48
BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TIONGHOA
DI KOTA MEDAN
4.1 Asal-Usul Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Para imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia, sebahagian besarnya berasal dari kelompok etnik Han. Daerah budaya mereka ini adalah di daerah yang
sekarang merupakan Provinsi Fujian dan Guangdong di Cina Selatan, daerah ini dikenal dengan keragaman wilayahnya Suryadinata, 2008:12. Sejumlah besar
etnik Han, yakni juga kelompok etnik terbesar di dunia, tinggal di Asia Tenggara Skinner, 1963:101. Sebahagian besar orang Tionghoa Indonesia, baik yang
merupakan keturunan patrilineal dari para imigran awal maupun para imigran baru, lahir di Cina daratan Gernet, 1996:6.
Sebagai kelompok pertama orang Tionghoa yang menetap dalam jumlah yang besar, bangsa Hokkien dari Fujian Selatan merupakan kelompok imigran
yang mendominasi hingga pertengahan abad ke-19. Kebudayaan maritim sambil berdagang mereka dipercaya muncul dari kegiatan berdagang mereka sewaktu di
Indonesia. Keturunan suku Hokkien adalah kelompok etnik yang dominan di Indonesia Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan pantai barat Sumatera.
Selain itu ada juga suku Tiochiu, bangsa yang menetap di sebelah selatan daerah Hokkien, dapat dijumpai di seluruh pantai timur Sumatera, Kepulauan
Riau, dan Kalimantan Barat. Suku Tiochiu ini memilih bekerja sebagai buruh perkebunan di Sumatera, tetapi kemudian menjadi pedagang di daerah dimana
tidak terdapatnya bangsa Hokkien Skinner, 1963:97.
49 Selanjutnya Bangsa Hakka. Tidak seperti bangsa Hokkien dan Tiochiu,
bangsa Hakka berasal dari daerah pedalaman Pegunungan Guangdong dan tidak mengenal budaya maritim Skinner, 1963:97. Dikarenakan daerahnya yang
sangat tidak produktif dalam menghasilkan sumber daya alam di daerah asal mereka, bangsa Hakka memutuskan untuk hijrah keluar dari daerah mereka akibat
desakan ekonomi. Gelombang migrasi mereka terjadi di sekitar tahun 1850 hingga 1930 dan merupakan yang paling miskin di antara kelompok imigran Tionghoa.
Meskipun pada awalnya mereka menetap di pusat pertambangan di Kalimantan Barat dan Pulau Bangka, bangsa Hakka kemudian didapati bertumbuh dengan
pesat di daerah Batavia dan Jawa Barat pada akhir abad ke-19 Skinner, 1963:102.
Yang terakhir adalah suku bangsa Kanton. Seperti halnya bangsa Hakka, orang-orang Kanton terkenal sebagai pekerja tambang di seluruh Asia Tenggara.
Migrasi mereka di abad ke-19 sebagian besar langsung diarahkan menuju daerah tambang timah di Bangka, lepas pantai timur Sumatera. Mereka juga terkenal
sebagai pengrajin tradisional yang sangat terampil. Bangsa Kanton mendapatkan keuntungan yakni pengetahuan tentang kesuksesan mesin dan industri dari bangsa
Eropa ketika mereka di Guangdong dan Hongkong. Mereka bermigrasi ke Jawa di waktu yang sama dengan bangsa Hakka, namun untuk tujuan yang berbeda. Di
kota-kota di Indonesia mereka berprofesi sebagai pengrajin, pekerja mesin, dan memiliki usaha kecil seperti restoran dan hotel. Orang-orang Kanton tersebar
merata di seluruh Nusantara namun jumlahnya jauh lebih sedikit ketimbang jumlah orang-orang Hokkien atau Hakka. Kepentingan peran mereka kemudian
dinilai sebagai kepentingan sekunder di dalam komunitas Tionghoa Skinner, 1963:102.
50
4.2 Masyarakat Tionghoa di Indonesia