3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data  dan  informasi  yang  diperoleh  kemudian  diolah  dan  disajikan  dalam bentuk   tulisan,   tabulasi   data,   serta   gambar   yang   sesuai   dengan   konteks
permasalahan  yang  dibahas.  Analisis  yang  digunakan  untuk  mengetahui  faktor- faktor  yang  mempengaruhi  penerapan  Manajemen  Mutu  Terpadu  pada  Galih
Bakery  adalah  dengan  menggunakan  Metode  Delphi  dan  Metode  Analisis  Hirarki Proses  AHP.  Metode  Delphi  digunakan  untuk  menentukan  faktor-faktor  yang
mempengaruhi   penerapan   Manajemen   Mutu   Terpadu   pada   Galih   Bakery. Sedangkan  Analisis  Hirarki  Proses  AHP,  digunakan  untuk  menganalisis  faktor-
faktor tersebut. Metode  Delphi  digunakan  u n t u k  m e m p e r o l e h  k ons ens u s  para  pa kar
berkenaan   den ga n   fakt or-fa kt or   ri sik o   proyek   yang   dipertimbangkan. Metode  ini  bertujuan  untuk  menentukan  sejumlah  alternatif  program,
mengeksplorasi  asumsi-asumsi  atau  fakta  yang  melandasi  “judgments”  tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu konsensus.
Biasanya  metode  ini  dimulai  dengan  melontarkan  suatu  masalah  yang bersifat   umum   untuk   diidentifikasi   menjadi   masalah   yang   lebih   spesifik.
Partisipan  dalam  metode  ini  biasanya  orang  yang  dianggap  ahli  dalam  disiplin ilmu tertentu.
Tahapan Metode Delphi yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1.   Menentukan  masalah  yang  akan  diidentifikasi.  Masalah  yang  akan
diidentifikasi   pada   penelitian   ini   yaitu   faktor-faktor   yang   mempengaruhi penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Galih Bakery.
32
2.   Menentukan   pakar   yang   akan   dijadikan   sebagai   partisipan.   Pakar   yang digunakan  yaitu  Suprapto,  MPS  Ketua  Sistem  Penerapan  Standar  BSN,
Chris  Hardijaya  Ketua  Umum  Asosiasi  Pengusaha  Bakery  Indonesia,  Heru Laksana  Pimpinan  Maison  Weiner  Cake  Shop,  Usman  Pimpinan  Galih
Bakery. 3.   Memperoleh  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  penerapan  Manajemen  Mutu
Terpadu pada Galih Bakery dari para partisipan. 4.   Membagi  faktor  yang  diperoleh  dari  satu  partisipan  ke  partisipan  lain  hingga
terjadi   kesepakatan   tentang   faktor-faktor   yang   mempengaruhi   penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Galih Bakery.
Tahap  selanjutnya  setelah  selesai  menggunakan  Metode  Delphi  adalah menganalisis   faktor-faktor   yang   mempengaruhi   penerapan   Manajemen   Mutu
Terpadu  pada  Galih  Bakery  dengan  menggunakan  Metode  AHP.  Pada  dasarnya Metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi atau masalah yang kompleks tidak
terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu  susunan  hirarki,  memberi  nilai  numerik  pada  pertimbangan  subyektif
tentang  relatif  pentingnya  setiap  variabel,  mensintesis  berbagai  pertimbangan  ini untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
AHP   digunakan   untuk   menganalisis  faktor-faktor   yang   mempengaruhi penerapan  Manajemen  Mutu  Terpadu  pada  Galih  Bakery.  Analisis  ini  dimulai
dengan   pengumpulan   data   dan   informasi   yang   digunakan   untuk   menyusun struktur   hirarki   yang   sesuai   dengan   permasalahan   yang   dihadapi   oleh   Galih
Bakery. Hasil perolehan data diproses dan dianalisis serta disajikan dalam bentuk
33
uraian  dan  tabel.  Metode  pemecahan  masalah  dalam  penelitian  dengan  metode AHP dapat dijelaskan pada langkah-langkah berikut Saaty, 1991: 102-103:
Tahap 1:  mendefinisikan  masalah  dan  menentukan  secara  spesifik  solusi  yang diinginkan.  Fokus  permasalahan  dalam  analisis  ini  adalah  identifikasi
