18 Hal-hal di atas menarik perhatian peneliti untuk meneliti dan melihat
pertunjukan tari Tibet pada masyarakat Tionghoa di kota Medan. Di mana semua komponen tari menjadi bahan penelitian yang menarik untuk dibahas. Jadi dalam
hal ini penulis akan mengangkat dan menganalisis suatu penampilan tari Tibet melalui gerakan tari tersebut. Penulis juga tertarik untuk meneliti fungsi dan
makna tari Tibet, dengan latar belakang diatas penulis membuat judul penelitian ini Analisis Struktur, Fungsi, dan Makna Tari Tibet pada Budaya Masyarakat
Tionghoa di Kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur Tari Tibet pada budaya masyarakat Tionghoa di Kota
Medan? 2.
Sejauh apa fungsi Tari Tibet pada budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan?
3. Bagimana makna bahasa dan budaya yang terkandung di dalam Tari
Tibet pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan?
Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,” b “Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,” c “Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.” Sementara Barbara Krader menulis
artikel yang bertajuk “Etnomusikologi.” Selanjutnya George List menulis artikel “Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.” Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul
“Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.” Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog Barat. Ke depan, dalam konteks Indonesia
diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan
buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi
Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lain-lainnya.
19
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini diselaraskan dengan tiga rumusan masalah di atas, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui struktur tari Tibet pada masyarakat Tionghoa di Kota
Medan. 2.
Untuk mengetahui sejauh apa fungsi tari Tibet pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui bagaimana makna bahasa dan budaya yang terkandung di
dalam Tari Tibet dalam budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap analisis struktur, fungsi, dan makna tari Tibet pada budaya masyarakat Tionghoa
di Kota Medalah adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui dan menambah wawasan tentang struktur, fungsi, dan makna tari Tibet bagi masyarakat Tionghoa.
2. Sebagai materi keilmuan baik dari ilmu budaya, bahasa, dan seni yang dapat
dipergunakan dalam rangka pengembangan disiplin bahasa dan Sastra Cina, khususnya di Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara medan.
20 3.
Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan perbandingan penelitian-penelitian yang akan datang, dengan latar belakang, tema, dan kajian yang berkait dengan
penelitian yang peneliti lakukan ini.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menambah pengetahuan penulis, serta masyarakat Indonesia, tentang
bagaimana struktur, fungsi, dan makna tari Tibet di Kota Medan serta keberadaannya di Indonesia sehingga mampu menarik perhatian masyarakat luas
untuk lebih mengenal kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, baik kebudayaan “asli” natif dari Indonesia maupun kebudayaan etnis dunia yang
kemudian berintegrasi menjadi bahagian tak terpisahkan dari kebudayaan Indonesia, khususnya budaya Tionghoa di Indonesia.
Selain itu juga, penulis berharap penelitian dapat dijadikan rujukan untuk penelitian-penelitian yang akan datang ataupun sebagai bahan pelajaran muatan
lokal. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menerapkan kembali revitalisasi kesenian tari Tibet dalam masyarakat sehingga
kelestariannya tetap terjaga.
21
1.5 Batasan Masalah
Masyarakat Tionghoa memiliki banyak kebudayaan seni yang sudah berakulturasi dengan Indonesia, termasuk dalam jenis-jenis tari Tionghoa yang
ada di Indonesia dan masing-masing memiliki sejarah serta cerita tersendiri di dalamnya. Begitu juga dengan jenis tari-tarian Tonghoa yang beranekaragam.
Oleh karena sudah adanya akulturasi,
5
Batasan di atas selaras dengan sistem tata kelola pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumatera Utara adalah sebagai sebuah provinsi,
yang dipimpin oleh seorang gubernur. Selanjutnya, Kota Medan adalah sebuah wilayah administratif pemerintahan kota yang dipimpin oleh seorang wali kota.
Baik gubernur maupun walikota adalah diplih secara demokratis lima tahun sekali, dalam negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi.
maka banyak pula perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pertunjukan tari Tibet di di Indonesia. Maka untuk
menghindari batasan yang terlalu luas, peneliti mencoba membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada kajian struktur, fungsi, dan makna tari Tibet di Kota Medan,
Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
5
Yang dimaksud dengan akulturasi adalah proses bercampurnya dua kebudayaan atau lebih dalam satu genre, yang menghasilkan sebuah genre baru tanpa hilangnya identitas atau jatidiri dari
masing-masing kebudayaan yang bercampur tadi. Sebagai contoh budaya pertunjukan dangdut di Indonesia merupakan hasil dari proses akulturasi antara musik dan tari Melayu, Arab, India, Eropa,
dan etnik-etnik natif seperti jaipongan Sunda, Jawa, Batak, Aceh, Minangkabau, dan lain-lainnya.
22
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab II ini, penulis memaparkan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka, yang digunakan yang berkaitan dengan topik penelitian, rumusan
masalah, dan rujukan-rujukan saintifik dalam skripsi sarjana ini. Tujuannya adalah untuk memperjelas baik itu konsep mapun teori, serta bahan-bahan kepustakaan
yang digunakan di dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini konsep yang penulis gunakan adalah mencakup: a
kebudayaan, b masyarakat Tionghoa, c tari, d Tari Tibet, dan e Budha Lamaistik. Selanjutnya teori yang penulis gunakan untuk mengkaji tiga rumusan
masalah adalah tiga teori juga. Untuk mengkaji struktur tari dan musik iringan tari digunakan teori kinisiologis struktur tari dalam disiplin etnokoreologi dan
etnomusikologi. Untuk mengkaji fungsi Tari Tibet dalam budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan, digunakan teori fungsionalisme dari disiplin ilmu
budaya antropologi budaya, khususnya yang dikemukakan oleh Radcliffe- Brown dan Malinowski. Untuk mengkaji makna bahasa dan budaya digunakan
teori semiotik. Berikut adalah penjelasan konsep dan teori tersebut