Sy Amelia, AMK Ka. Group II Onkologi

Kepala Ruangan Rosmahasa, AMKeb CI RB 1 Sumi Ariani, SST Nursahjan Hrp, AMKeb Resliana, AMKeb Sri Ulina, AMKeb Ameria , AMKeb Hartanta, AMKeb Eny Syahputri, AMKeb Arie Siswana, AMKeb Itona, SST Ritha Panjaitan Lasmaria, AMKeb Nahemia Sabarati Karo-Karo Ikut Muli Pulung Rotua Ida Simamora Arihta Ginting Nurleli, AMK Skema 1. Struktur Organisasi Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa metode penugasan yang digunakan di ruangan RB1 adalah metode tim dengan 2 tim yang dipimpin oleh masing-masing Kepala Group atau Kepala Tim dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan. Namun dalam pelaksanaannya menurut Tata Usaha Purnama Am,Keb Tumpak Meha Ka. Group I VKObstetriGinekologi

T. Sy Amelia, AMK Ka. Group II Onkologi

Kristina Ginting, AMK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hasil observasi, masih dilakukan dengan metode fungsional, disebabkan kekurangan tenaga dalam pelaksanaannya. Deskripsi kerja masing-masing pegawai di ruangan RB1 sudah jelas, tetapi dalam pelaksanaannya karena kekurangan tenaga kerja dan beban kerja tinggi, sehingga kinerja dari perawatbidan sulit dinilai karena adanya tugas yang merangkap. Pendelegasian tugas dilakukan dengan jelas, apabila Kepala Ruangan tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada salah satu Kepala Group dan apabila Kepala Group yang tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada perawatbidan yang paling senior. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pasien tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada pasien di ruangan Onkologi hanya dilakukan di awal saat pasien baru masuk mengenai cara mencuci tangan dengan benar, namun saat pasien pulang pendidikan kesehatan tidak pernah diberikan kepada pasien. Dan berdasarkan hasil kuesioner kepuasan pasien diperoleh data bahwa kontak antara antara pasien dengan perawatbidan sangat kurang dan tidak tepat waktu. 3. Actiating Directing Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan di ruangan RB 1 Obgyn mengatakan bahwa Kepala Ruangan merencanakan mengadakan pertemuan khusus dengan staff di saat senggang jadwal visite dokter tidak ada yaitu 2 kali 1 minggu hari senin dan kamis tetapi pertemuan tersebut sudah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jarang dilakukan kecuali jika ada keperluan. Untuk meningkatkan SDM pegawai di ruangan RB1, maka Kepala Ruangan melakukan penilaian meliputi penilaian terhadap kinerja para pegawai, penilaian terhadap kehadiran pegawai dan terhadap etika para pegawai dimana penilaian ini dilakukan sekali dalam satu bulan oleh Kepala Ruangan. 4. Controlling Ruangan RB1 memiliki penilaian terhadap kinerja perawat meliputi penilaian cara bekerja perawat di ruangan tersebut dan apabila perawat tersebut melakukan kesalahan dalam bekerja, maka perawat tersebut akan diberi teguran dan membuat perjanjian atas kesalahan yang telah dilakukan. Selain itu, dilakukan juga penilaian terhadap kehadiran dan etika para pegawai. Penilaian terhadap kinerja perawat ini dilakukan satu kali dalam sebulan dan yang memberikan penilaian adalah Kepala Ruangan. Berdasarkan hasil observasi mahasiswa, Kepala Ruangan setiap hari melakukan supervisi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengontrolan dari Kepala Ruangan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai, adanya operan bed to bed dengan beberapa pegawai serta adanya pengontrolan terhadap alat keperawatan yang ada di ruangan RB1. Monitoring pendokumentasian asuhan keperawatankebidanan dilakukan oleh Kepala Group, namun karena beban kerja yang tinggi dan kurangnya tenaga kerja kadang pendokumentasian tidak dilakukan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Methode 2.1.5.1 Tujuan Pelayanan Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi di Ruangan RB 1 Obgyn pada tanggal 11 – 16 Juni 2012, Ruangan RB 1 memiliki visi, misi, falsafah dan motto keperawatan yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diadopsi dengan visi, misi, falsafah dan motto Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, yakni : Visi Keperawatan : Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2015. Misi Keperawatan : i. Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. ii. Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan uantuk mengahsilkan SDM keperawatan yang profesional dengan penggunaan logistik keperawatan secara efisien dan efektif. Falsafah Pelayanan Keperawatan : Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan biopsikososial dan kultural yang komprehensif dengan mengutamakan kepentingan pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga keperawatan. Motto Pelayanan Keperawatan Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan kepaerawatan harus bersikap : i. Senyum yang manis ii. Sapa yang ramah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iii. Sentuh dengan kasih sayang 2.1.5.2 Metode Penugasan Sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruangan RB 1 Obgyn dilaksanakan dengan metode Tim dimana pendelegasian dilakukan dari Kepala Ruangan kepada Ketua Tim yang bertugas dan apabila ada perawat pelaksana yang tidak hadir maka Kepala Ruangan akan menunjuk perawat lain yang tidak bertugas pada hari tersebut. 2.1.5.3 Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa ruangan RB1 tidak memiliki Standar Asuhan Keperawatan SAK tetapi memiliki Standar Asuhan Kebidanan sehingga asuhan keperawatan tidak terlaksana. Setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien memiliki Standar Operasional Keperawatan SOP yang jelas. Berdasarkan hasil observasi bahwa para perawat di ruangan RB1 dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien belum melakukan cara cuci tangan dengan benar, dimana perawatbidan hanya melakukan cuci tangan setelah selesai melakukan tindakan, seharusnya perawatbidan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan agar tidak terjadi infeksi nosokomial atau memperkecil terjadinya angka infeksi nosokomial. 2.2 Material Berdasarkan informasi yang diperoleh dan observasi yang dilakukan ditemukan bahwa pengadaan inventaris alat dilakukan oleh pihak Rumah Sakit UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan standart minimal vital sign, alat GV ada pada setiap ruangan poli ditambah lagi dengan adanya peralatan dari PPDS, co-ass dan mahasiswa. Pengawasan inventaris dilakukan langsung oleh kepala poliklinik dan bila ada kekurangan akan dilaporkan ke bagian instalasi rawat jalan. Kepala Ruangan juga melakukan supervisi terhadap keadaan logistik di ruangan RB1. Dari hasil pengamatan, tindakan ganti perban setiap hari dilakukan kepada pasien sementara peralatan ganti perban di ruangan hanya dua yang tersedia, hal ini juga menimbulkan pemberian asuhan dan pengoabatan menjadi terganggu. Pada dasarnya, pengklasifikasian ruangan dengan penyakit pasien sudah disesuaikan, namun karena kondisi jumlah pasien yang melebihi kapasitas tempat tidur, pengklasifikasian tidak sesuai. 2.3 Money Sistem budgeting di Ruangan RB 1 Obgyn dikelola langsung oleh direktorat Rumah Sakit. Bagian direktorat rumah sakit bertugas dalam mengelola gaji pegawai dan tunjangan uang makan. Sedangkan pembayaran tunjangan jasa pelayanan pegawai dan biaya pasien yang dirawat di Ruangan RB 1 Obgyn dikelola oleh bagian keuangan Kasir Instalasi terpadu. Besarnya pemberian gaji berdasarkan lamanya masa kerja dan golongan pegawai tersebut sedangkan besarnya pemberian jasa pelayanan sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit. Dalam penyediaan alat-alat di Instalasi Rindu B, pihak Instalasi Rindu B hanya mengajukan daftar kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan, bukan mengajukan jumlah dana yang dibutuhkan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Analisa Situasi yang didapat di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012 sebagai berikut: a. Man Tabel 2.6 Analisa SWOT di Instalasi RB1 RSUP HAM Medan 2012 Strenght Kekuatan Weakness Kelemahan Opportunity Kesempatan Threatened Ancaman a. Perawat diberi izin oleh pihak RS untuk belajar dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi serta mengikuti pelatihan-pelatihan. b. Karu melakukan operan bed to bed dengan perawat pada pasien saat shift pagi dan Kepala Group melakukan pertemuan dengan perawatbidan pelaksana setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan bed to bed, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. c. Pegawai mendampingi pasien pada saat visite dokter a. Tenaga perawatbidan di RB1 kurang dengan hasil perhitungan menurut Depkes dibutuhkan 28 orang, menurut Douglas 27 orang, sehingga kekurangan tenaga 4-5 orang. b. Hasil kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan di ruangan Onkologi khusunya mengatakan bahwa kontak pasien dengan perawatbidan di ruangan sangat kurang dan tidak tepat