91
5.1.2.2 Tata Rias
Sesuai dengan pendapat Soetedjo 1983:4 dalam Laporan Penelitian ASKI oleh Risnawati tadi bahwa tat arias yang tepat juga berguna memperjelas
sesuai tema tari yang disajikan dan akan dinikmati penonton. Persiapan tata rias yang digunakan juga sangat diperlukan oleh penari untuk mendukung pertunjukan
yang mereka sajikan di lapangan. Begitu pula pada pertunjukan tari Tibet ini, dalam persiapannya penari
harus memperhatikan tat arias mereka. Biasanya yang menjadi tat arias mereka lebih dipercayakan mereka pada diri mereka masing-masing. Mereka tidak perlu
ke salon, karena menurut bapak Sutrisno yang namanya penari harus bisa merias diri sendiri. Akan tetapi warna make up dan segala perlengkapannya disesuaikan
dengan kesepakatan bersama agar seragam. Tata rias ini terbagi 2, yaitu sebagai berikut.
1. Tata rias wajah atau make-up, biasanya dalam keseragamannya,
tiap-tiap pasangan dalam kesamaan pakaiannya warna make-up disesuaikan dengan kecocokan warna pakaian yang dikenakannya. Dalam tat arias wajah yang
digunakan ada foundation alas bedak, bedak, eye shedow, shanding,blush on, celak, bulu mata palsu, lipstick.
Foundation yang digunakan penari adalah foundation yang bisa tahan lama. Bergerak banyak dan terkena sinar matahari akan menghasilkan keringat
yang berlebihan, agar polesan make-up tidak luntur makanya menggunakan foundation yang tahan lama.
Bedak yang dipilih penari untuk digunakan biasanya warna bedak yang masuk dengan warna kulit.Eye shadow yang digunakan biasanya ada 3 tingkatan
warna, pada tingkat pertama warna yang dipilih adalah warna yang serupa dengan
92 warna pakaian yang dikenakan.Misalnya, jika pakaian yang digunakan adalah
warna merah, maka warna eye shadow tingkat pertamanya digunakan warna merah.Jika warna pakaian yang digunakan warna putih, maka eye shadow tingkat
pertamanya digunakan warna putih pula, begitu seterusnya. Pada eye shadow tingkat kedua biasanya menggunakan warna gelap,
seperti hitam dan coklat, posisi ini dibuat di bagian sudut mata agar nampak pertegasan pada mata.Tingkat ke-3 atau paling atas dibuat warna putih.Setelah 3
tingkatan tersebut ditempelkan bulu mata palsu agar terlihat lebih indah. Shading yang digunakan untuk penegasan pada hidung, dan blush on
digunakan untuk penegasan pada bagian pipi. Sedangkan celak digunakan untuk penegasan pada alis mata. Begitu juga pada bibir, dalam penegasannya digunakan
lipstick yang berwarna merah. Tatanan make-up pada penari laki-laki lebih sederhana daripada penari
perempuan. Pada penari laki-laki hanya menggunakan foundation, bedak, dan celak pada alis dan lingkar mata bawah sebagai penajaman mata.
2. Tata rias rambut, pada penataan rambut, masing-masing penari
mengikat rambutnya menjadi satu. Setelah diikat dipasangkan sanggul, dan diberi pernak-pernik hiasan seperti bunga dan sunting agar terlihat indah.
Aspek gerak, ragam tarian, pola gerak, pola lantai, pakaian dan asesoris untuk para penari tarian Tibet ini menjadi bahagian yang integral dalam konteks
penyajiannya. Unsur-unsur tarian ini harus disadari dan difahami oleh setiap tarian ini, apalagi jika ia seorang penari professional.
93
5.2 Fungsi Tari Tibet
Fungsi adalah kegunaan atau tujuan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang di tulis oleh W.J.S Poerwadarminta 1984:283 fungsi adalah
pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Yuliani Parani 1953:28 mengatakan bahwa fungsi tari ada tiga hal yaitu:
1. Fungsi sosial, yakni sebagai penunjang, aspek kehidupan, masyarakat,
seperti dalam upacara kehidupan, siklus kepercayaan, hubungan manusia dengan manusia, masyarakat dengan masyarakat
2. Fungsi stimulan, yakni memberi sebagai emosi baik secara individu
maupun kelompok. 3.
Fungsi komunikasi, yakni hubungan manusia dengan lingkungan dan masa lampau dengan kekuatan penguasaan yang dilaksanakan.
Pendapat-pendapat dari Soedarsono dan Yuliani Parani diatas, dapat menjadi acuan untuk melihat fungsi tari Tibet pada masyarakat Tionghoa di kota Medan.
Pembahasan fungsi yang lebih luas menyangkut fungsi tari Tibet pada masyarakat Tionghoa dikota Medan, dapat kita lihat dari pendapat Soedarsono
2002:118 yang mengatakan bahwa “secara garis besar fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan manusia bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu”:
1. Seni sebagai sarana ritual. 2. Seni sebagai sarana hiburan pribadi.
3. Seni sebagai presentasi estetis. Tari Tibet dapat kita lihat sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan, sehingga
pendapat dari Soedarsono diatas dapat kita terapkan dalam melihat fungsi tari Tibet.