bergerak  dalam  industri  roti  seperti  Galih  Bakery.  Faktor-Faktor  yang mempengaruhi   tersebut   dikelompokkan   menjadi   3   tiga   yaitu   berdasarkan
masalah, pelaku, dan penyebab. Faktor-faktor   tersebut    diperoleh    melalui    wawancara    maupun    dengan
mengirimkan form isian  langsung  dengan  pimpinan  Galih Bakery  dan  para  pakar. Wawancara  langsung  dilakukan  dengan  Usman  Pimpinan  Galih  Bakery,  Chris
Hardijaya  Ketua  Umum  Asosiasi  Pengusaha  Bakery  Indonesia  APEBI,  dan Heru  Laksana  Pimpinan  Maison  Weiner  Cake  Shop,  sedangkan  form  isian
diberikan  kepada  Suprapto  MPS  Ketua  Sistem  Penerapan  Standar  BSN.  Form isian diberikan karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh Suprapto.
Faktor-faktor  yang  telah  diperoleh  bersifat  umum  maupun  khusus  yang kemudian   dikelompokkan   oleh   peneliti.   Faktor-faktor   yang   mempengaruhi
penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Galih Bakery tersaji pada Lampiran 2. Setelah   dikelompokkan,   peneliti   membagikan   pengelompokkan   faktor-faktor
tersebut   kepada   para   pakar   hingga   tersusun   kerangka   AHP   yang   lengkap. Kerangka  AHP  tersebut  mengelompokkan  faktor-faktor  yang  diperoleh  dari  para
pakar  menjadi  3  tiga  kelompok,  yaitu  masalah,  pelaku,  dan  penyebab.  Secara ringkas kerangka AHP  tersaji pada Lampiran 3.
5.2.1.   Faktor Masalah
Terdapat  5  lima  masalah  dalam  penerapan  Manajemen  Mutu  Terpadu pada Galih Bakery. Kelima faktor masalah tersebut adalah:
68
1.   Sarana dan Prasarana Teknologi  merupakan  penjelmaan  secara  fisik  dari  pengetahuan.  Oleh
karena  itu,   di   dalam  lingkungan   kompetitif,   dimana   pengetahuan   menduduki peranan  vital,  teknologi  yang  dirancang  dengan  baik  guna  memperluas
kemampuan  manusia  dapat  meningkatkan  daya  saing  organisasi  Tjiptono  dan Diana, 2001: 72.
Galih  Bakery  mulai  melengkapi  sarana dan  prasarana  yang  dimiliki  secara bertahap   semenjak   perusahaan   ini   didirikan.   Dimulai   dengan   mesin   pemipih
adonan  roti  manis  yang  merupakan  mesin  pertama  yang  dimiliki  oleh  Galih Bakery,  kemudian  dilanjutkan  dengan  mesin  pencampur  adonan  mixer  ukuran
kecil   dan   yang   paling   terbaru   adalah   mesin   pemanggang   roti   oven   yang berbahan  bakar  gas.  Walaupun  demikian,  sarana  dan  prasarana  yang  dimiliki
Galih  Bakery  tergolong  masih  belum  memadai.  Salah  satu  contohnya  adalah timbangan  yang  digunakan  masih  timbangan  manual  belum  elektrik,  padahal
takaran resep sangat mempengaruhi kualitas roti yang akan dihasilkan. 2.   Evaluasi dan Monitoring
Evaluasi  dan  monitoring  mendukung  dalam  menjaga  konsistensi  kualitas produk  yang  dihasilkan.  Produk  yang  baik  salah  satunya  dihasilkan  dari  proses
evaluasi  dan  monitoring  yang  baik  pula.  Oleh  karena  itu,  diperlukan  koordinasi antara  pimpinan  dengan  karyawan  untuk  mencegah  terjadinya  kesalahan  operasi
yang dapat menyebabkan kerusakan atas produk yang dihasilkan.
69
Evaluasi  yang  dilakukan  oleh  Galih  Bakery  masih  menerapkan  sistem reaktif  yaitu  evaluasi  hanya  dilakukan  apabila  roti  yang  dihasilkan  mengalami
kerusakan  atau  tidak  sesuai  dengan  harapan  konsumen.  Misalnya  saat  konsumen memberikan kritikan karena roti tawar pandan yang dijual tidak beraroma pandan,
maka  Galih  Bakery  mengevaluasi  proses  produksi  yang  ternyata  bersumber  dari pasta  pandan  yang  digunakan.  Akhirnya  Galih  Bakery  segera mengganti  pemasok
pasta  pandan  tersebut  karena  tidak  adanya  respon  positif  dari  pemasok  untuk memperbaiki kualitas pasta pandannya.
Sistem   manajemen   kualitas   berlandaskan   pada   pencegahan   kesalahan sehingga  bersifat  proaktif,  bukan  pada  deteksi  kesalahan  yang  bersifat  reaktif.