waktu. a. Adanya mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Stikes, Akbid dan Akper yang praktek di ruangan. b. Terbukanya kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan keterampilan keperawatan. a. Anggapan masyarakat bahwa RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek. b. Adanya asumsi masyarakat bahwa rumah sakit swasta jauh lebih baik bila dibandingkan dengan rumah sakit pemerintah b. Method UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Strenght Kekuatan Weakness Kelemahan Opportunity Kesempatan Threatened ancaman a. Ruangan memiliki struktur organisasi yang jelas b. Ruangan memiliki alur pendelegasian tugas dengan metode tim. c. Ruangan memiliki batasan jam kerja dalam setiap shift dan ada penanggung jawab dalam setiap shift. d. Karu melakukan supervisi terhadap pegawai dan pasien setiap hari e. Adanya supervisi bidang keperawatan yang dilakukan setiap hari ke ruangan oleh pihak instalasi atau kapokja dalam pemberian pelayanan keperawatan f. Adanya kolaborasi dan koordinasi yang baik dengan tim kesehatan lain. a. Belum ada pemberian pendidikan kesehatan secara terjadwal terutama untuk persiapan pasien pulang. b. Pelaksanaan metode penugasan tim belum murni dilaksanakan, karena kurangnya tenaga sehingga beberapa perawatbidan ahli dalam bidang tertentu, sehingga batasan deskripsi kerja masing-masing pegawai tidak jelas. a. Adanya kesempatan untuk mendapatkan pendelegasian tugas b. Adanya mahasiswa yang praktek sehingga pemberian asuhan dapat berjalan lancar. Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan profesional. c. Money UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Strenght Kekuatan Weakness Kelemahan Opportunity Kesempatan Threatened ancaman a. Ruangan V memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit setiap bulan dan diberikan kepada perawat - Adanya bantuanjaminan pembayaran bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS jaminan kesehatan msyarakat, bantuan dari PEMPROVSU dan ASKES sosial. - d. Material Strenght Kekuatan WeaknessKelemahan Opportunity Kesempatan Threatened Ancaman a. K K e e p p a a l l a a r r u u a a n n g g a a n n m m e e n n g g a a d d a a k k a a n n s s u u p p e e r r v v i i s s i i t t e e r r h h a a d d a a p p k k e e a a d d a a a a n n l l o o g g i i s s t t i i k k d d i i r r u u a a n n g g a a n n b. R R u u a a n n g g a a n n s s u u d d a a h h m m e e m m i i l l i i k k i i p p e e m m b b u u a a n n g g a a n n s s a a m m p p a a h h m m e e d d i i s s d d a a n n n n o o n n m m e e d d i i s s . . a. Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban b. Pengklasifikasian ruangan tidak sesuai dengan penyakitnya. 2. Adanya kebutuhan dana anggaran dari pemerintah bekerjasama dengan perusahaan dari luar yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit. 3. Rumah sakit RSUP HAM Medan memiliki fasilitas pemeriksaan yang lengkap dan canggih Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit terkait dengan kelengkapan logistik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Rumusan Masalah Dari hasil pengkajian yang diperoleh oleh praktikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya tenaga perawatbidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn 2. Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban 3. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal 4. Rencana Penyelesaian masalah Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, maka intervensi yang dapat dibuat untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah : a. Kurangnya tenaga perawatbidan di ruangan RB1, Jumlah tenaga perawat termasuk kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana yang tersedia ada sebanyak 23 orang. Sedangkan dari hasil perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas adalah 27 orang dan menurut Depkes sebanyak 28 orang. Sehingga RB1 kekurangan 4-5 orang pegawai. Segala urusan administrasi pasien sebaiknya bukan diselesaikan oleh tenaga medis perawatbidan melainkan ada khusus pegawai lulusan ekonomi atau perpustakaan sehingga perawatbidan dapat lebih fokus dalam pemberian asuhan kepada pasien. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban, Alat ganti perban yang tersedia hanya 2 set dan tidak sebanding dengan jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan ganti perban, kerena waktu untuk mensterilkan 1 set memerlukan waktu ± 45-60 menit. c. