun 1980-an, terjadi booming rumah kontrakan yang dipicu munculnya home industry konveksi. Rumah kontrakan diserbu buruh urban dan pendatang lainnya. Awalnya pendatang pontianak menyewa rumah-rumah warga. Setelah sekian lama mereka Kemudian ketika arus pendatang membeludak, permintaan akan ruang bermukim semakin tinggi. Keluarga pemilik tanah cukup luas mengubah kebunnya menjadi rumah petak kontrakan. Memasuki tahun 1980-an, terjadi booming rumah kontrakan yang dipicu munculnya home industry konveksi. Rumah kontrakan diserbu buruh urban dan pendatang lainnya. Awalnya pendatang pontianak menyewa rumah-rumah warga. Setelah sekian lama mereka

Hingga saat ini, siapapun penghuni Kalianyar, tak kenal sertifikat. Bukti kepemilikan atas tanah yang mereka punya adalah selembar surat akta jual beli (AJB) dan surat pajak bumi dan bangunan (PBB). AJB dibuat secara massal tahun 1980-an, ketika Kalianyar dipimpin Lurah Tb Saki Misja. Mereka yang mendapat tanah dari waris, harus membuat pernyataan riwayat tanah. Di tahun 1980-an pula nama kelurahan ini menjadi kalianyar. Saat itu Lurah Saki Misja diminta mengunah nama kelurahan. Pembagian tanah wirisan terakhir.

Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk karena urbanisasi dari daerah maka dari tahun ketahun pertambahan penduduk makin banyak yang kemudian menjadikan lahan pertanian dan rawa rawa tersebut menjadi bangunan pemukiman. Kaum urban yang datang dari berbagai daerah antara lain didominasi dari Banten, Bogor, Rangkasbitung, Jawa Barat, Kebumen, Wonogiri, Jepara, Jawa Tengah, Bima, Dompu NTB dan Pontianak, Pemangkat Singkawang, Kalimantan Barat bagi WNI keturunan yang kemudian mendirikan berbagai usaha antara lain konfeksi, sablon, jasa jahit dll, yang pada akhirnya menarik para pencari kerja sehingga makin menambah jumlah penduduk.

Pertambahan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan Kelurahan Kalianyar tercatat sebagai Kelurahan yang terpadat se-Asia Tenggara dengan jumlah penduduk yang sangat padat menimbulkan berbagai permasalahan, Pertambahan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan Kelurahan Kalianyar tercatat sebagai Kelurahan yang terpadat se-Asia Tenggara dengan jumlah penduduk yang sangat padat menimbulkan berbagai permasalahan,