Kondisi Sosial Ekonomi Penjual Jamu Gendong

kegiatan ini hanya dilakukan sekali pada tahun 2007 yang bersamaan dengan pemberian sepeda dan kotak sebagai wadah penjualan jamu bagi para penjual jamu gendong yang ada dikawasan kelurahan Helvetia, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang.

4.3.7. Kondisi Sosial Ekonomi Penjual Jamu Gendong

Dari hasil wawancara, para penjual jamu gendong bisa mendapatkan pendapatan Rp 30.000 sampai dengan Rp 50.000 untuk perharinya. Dalam hal ini para penjual jamu gendong merasa kondisi sosial mereka dirasakan biasa-biasa saja dalam arti pendapatan yang mereka dapatkan bisa mencukupi kebutuhan perekonomian rumah tangga. Pendapatan yang didapat dari penjualan jamu gendong hanya bisa dilakukan untuk memenuhi dan menutupi kebutuhan dalam rumah tangga khususnya untuk makan. Hal ini yang dilakukan para penjual jamu gendong lainnya dan bisa bertahan untuk mencari nafkah sebagai penjualan jamu gendong. 4.4. Pola Strategi Bertahan 4.4.1. Strategi Bertahan Penjual Jamu Gendong dalam Memaksimalkan Waktu Penjualan Untuk Memaksimalkan Jumlah Penjualan. Keadaan yang digambarkan Parson sebagai adaptasi sistem merupakan adaptasi yang dilakukan para penjual jamu gendong agar mampu memenuhi kebutuhan. Adaptasi merupakan keharusan bagi sistem sosial untuk menghadapi hidupnya. Berkaitan dengan hal diatas, ada dua dimensi permasalahan yang seharusnya dapat dibedakan : 1. Dapat proses transpormatif aktif dari situasi yang menggunakan keadaan lingkungan sebagai alat mencapai tujuan Taufik,2006;162-169. Universitas Sumatera Utara 2. Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang kuat dan mungkin tidak dapat diubah Inflexible dari lingkungan. Para penjual jamu gendong memiliki waktu jam kerja yang menentu dalam melakukan aktifitasnya untuk berjualan. Para penjual jamu gendong melakukan penjualan dengan waktu yang sudah diatur dan ditetapkan. Setiap saat ada waktu tersedia diselang waktu tersebut mereka melaksanakan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Penjual jamu gendong mempunyai jam kerja yaitu 2 kali dalam sehari berjualan jamu gendong. Waktu itu dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 sampai dengan 12.00 dan kemudian waktu penjualan kedua dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.00 sampai dengan 18.00 WIB. Tidak semua para penjual jamu gendong melakukan penjualan dengan cara 2 kali sehari, melainkan para penjual bisa melakukan penjualan dalam 1 kali sehari yaitu pagi saja sekitar pukul 09.00 sampai dengan 12.00 WIB. Dalam penjualan jamu gendong, para penjual bisa menghabiskan 4 sampai 10 botol jamu yang terdiri dari 3 kuningan, 4 kencur, dan 1 manisan. Penjual jamu gendong bisa melakukan penjualan setiap hari. Para penjual tidak menentukan kapan bisa libur dan kapan bisa tetap berjualan. Tetapi, para penjual jamu gendong hanya bisa menentukan banyak dan sedikitnya ukuran maupun takaran jamu. Tindakan strategi aktif ini dilakukan penjual dengan memanfaatkan kesehatan dan kemampuan daya tahan tubuh penjual sebagai tolak ukur optimalisasi hasil penjualan.

4.4.2. Pemilihan Sasaran Penjualan Jamu Gendong