permasalahan  mutu  roti  pada  Galih  Bakery.  Untuk  mengetahuinya dilakukan   wawancara   dengan   responden.   Setelah   fokus   analisis
ditentukan kemudian
menentukan komponen-komponen
pendukungnya. Tahap   2:   membuat   struktur   hirarki   dari   sudut   pandang   manajemen   secara
menyeluruh.  Setelah  komponen  dari  fokus  analisis  diketahui, kemudian  dilakukan  pembuatan  struktur  hirarki.  Pembuatan  hirarki
bertujuan  untuk  mengetahui  tingkatan-tingkatan  analisis.  Pada  fokus identifikasi  permasalahan  tersusun  beberapa  tingkatan,  seperti  tingkat
2  dua,  adalah  faktor  masalah,  tingkat  3  tiga  subfaktor  masalah, tingkat   4   empat   faktor   penyebab,   tingkat   5   lima   subfaktor
penyebab, dan tingkat 6 enam pelaku. Tidak ada aturan khusus dalam menyusun   struktur   hirarki   suatu   sistem,   jumlah   tingkatan   struktur
keputusan   yang   terstratifikasi   dan   variabel   pada   setiap    tingkat keputusan.  Struktur  hirarki  pada  penelitian  ini  terdiri  dari  4  empat
tingkatan  hirarki.  Tingkat  1  satu  adalah  tujuan  dari  penelitian  ini yaitu  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  penerapan  Manajemen  Mutu
Terpadu  pada  Galih  Bakery.  Tingkat  2  dua  yaitu  faktor  masalah, tingkat  3  tiga  pelaku,  dan  yang  terakhir  adalah  tingkat  4  empat
34
yaitu penyebab. Tingkatan hirarki pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
G
Tingkat 1: Fokus
F
1
F
2
F
3
… F
n
Tingkat 2: Faktor masalah
SC
1
SC
2
SC
3
… SC
n
Tingkat 3: Pelaku
A
1
A
2
A
3
… A
n
Tingkat 4: Penyebab
Gambar 3. Kerangka AHP Sederhana
Sumber: Saaty, 1991: 84
Tahap 3:  menyusun  matriks  banding  berpasangan.  Matriks  banding  berpasangan adalah   matriks   yang   memperbandingkan   bobot   unsur   dalam  suatu
hirarki   dengan   unsur-unsur   dalam   hirarki,   diantaranya   matriks   ini disusun  sesuai  dengan  tujuan  penelitian  dan  struktur  hirarki  analisis.
Matriks   ini   dimulai   dari   puncak   hirarki   untuk   fokus   identifikasi permasalahan
sebagai dasar  untuk
melakukan  perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait yang ada di bawahnya.
Tahap 4:  melakukan  perbandingan  berpasangan  antara  setiap  variabel  pada  baris ke-i  yang  berhubungan  dengan  fokus  G  atau  identifikasi  masalah.
Pengisian  nilai-nilai  dalam  matriks  banding  tersebut  digunakan  angka- angka tertentu, seperti pada Tabel 5.
35
Tabel 5. Skala Banding Secara Berpasangan
Intensitas kepentingan
Definisi Penjelasan
1 Pentingnya sama
Dua elemen mempunyai kontribusi yang sama besar pada
sifat itu 2
Lemah 3
Pentingnya moderat sedang
Pengalaman dan penilaian sedikit lebih memihak pada satu
elemen dibandingkan dengan pasangannya
4 Moderat plus
5 Pentingnya kuat
Pengalaman dan penilaian dengan kuat memihak pada satu
elemen dibandingkan dengan pasangannya
6 Kuat plus
7 Pentingnya sangat kuat
Satu elemen lebih disukai dengan sangat kuat
dibandingkan pasangannya; dominasinya terlihat dalam
praktek 8
Sangat, sangat kuat Kebalikan
dari  nilai- nilai di atas
Jika untuk aktivitas i mendapat suatu nilai di atas
dibandingkan dengan aktivitas j, maka j
mempunyai nilai kebalikan dibandingkan i
Asumsi yang beralasan
Rasional Rasio atau perbandingan,
timbul dari skala Jika konsistensi diupayakan
dengan cara mendapatkan nilai numerik untuk menjangkau
seluruh matriks
Sumber: Saaty 1991: 85-86
Tahap 5:  memasukkan   bilangan   satu   1   sepanjang   diagonal   utama   dalam matriks  banding  berpasangan  dari  kiri  ke  kanan  bawah.  Bagian  di
bawah  diagonal  tersebut  diisi  dengan  nilai-nilai  kebalikan  dari  nilai- nlai di atas diagonal.