Patut diakui pula banyak sistem manajemen kualitas tidak akan efektif 100 persen pada  pencegahan  semata,  sehingga  manajemen  kualitas  juga  harus  berlandaskan
pada tindakan korektif terhadap masalah yang ditemukan Gaspersz, 2002: 10-11. 3.   Manajemen Produksi
Manajemen  produksi  Galih  Bakery  belum  teritegrasi  dengan  proses  lain. Manajemen   produksi   Galih   Bakery   dimulai   dengan   merencanakan   jumlah
penggunaan  bahan  baku  yang  disesuaikan  dengan  pesanan  pedagang,  pembagian tugas  masing-masing  personil,  dan  diakhiri  dengan  proses  pembuatan  roti.  Galih
Bakery  hanya  menganggap  kualitas  hanya  berasal  dari  proses  produksi  yang  baik tanpa  pengaruh  dari  aspek-aspek  lain,  seperti  konsumen  dan  supplier.  Padahal
konsumen  dan  supplier  memegang  peranan  penting  dan  merupakan  bagian  dari sistem yang sangat mempengaruhi kualitas roti yang mereka hasilkan.
70
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hessel dalam Nasution 2005, 366-367, bahwa  salah  satu  faktor  yang  menjadi  penghambat  penerapan  Manajemen  Mutu
Terpadu  adalah  implementasi  Manajemen  Mutu  Terpadu  masih  bersifat  parsial yang  berorientasi  hanya  pada  little  quality,  yaitu  hanya  di  bidang  produksi  saja.
Hal  ini  menunjukkan  implementasi  Manajemen  Mutu  Terpadu  baru  terbatas  pada bagian   produksi   saja   dan   tidak   keseluruhan   sistem   organisasi   yang   ada.
Manajemen  Mutu  Terpadu  harus  diintegrasikan  ke  dalam  strategi  yang  lebih dalam.  Organisasi  bersifat  lintas  fungsional,  melibatkan  seluruh  karyawan,  serta
pelanggan dan pemasok yang berorientasi pada big quality secara total Nasution, 2005: 367.
4.   Manajemen Pemasaran Bagi  pemasaran produk  barang,  manajemen  pemasaran  akan  dipecah  atas
4  empat  kebijakan  pemasaran  yang  lazim  disebut  sebagai  bauran  pemasaran marketing-mix  Umar,  2005:  70.  Bauran  pemasaran  adalah  seperangkat  alat
pemasaran  yang  digunakan  untuk  tujuan  pemasarannya.  Mc  Carthy  dalam  Kotler dan  Keller  2007:  23  mengklasifikasikan  alat-alat  ini  menjadi  empat  kelompok
besar,  yang  disebut  empat  P  tentang  pemasaran:  produk  product,  harga  price, distribusi place dan promosi promotion.
Pengembangan   sebuah   produk   mengharuskan   perusahaan   menetapkan manfaat-manfaat  apa  yang  akan  diberikan  oleh  produk  itu.  Manfaat-manfaat  ini
dikomunikasikan  dan  hendaknya  dipenuhi  oleh  atribut  produk,  salah  satunya mutu.  Mutu  pada  umumnya  telah  didefinisikan  sebagai  kecocokan  penggunaan.
71
Ini  berarti  bahwa  produk  atau  jasa  harus  memenuhi  kebutuhan  pelanggan.  Oleh karena  itu,  sebelum  menciptakan  produk,  perusahaan  harus  mengetahui  terlebih
dahulu siapa konsumennya. Hal ini dilakukan agar mutu produk, harga, distribusi, dan promosi dapat disesuaikan dengan konsumennya.
Galih  Bakery  tidak  menetapkan  secara  jelas  pasar  bagi  produk  rotinya. Penentuan pasar dilakukan oleh  pedagang tanpa  adanya  campur  tangan  dari  Galih
Bakery.  Sehingga  Galih  Bakery  belum  dapat  mengetahui  apakah  mutu  yang  telah dihasilkan  sesuai  dengan  keinginan  pelanggan  atau  tidak  dan  apakah  harga  yang
ditetapkan oleh Galih Bakery sesuai dengan mutu yang diberikan atau tidak. 5.   Lingkungan Usaha
Persaingan antar perusahaan roti di Ciledug sangat ketat karena banyaknya perusahaan  yang  bermain  dalam  bidang  yang  sama.  Kondisi  ini  menyebabkan
Galih   sulit   untuk   mengembangkan   kualitas   rotinya.   Apabila   Galih   Bakery meningkatkan  kualitas  rotinya,  tentu  saja  hal  tersebut  akan  mempengaruhi  pada
kenaikan  harga  jual  yang  akan  ditetapkan.  Galih  Bakery  tidak  bisa  begitu  saja menaikan harga jual, hal itu terlalu bersiko karena Galih Bakery dapat kehilangan
konsumennya  mengingat  banyaknya  pesaing  lain  yang  membuat  konsumen  tidak terikat dengan 1 satu perusahaan roti saja.
5.2.2.   Faktor Pelaku