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal Pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit atau tindakan terapi belum optimal, pemberian pendidikan kesehatan hanya diberikan pada saat klien dan keluarga baru masuk untuk rawat inap dan pendidikan yang diberikan oleh perawatbidan hanya cara cuci tangan. Hal ini terjadi karena beban kerja perawatbidan yang cukup tinggi terutama saat pasien akan dilakukan pemeriksaan atau tindakan terapi serta saat pasien ingin pulang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Planning Of Action Tabel 2.7 Rencana Penyelesaian Masalah Berdasarkan Masalah yang Ditemukan di Ruangan RB1 RUMUSAN MASALAH RENCANA PENYELESAIAN TARGET WAKTU INDIKATOR KEBERHASILAN PENANGGUNG JAWAB Kurangnya tenaga perawatbidan di ruangan RB1 - Mengusulkan kepada KaRu agar mengajukan kepada Kapokja untuk penambahan pegawai di ruangan Rindu B1 Obgyn dengan jumlah tenaga sesuai dengan perhitungan BOR. Jum’at, 22 Juni 2012 Kebutuhan perawatbidan diajukan ke Kapokja Lantai 1 Instalasi Rindu B - Mei Sinaga, S.Kep - Meli Puspita, S.Kep Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban - Mengusulkan kepada KaRu untuk mengamprah penambahan jumlah alat ganti perban ke Kapokja Lantai 1 Instalasi Rindu B Sabtu, 23 Juni 2012 Adanya penambahan alat ganti perban di ruangan RB1 minimal 1 set. - Mei Sinaga, S.Kep - Meli Puspita, S.Kep Pendidikan kesehatan belum terlaksana oleh perawat ruangan karena beban kerja yang cukup tinggi - Memberikan Pendidikan kesehatan tentang Kanker serviks dan Kemoterapi - Memberikan leaflet Kanker Serviks dan Kemoterapi Sabtu, 23 Juni 2012 Jumat, 22 Juni 2012 - Adanya leaflet yang disediakan oleh mahasiswa PBLK sebanyak 15 lembar - Mei Sinaga S.Kep - Meli Puspita S.Kep UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk membuat kebijakan kepada mahasiswa-mahasiswa yang dinas di ruangan RB1 untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang dirawat diruangan. Jumat, 22 Juni 2012 - Adanya kebijakan yang dibuat KaRu dalam bentuk tertulis mengenai: pelaksanaan pendidikan kesehatan oleh mahasiswa-mahasiswa yang dinas di ruangan RB1 - Mei Sinaga S.Kep - Meli Puspita, S.Kep UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Implementasi Berdasarkan rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di ruang RB1, maka mahasiswa melakukan : a. Mengusulkan kepada KaRu agar mengajukan kepada Kapokja untuk penambahan pegawai di ruangan Rindu B1 Obgyn dengan jumlah tenaga sesuai dengan perhitungan BOR. Hal ini diharapkan agar nantinya jika dipenuhi penambahan tenaga, jobdesc dan pendidikan kesehatan dapat terlaksana dengan optimal dan caring kepada pasien lebih meningkat. b. Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk penambahan alat ganti perban di ruangan Rindu B1 Obgyn karena tidak sesuainya perbandingan jumlah set ganti perban dengan jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan ganti perban. c. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang Kemoterapi pada tanggal 22 Juni. Materi penyuluhan disampaikan oleh Meli Puspita S.Kep dan penyuluhan diikuti oleh 10 orang pasien dengan Ca serviks dan Ca Ovarium berbagai stadium beserta dengan keluarga. d. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang Ca serviks pada tanggal 23 Juni 2012. Materi penyuluhan disamaikan oleh Mei Sinaga S.Kep dan penyuluhan diikuti oleh 10 orang pasien dengan Ca serviks bersama dengan keluarga. e. Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk membuat kebijakan kepada mahasiswa-mahasiswa yang dinas di ruangan RB1 untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang dirawat diruangan. KaRu dan CI menerima baik usulan yang diberikan dan mulai tanggal 25 Juni 2012, setiap UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mahasiswa yang dinas di ruangan RB1 diberi tugas memberikan pendidikan kesehatan kepada satu orang pasien. 