36
Tahap  6:  melakukan  langkah  3,  4,  dan  5  kembali  untuk  semua  tingkat  dan gugusan  dalam  hirarki  tersebut.  Perbandingan  dilakukan  untuk  semua
variabel pada tingkat keputusan yang ada dalam hirarki. Ada 2 dua macam matriks pembanding yang digunakan dalam AHP, yaitu:
a.   Matriks   Pendapat   Individu   MPI.   Variabelnya   disimbolkan   dengan   Aij, artinya variabel matriks baris ke-i dan kolom ke-j
Tabel 6. Matriks Pendapat Individu G
A
1
A
2
A
3
... A
n
A
1
A
11
A
12
A
13
... A
1n
A
2
A
21
A
22
A
23
... A
2n
A
3
A
31
A
32
A
33
... A
3n
... ...
... ...
... ...
A
n
A
n1
A
n2
A
n3
... A
nn
Sumber: Saaty 1991: 87
b.   Matriks  Pendapat  Gabungan  MPG,  merupakan  matriks  yang  variabelnya berasal  dari  rata-rata  geometrik  pendapat  individu  yang  rasio  konsistensinya
lebih  kecil  atau  sama  dengan  10.  Variabel  pada  matriks  ini  disimbolkan sebagai Gij.
37
Tabel 7. Matriks Pendapat Gabungan G
G
1
G
2
G
3
... G
n
G
1
G
11
G
12
G
13
... G
1n
G
2
G
21
G
22
G
23
... G
2n
G
3
G
31
G
32
G
33
... G
3n
... ...
... ...
... ...
G
n
G
n1
G
n2
G
n3
... G
nn
Sumber: Saaty 1991: 88
Rumus matematis untuk rata-rata geometrik adalah:
Gij =
Keterangan:
m m
Π aijk
k =1
Gij = variabel MPG baris ke-i kolom ke-j aij   = variabel baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-i
k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat
m = jumlah MPI yang memenuhi syarat.
Tahap 7:  mensintesis  prioritas  untuk  pembobotan  vektor-vektor  prioritas. menggunakan   komposisi   secara   hirarki.   Untuk   membobot   vektor-
vektor   prioritas   dengan   bobot   kriteria-kriteria   dan   menjumlahkan semua  nilai  prioritas terbobot  yang  bersangkutan  dengan  nilai  prioritas
dari  tingkat  bawah  berikutnya,  demikian  seterusnya.  Ada  dua  tahap yang harus dilakukan dalam mengelola MPI dan MPG tersebut, yaitu:
38
1.   pengolahan  horizontal,  meliputi  penentuan  vektor  prioritas vektor eigen, uji konsistensi dan revisi pendapat bila dibutuhkan
2.   pengolahan vertikal, meliputi penyusunan prioritas pengaruh setiap variabel  pada  tingkat  hirarki  keputusan  tertentu  terhadap  sasaran
utama atau  fokus Tahap  8:  mengevaluasi  konsistensi  untuk  seluruh  hirarki  dengan  mengalikan
setiap   indeks    konsistensi    dengan    prioritas   utama   kriteria   yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan
pernyataan  sejenis  yang  menggunakan  indeks  inkonsistensi  acak  yang sesuai   dengan   dimensi   masing-masing   matriks.   Dengan   cara   yang
sama  pada  setiap  indeks  inkonsistensi  acak  juga  dibobot  berdasarkan prioritas  kriteria  yang  bersangkutan  dan  hasilnya  dijumlahkan.  Untuk
memperoleh  hasil  yang  baik,  rasio  inkonsistensi  hirarki  harus  bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen.
39
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN