Latar Belakang Strategi Bertahan Penjualan Jamu Gendong (Studi Deskriptif Pada Penjual Jamu Gendong di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan kesehatan masyarakat konsekuensi perilaku yang berwujud pada tindakan yang disadari atau tidak disadari akibatnya dapat merugikan kesehatan atau menurunkan kesehatan si pelaku sendiri atau orang lain, atau suatu kelompok. Sesuai dengan batasan kesehatan yang dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu, khususnya yang mengetahui tentang kesehatan. Kesehatan bagi kehidupan yang merupakan salah satu modal yang utama. Gaya hidup yang terdapat pada masyarakat Indonesia kini lebih cenderung dan mengarah pada kemajuan “modern” yang manusianya agar selalu bugar dan sehat di sepanjang waktu. Hampir disebahagian masyarakat, makanan, minuman berenergi sudah menjadi suatu kebutuhan yang mutlak, terutama dalam mengembalikan stamina setelah melakukan suatu pekerjaan yang berat atau menambah tenaga jika ingin melakukan suatu aktivitas tertentu Rahay, Nurhayati Yuliarti, 2008. Minuman kesehatan dalam hal ini dapat dijadikan untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh manusia sering berjalannya waktu, industri minuman kesehatan menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tubuh. Universitas Sumatera Utara Jamu gendong merupakan salah satu minuman kesehatan yang banyak dikonsumsi bagi masyarakat baik masyarakat kalangan atas, bawah, maupun menengah. Dengan adanya jamu gendong hampir seluruh masyarakat mempercayai hasil khasiatnya, terutama bagi kesehatan. Hasil ramuan jamu gendong ini sudah lama diyakini untuk segala berbagai penyakit, diantaranya untuk mengembalikan stamina tubuh dan khasiat lainnya dipercayai sebagai penambah nafsu makan, dan masalah kewanitaan. Sebelum maraknya dan menyebar berbagai jamu di kalangan masyarakat, tentunya jamu gendong adalah pewaris utama untuk meyakini dalam menyembuhkan segala jenis penyakit dan tentunya menjadikan sebagai jamu kesehatan. Dapat diperkirakan bahwa pemanfaatan jamu gendong masih tinggi. Banyaknya masyarakat yang masih berminat untuk mengkonsumsi sebagai salah satu upaya untuk minuman kesehatan secara umum, sudah diketahui tentang khasiat dan manfaat dari jamu gendong tersebut. Dalam kondisi era globalisasi yang sekarang ini, seorang usaha mampu untuk mengikuti perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar. Usaha yang cenderung berfikiran tradisional dan tidak mengharapkan adanya suatu perubahan, tentunya akan menemui banyak kendala maupun kesulitan dalam menghadapi penjualannya James Scot, 1991:48-49. Dalam kemajuan zaman, penjualan jamu gendong bisa bertahan dikarenakan berbagai cara atau strategi yang dilakukan para penjual jamu gendong. Bertahannya jamu gendong didasari atas karena adanya sesuatu yang membuat para penjual jamu gendong masih bertahan yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Karena adanya suatu ciri khas dari penjual jamu gendong tersebut seperti: membawa bakul, digendong dengan sebuah kain. 2. Adanya perbedaan dari letak cara penjualannya yang menjadikan penjualan jamu gendong bisa bertahan dengan cara digendong. 3. Harganya yang relatif murah dan terjangkau untuk dikonsumsi. 4. Hasil penjualannya yang dilakukan baik secara out to door dari rumah ke rumah sehingga jamu gendong bisa bertahan. 5. Ramuannya yang masih alami yang membuat para pembeli yakin akan mutu dan kualitasnya yang dibuat secara alami dengan ramuan-ramuan. Berbagai cara yang dapat diperoleh dan dilakukan dalam mencapai keberhasilan dan kesuksesan suatu penjualannya. Strategi yang diterapkan penjual untuk tiap-tiap bidang di dalamnyapun berbeda-beda, mulai dari bagian produksi, distribusi penjualannya. Target penjualan yang akan dicapai oleh suatu penjualannya tentunya harus didukung dengan adanya suatu strategi yang tepat agar hasil penjualannya mengalami peningkatan kualitas usahanya. Setiap usaha tentunya memiliki strategi masing- masing dalam berusaha. Tahun 1990-1995, jamu gendong ini meningkatkan pesat atau berada di puncak kejayaannya ketika pemasaran produk jamu gendong sudah sangat menghasilkan keuntungan yang besar. Ditandai dengan semakin banyaknya produk- produk jamu yang lain di Indonesia. Angka tersebut yakni mencakup keseluruhan penjaja jamu gendong. Keadaan penjual jamu gendong khususnya di daerah Sumatera masih berjalan sehingga Universitas Sumatera Utara sekarang penjual jamu gendong yang ada di daerah Sumatera semakin banyak apalagi dengan banyak warga-warga luar yang menjalani hidup di Sumatera yang menjadi sebahagian dari mereka berjualan jamu gendong. Pada awalnya, jamu gendong muncul di daerah Sumatera pada tahun 1980-an yang dimana jamu gendong berkesan tradisional, jamu yang merupakan obat kuno yang biasanya dijual dengan cara digendong oleh wanita memakai pakaian kebayak dan memakai konde atau memakai sanggul dan membawa bakul yang diikat oleh kain. Penjualan jamu gendong di kawasan Deli Serdang dilakukan penjualan dari rumah ke rumah dan kemudian harganya yang masih bertahan untuk sekarang ini, adapun hasil yang diketahui ada penjual jamu gendong di daerah Sumatera hampir sekitar ± 350 orang untuk kawasan seluruh Sumatera Utara. Keadaan dan banyaknya penjual jamu gendong meyakini bahwa penjualan jamu gendong masuk di kawasan Sumatera Utara khususnya di kawasan Deli Serdang. Kawasan Deli Serdang hampir banyak dijajaki penjual jamu gendong diantaranya di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal. Hampir banyak para pendatang masyarakat luar masuk di kawasan Kelurahan Helvetia Kecamatan Sunggal untuk mengadu nasib bekerja sebagai penjual jamu gendong. Masuknya penjualan jamu gendong di kawasan Deli Serdang sekitar tahun 1980-an yang pertama kali dijual oleh seorang perempuan yang berasal dari masyarakat Jawa. Ada sekitar ± 20-35-an penjual jamu gendong yang berada di kawasan Kelurahan Helvetia Kecamatan Sunggal. Universitas Sumatera Utara Cara penjualannya yang terkesan masih sangat tradisional dan turun-menurun. Banyaknya penjualan jamu gendong yang berada di kawasan ini menjadikan penjualan jamu gendong dapat ditemui dan bertahan dengan terlihat banyaknya warga khususnya di kawasan Helvetia mulai menekuni usaha membuat dan menjual jamu gendong sebagai mata pencaharian. Cara penjualannya pun masih sama dalam penjualan yang masih secara tradisional. Dari wawancara yang dilakukan disebutkan ada 30 kepala keluarga yang menekuni penjualan jamu gendong di kawasan Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal. Hal inilah yang menjadikan jamu gendong masih bisa bertahan di setiap kawasan walaupun telah banyaknya jamu-jamu yang lain yang cara penjualan dan penyajiannya sangat berbeda.

1.2. Perumusan Masalah