6. Evaluasi Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80 peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh praktikan pada akhir penyuluhan. Pasien dan keluarga pasien juga sangat kooperatif dan tidak segan-segan untuk bertanya tentang apa yang mereka belum ketahui. Pasien dan keluarga pasien mengatakan sangat senang dan setuju dengan adanya penyuluhan tentang Kanker serviks dan kemoterapi sehingga keluarga mampu memiliki pengetahuan tentang bahaya kanker serviks dan pengobatannya serta cara mengatasi efek dari kemoterapi yang dijalani oleh pasien. Kepala ruangan dan CI mengatakan setuju dengan jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan optimal di ruangan. C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di ruangan RB1 RSUP HAM Medan pada tanggal 11 Juni – 15 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai diantaranya: 1 Kurangnya tenaga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perawatbidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn, 2 Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban, 3 Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, praktikan menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan praktikan. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan dievaluasi dan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada. 1. Kurangnya tenaga perawatbidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia Lokakarya keperawatan Nasional 1986. Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnose, merencanakan dan mengimplementasikan strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan National Council of State Board of Nursing. Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut usia Ellis, Harley, 1980. Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya Florence Nightingale dalam UNIVERSITAS SUMATERA UTARA What it is not . Pelayanan kesehatan yang bermutu akan tercapai kepada pasien bila perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan harus berlandaskan ilmu pengetahuan, dan teori keperawatan. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung dan jumlah pasien yang memerlukan perawatan penuh dari perawat, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah pemeriksaan, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka Muninjaya, 2004. 2. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal Pendidikan kesehatan adalah salah satu bentuk implementasi keperawatan yang mutlak dilakukan baik untuk diagnosa kurang pengetahuan maupun untuk diagnosa keperawatan lainnya dan untuk semua tindakan keperawatan, diagnostik, terapi medis, hak dan kewajiban pasien keluarga maupun peraturan ruangan atau Rumah Sakit Notoatmodjo, 2001. Pendidikan kesehatan di RB1 Obgyn sudah dilakukan secara lisan sewaktu pasien baru masuk tetapi yang di berikan pendkes hanya sebatas tentang cara cuci tangan dsecara lisan, tetapi belum diberikan secara terstruktur dengan menggunakan media, karena keterbatasan waktu, tingginya beban kerja dan kurangnya jumlah tenaga perawat. Pendidikan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesehatan yang ditujukan bagi pasien dan keluarga merupakan promosi kesehatan yang dikembangkan di Rumah Sakit dalam rangka membantu pasien dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya, khususnya mempercepat kesembuhan dari penyakitnya Notoatmodjo, 2005. Oleh karena itu Pendkes sangat penting untuk mendukung pengobatan pasien, dimana dengan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. Implementasi yang telah dilakukan praktikan terhadap masalah ini adalah membuat penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga, tentang kanker serviks dan kemoterapi serta cara mengatasi efek dari kemoterapi dan menyediakan media pendidikan kesehatan berupa leaflet. Hal ini mendapat sambutan yang baik dari keluarga pasien. Berdasarkan pernyataan pasien dan keluarga bahwa pendidikan kesehatan yang telah diberikan membantu mereka memahami penyakit yang diderita dan bagaimana mengatasi efek dari kemoterapi. Dari hasil evaluasi penyuluhan yang telah dilakukan peserta penyuluhan tampak antusias, kooperatif, aktif bertanya terkait materi yang disampaikan dan tentang penyakit yang dialaminya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

1. Kanker Cerviks

1.1 Defenisi Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker Serviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus GlaxoSmithKline, 2007. 1.2 Etiologi Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel – sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Hingga saat ini Human Papilloma Virus HPV merupakan penyebab terjadinya Kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus ini kurang lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks dan Varian HPV yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. HPV tipe 16 dan 18 merupakan 70 penyebab kanker serviks Amrullah, 2011. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA