BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori
1. Kanker Cerviks
1.1 Defenisi Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker Serviks merupakan pertumbuhan
dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus GlaxoSmithKline, 2007.
1.2 Etiologi Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. Jika sel – sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak ganas.
Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Hingga saat ini Human Papilloma Virus HPV merupakan penyebab terjadinya Kanker
serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus ini kurang lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56,
dan 58 sering ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks dan Varian HPV yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. HPV tipe 16
dan 18 merupakan 70 penyebab kanker serviks Amrullah, 2011.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada syste kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan
menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre
kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 – 20 tahun Karolina, 2010.
1.3 Patofisiologi
Pada dasarnya kanker terjadinya karena adanya pertumbuhan sel tubuh yang abnormal. Dalam kasus kanker serviks, terjadi karena sel penyusun serviks
sel epitel yang normal berubah menjadi bentuk abnormal.
Secara anatomis, serviks dibagi menjadi 2 bagian yakni eksoserviks portio bagian luar dan endoserviks kanalis serviks bagian dalam. Masing-
masing bagian itu dilapisi oleh sel penyusun yang disebut dengan sel epitel. Pada bagian eksoserviks dilapisi oleh sel epitel gepeng berlapis Squamous compleks,
sedangkan pada endoserviks dilapisi oleh sel epitel kuboid silindris pendek selapis bersilia. Pada daerah perbatasan keduanya terdapat area yang disebut
squamo-columnar junction SJC. Pada bagian peralihan ini, sel-sel epitel itu biasanya akan mengalami metaplasi perubahan sel menjadi abnormal. Hal ini
disebabkan karena sel-sel itu saling bertumpuk dan saling mendesak, sehingga sel-sel tersebut bila tersensivitas bisa berubah menjadi sel yang abnormal dan
terbentuk menjadi kanker serviks Karolina, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4 Faktor Resiko dan Faktor Predisposisi
Menurut Prawirohardjo 2002, faktor resiko dan faktor predisposisi terjadinya kanker serviks yang menonjol adalah usia, paritas, perilaku hubungan
seksual, infeksi virus, sosial ekonomi, kebersihan, kebiasaan merokok dan penggunaan AKDR. Usia wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali
pada usia 16 tahun mempunyai resiko menderita kanker serviks. Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda melakukan hubungan seksual maka semakin
besar kemungkinan mendapat kanker serviks. Menikahkawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun. Hal ini dapat meningkatkan insidensi dengan tingginya paritas, Kanker serviks di jumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus
maka semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker serviks.
Perilaku hubungan seksual yang buruk atau wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan juga mempunyai faktor resiko
yang sangat besar terhadap kanker serviks. Akibat dari perilaku hubungan seksual yang buruk ini, wanita bisa saja terinfeksi oleh virus herpes simpleks HSV-2 dan
virus papilloma atau virus kondiloma akuinata yang diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah. Mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selain faktor sosial ekonomi rendah, kebersihan juga merupakan salah satu faktor yang diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
terutama yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkumsisi hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
Merokok atau penggunaan tembakau akan dapat merangsang terbentuknya sel kanker sedangkan penggunaan AKDR akan terpengaruh terhadap serviks yaitu
bermula dari adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus Yatim, 2005.
1.5 Manifestasi Klinik
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Cairan yang keluar dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Sekitar 75-80 gejala perdarahan setelah coitus atau senggama akan dialami wanita atau timbulnya perdarahan menstruasi yang lebih sering dan jumlah
volume darah banyak. Perdarahan yang timbul akan semakin sering terjadi tidak hanya setelah coitus tetapi diluar coitus juga, ini sering disebut juga dengan
perdarahan spontan. Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat stadium yang lebih lanjut yaitu stadium II dan stadium III. Perdarahan spontan juga dapat
terjadi pada wanita yang telah menopouse. Adanya bau busuk yang khas juga memperkuat adanya kanker. Selain itu, rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke
serabut saraf juga terjadi jika sudah meradang. Sebelum memasuki tingkat akhir, gejala-gejala lain akan timbul akibat metastase dari sel kanker yaitu kegagalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
faal ginjal CRF = Chronic Renal Failure akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total
Prawirohardjo, 2002.
1.6 Klasifikasi dari Kanker Serviks
Stadium kanker serviks menurut FIGO Federation International Ginecologist and Obstetricians1978 yaitu :
Tabel. Tingkat keganasan klinik menurut FIGO 1978 Yatim, 2005 hal : 46 Tingkat
Kriteria Stadium 0
Karsinoma In Situ KIS atau Karsinoma intraepithelial: membrana basalis masih utuh
Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks
Stadium Ia Karsinoma invasive hanya ditemukan secara
mikroskopik Stadium Ib
Lesi invasif 5 mm Stadium Ib1
Lesi klinis berukuran 4 mm Stadium Ib2
Lesi klinis 4 mm Stadium II
Karsinoma meluas melampaui serviks, tetapi belum meluas pada dinding panggul, karsinoma melibatkan
vagina tetapi tidak sampai 13 bagian bawah
Stadium IIa Mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenai
parametrium Stadium IIb
Jelas sampai ke parametrium, tetapi belum sampai ke dinding panggul
Stadium III Karsinoma keluar sampai dinding panggul, tumor
mencapai 13 bawah vagina Stadium IIIa
Tidak mencapai dinding panggul tapi terkena hingga 13 bawah vagina
Stadium IIIb Perluasan ke dinding panggul atau hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi Stadium IV
Proses keganasan telah keluar dari dinding panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika
urinaria atau telah bermetastase keluar panggul atau ketempat yang jauh.
