Informan Biasa Pembeli Jamu Gendong

Suku : Jawa Jumlah Keluarga yang ditanggung : 4 Orang Lama Berjualan Jamu Gendong : 15 Tahun Dengan lama berjualan hampir 15 tahun, Satiyem 42 tahun mengadu nasib menjadi penjual jamu gendong, tidak banyak cara-cara maupun strategi-strategi yang dilakukan dalam penjualannya begitu juga dalam kendala-kendala yang dihadapi dalam penjualannya. “…kendala hanya hujan dan modal saja, kendala ini yang membuat penjualan jamu gendong saya tidak laku, dan saya melakukan penjualan dengan cara digendong karena mudah dibawa kemana-mana jadi saya bisa mendapatkan rezeki diatas rata-rata yang saya dapat dalam seharian…” Hasil wawancara; pukul 17:00

4.2.2. Informan Biasa Pembeli Jamu Gendong

4.2.2.1.Sugiani Sugiani 39 tahun adalah seorang wanita penggemar jamu gendong karena sejak gadis ia sudah rajin minum jamu gendong. Dengan demikian secara tidak langsung ia merupakan salah seorang pembeli yang setia dalam membeli jamu gendong. Awal ketertarikannya membeli jamu karena khasiatnya dan harganya yang masih relatif murah. “…saya senang minum jamu dari mulai gadis. Alasannya saya meminum agar bisa menguruskan dan membuat badan saya sehat setiap hari…” Hasil wawancara, Juli 2010 4.2.2.2.Devi Devi 26 tahun merupakan seorang wanita muda, cantik, pintar, dan yang bekerja di salah satu kantor BUMN. Demi menjaga penampilan, tetap sehat dan bugar karena sehari-harinya ia bekerja dalam jangka waktu yang relatif lama dan menguras Universitas Sumatera Utara tenaga, ia rajin minum jamu yang dijual di sekitar rumahnya walaupun sebelumnya ia paling susah minum jamu. “…dulu saya paling tidak suka minum maupun mengkonsumsi jamu, tetapi karena saya merasa yakin untuk kesehatan saya. Saya membeli jamu dari penjual jamu gendong yang saya yakin rasa, kebersihan dari penjualan jamu gendong dan saya merasakan jamu gendong masih diyakini lebih enak daripada jamu yang tidak digendong…” Hasil wawancara, Juli 2010 4.2.2.3.Ibu Reza Ibu Reza 30 tahun adalah seorang Ibu rumah tangga yang kesehariannya menjaga dan mengurusi 2 buah hatinya. Dengan kesibukannya mengurus anak dan mengurusi rumah tangga, maka untuk menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan badannya, ia mengaku suka dan sering mengkonsumsi jamu gendong. Dan ia mengaku bahwa jamu aman untuk ibu-ibu yang baru selesai melahirkan demi menjaga daya tahan tubuh. “…saya habis melahirkan jadi ingin menjaga daya tahan tubuh, saya disarankan orangtua untuk minum jamu. Tadinya saya ingin minum jamu yang bermerek saja. Tetapi, karena ada penjual jamu gendong disekitar rumah saya, ya… ya sudahlah saya membeli jamu gendong. Karena penjual jamu gendong juga diyakini mengerti tentang ramuan-ramuan setelah habis melahirkan…” Hasil wawancara pada bulan Juli 2010 Universitas Sumatera Utara 4.2.2.4.Rohana Rohana 35 tahun, adalah seorang ibu yang berprofesi sebagai penjual makanan, dan rujak di kawasan Helvetia serta sudah memiliki lima orang anak. Ia juga mengaku kalau hampir setiap hari ia selalu membeli jamu gendong pada sore hari yang ia beli dari seorang penjual jamu gendong yang setiap hari mendatangi warungnya yang ada di kawasan Helvetia untuk menjagakan jamu gendong buatan penjual jamu gendong tersebut. Ia berkata : “…saya selalu membeli jamu pegal linu yang berguna bagi badan saya yang sering pegal-pegal karena berjualan setiap hari dan jamu gendong diyakini khasiatnya dan lebih manjur…” Hasil wawancara pada bulan Juli 2010 4.2.2.5.Kak Lili Kak Lili adalah seorang ibu dari 3 orang anak yang baru-baru saja mengkonsumsi jamu gendong. Dan ia mengakui bahwa penjual jamu gendong ditemukan pada saat Ibu 3 anak ini hamil untuk anak yang ke-3. Setelah melahirkan Ibu yang manis dan berkulit putih ini mulai minum jamu gendong yang hampir setiap hari melewati rumahnya dan jamu tersebut diyakini berkhasiat. “…memang banyak para penjual jamu terutama penjual jamu yang banyak dijumpai menaiki kendaraan seperti sepeda dan kereta. Tapi saya yakin walaupun sama-sama berjualan jamu tetapi saya masih meyakini kalau jamu gendong lebih bagus, mulai dari keaslian bahan maupun pengolahan yang alami dan terutama rasa yang saya rasakan beda dari jamu yang tidak digendong…” Hasil wawancara 2010 Universitas Sumatera Utara 4.2.2.6.Sugeng Tidak hanya wanita yang mengkonsumsi jamu gendong laki-laki juga mengkonsumsi jamu gendong seperti yang dilakukan oleh Sugeng, laki-laki 43 tahun, mengaku menyukai jamu gendong karena pekerjaannya yang memerlukan tenaga. Sugeng yang belum menikah ini bekerja sebagai kuli pikul di salah satu pusat took yang ada di pasar sentral yang pekerjaannya benar-benar menguras tenaga karena mengangkat barang dan pakaian-pakaian dari luar medan menjadikan ia harus tahan banting. “…pekerjaanku harus tahan banting mengangkat barang-barang dan pakaian-pakaian sampai perkodi maupun perlusin. Jadi kalau tidak dijaga kesehatanku bisa-bisa aku tidak bisa punya uang karena tak bisa bekerja. Aku selalu meminum jamu gendong setiap hari selalu memakai telur ayam kampung agar bisa bertenaga…” Hasil wawancara dengan Pak Sugeng, Juli 2010 4.3. Identitas Kegiatan 4.3.1. ProfilSejarah Jamu Gendong Jamu dikenal sudah berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu dikenal dalam lingkungan istana atau kraton yaitu kesultanan di Djogjakarta dan kesultanan di Surakarta. Zaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan kraton dan tidak diperbolehkan keluar dari kraton. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, orang-orang lingkungan kraton sendiri yang sudah modern. Mereka mulai mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat diluar kraton sehingga bisa berkembang di Indonesia dan luar Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia, jamu dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. Sejak dahulu, Indonesia dikenal akan Universitas Sumatera Utara