Stadium IVa Penyebaran sampai organ didekatnya
Stadium IVb Telah bermetastase jauh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.7
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu ke arah fornises dan dinding vagina, ke arah korpus uterus, ke arah
paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandungkemih. Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan
dan kiri sel tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan iliak dalam hipogastrika. Penyebaran melalui pembuluh darah bloodborne metastasis tidak
ditemukan. Kanker serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja Prawirohardjo, 2002.
Penyebaran
1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1.8.1 Sitologi Pap Smear
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim, test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal,
yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep liquid base cytology adalah metode pap smear yang di modifikasi yaitu sel usapanserviks dikumpulkan dalam cairan
dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensivitas.
Pengambilan sampel silakukan dengan menggunakan semacam sikat brush
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemudian sikat dimasukkan kedalam cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan
pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan pembesaran seperti mikroskop yan digunakan untuk mengamati secara
langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks, kemudian
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
1.8.2 IVA Inspeks Visual Asam asetat tes merupakan alternaif skrining untuk
kanker serviks. Tes ini sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur
pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks
yang tidak normal. Penanganan kanker serviks disesuaikan dengan stadium penyakit dan gambaran histopatologinya. Sensitivitas pap smear yang dilakukan
setiap tahun mencapai 90 .
Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycgen karena tidak mengikat yodium. Bila portio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal
akan berwarna cokelat tua, sedangkan yang terkena karsinona tidak berwarna.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.8.3 Kolposkopi, Biopsi dan konisasi
Pemeriksaan dengan kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan pembesaran untuk melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah
pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi meliputi vulva dan vagina. Prosedurnya sama dengan pap smear,
tenaga medis dapat melihat lebih dekat dengan alat kolposkopi sehingga dapat memberikan saran pengobatan atau terapi atau tindak lanjut apa yang perlu
dilakukan.
1.9 Penatalaksanaan Pengambilan contoh jaringan biopsi kadang perlu dilakukan untuk
diagnosa lebih lanjut, atau kadang serviks yang abnormal justru diterapi saat di biopsi. Sedankan Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelaina-kelainan jelas.
1.9.1 Terapi Medik
Tindakan pengobatan atau terapi sangat bergantung pada stadium kanker serviks saat didiagnosis. Dikenal beberapa tindakan modalitas dalam tata
laksanana kanker serviks antara lain :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.9.1.1 Operasi atau tindakan bedah surgical treatment
pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim dilakukan apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada didalam jaringan servik
dan ukurannya masih kurang dari 3 mm maka dilakukan operasi ekstra facial histerektomi. Biasanya operasi dengan cara ini pada penderita tingkat klinik
seperti ini. Resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah kurang dari 1 . Kanker serviks Stadium Ia2, Ib, atau dilakukan operasi
pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya radikal histerektomi.
1.9.1.2 Terapi Radiasi
Terapi radiasi juga disebut radiotherapy menggunakan sinar-sinar yang tinggi energinya untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi radiasi ini dapat
mempengaruhi atau merusak sel-sel normal disekitarnya.
1.9.1.3 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi dengan menggunakan obat-obat anti kanker untuk membunuh sel-sel kanker dan disebut juga terapi sistemik systemic
therapy kerena obat-obat masuk kedalam aliran darah dan dapat mempengaruhi sel-sel diseluruh tubuh. Untuk perawatan kanker leher rahim, kemoterapi biasanya
digabungkan dengan terapi radiasi, tetapi untuk kanker yang telah menyebar pada organ-organ yang lain, hanya kemoterapi saja yang mungkin digunakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.9.2 Terapi Paliatif supportive care
Terapi paliatif supportove care yang lebih difokuskan pada peningkatan kualitas hidup pasien. Contohnya : Makan makanan yang mengandung nutrisi,
pengontrol sakit pain control. Secara umum pengobatan kanker leher rahim adalah penyinaran radioterapi, pengobatan dengan zat kimia kemoterapi, dan
cara operasi. Ketiga cara pengobatan tersebut bisa dilakukan salah satu atau kombinasi. Tidak semua kanker rahim berhasil baik dengan cara pengobatan
tersebut. Pada kanker leher rahim stadium lanjut, 13 penderita kankernya tumbuh lagi setelah pengobatan. Kekambuhan terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan
dihentikan. Penyebaran kanker biasanya ke vagina bagian atas rahim dan orang lain dirongga panggul. Kanker ini tumbuh lagi pada bagian atas vagina setelah
dilakukan operasi pengangkatan rahim histerektomi.
1.10 Pencegahan
Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai pencegahan Tulus, 2012, antara lain :
1. Jaga kebersihan organ intim dan Jalani pola hidup sehat dengan cara makan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang serta meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Perbanyak makanan yang mengandung vitamin A, C dan E serta asam folat untuk mengurangi risiko kanker leher rahim.
2. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner atau berganti-ganti pasangan.
4. Menjalani atau melakukan tes pap smear secara teratur dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini terhadap infeksi HPV. Menurut laporan sedunia,
dengan secara teratur melakukan tes pap smear telah mengurangi angka kejadian kanker serviks.
5. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV. 6. Hindari Merokok. Banyak bukti yang menunjukkan penggunaan tembakau
dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
2. KUALITAS HIDUP