hasil yang menggembirakan. Hal ini menyebabkan tidak adanya tujuan yang sama antara pimpinan dengan karyawannya.
Pimpinan   menginginkan   roti   yang   dihasilkan   sesuai   dengan   harapan pimpinan,   seperti   empuk,   aroma   yang   wangi,   rasa   yang   enak,   dan   dengan
penampilan  yang  menarik.  Sedangkan  tujuan  karyawan  hanya  sebatas memproduksi roti tanpa mempertimbangkan harapan-harapan dari pimpinannya.
Belum  optimalnya  jalinan  kerjasama  dan  kesatuan  tim  pada  Galih  Bakery menjadi  salah  satu  masalah  yang  menyebabkan  terhambatnya  penerapan
Manajemen   Mutu   Terpadu,   karena   masalah   ini   mengakibatkan   unsur-unsur Manajemen  Mutu  Terpadu  seperti  obsesi  terhadap  kualitas, fokus  pada  pelanggan
maupun  komitmen  jangka  panjang  tidak  dapat  berjalan  optimal.  Karena  dalam organisasi  yang  menerapkan  Manajemen  Mutu  Terpadu,  kerjasama  baik  dengan
pelanggan,   pemasok,   dan   antar   personil   dalam   perusahaan   akan   membantu perusahaan  tersebut  untuk  dapat  menghasilkan  produk  dan  jasa  yang  berkualitas
dan sesuai dengan keinginan pelanggan.
5.1.2.6.   Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Galih  Bakery  selalu  memperbaiki  sistem  mutunya  pemasok,  produksi, dan   pelanggan   agar   kualitas   roti   yang   dihasilkan   sesuai   dengan   harapan
perusahaan  walaupun  hanya  dengan  kegiatan  rutin  saja.  Perbaikan  yang  telah dilakukan  oleh  Galih  Bakery  antara  lain  secara  bertahap  melengkapi  produksinya
dengan  mesin-mesin  yang  memadai,  mengganti  pemasok  pasta  karena  kualitas pastanya  tidak  sesuai  dengan  yang  diharapkan,  memberikan  pelatihan  dalam  hal
64
variasi  bentuk  roti  kepada,  penggunaan  pembungkus  plastik  untuk  semua  roti yang  dihasilkan  yang  semula  hanya  untuk  roti  tawar,  mengganti  staples  dengan
isolasi untuk merekatkan pembungkus roti, dan mengganti bahan bakar oven yang semula  menggunakan  minyak  tanah  dan  solar  dengan  gas  agar  kualitas  roti  yang
dihasilkan sesuai dengan harapan perusahaan. Belum   berkesinambungannya   perbaikan   sistem   yang   dilakukan   Galih
Bakery terjadi karena Galih Bakery belum melakukan pendokumentasian terhadap segala  aktivitas  yang  telah  dilakukan  pendekatan  ilmiah,  sehingga  sulit  bagi
Galih   Bakery   untuk   mendesain   pekerjaan   dan   dalam   proses   pengambilan keputusan   dan   pemecahan   masalah   yang   berkaitan   dengan   pekerjaan   yang
didesain tersebut.
5.1.2.7.   Pendidikan dan Pelatihan
Sebagian  besar  karyawan  Galih  Bakery  memiliki  latar  belakang pendidikan  setingkat  Sekolah  Dasar  SD.  Latar  belakang  pendidikan  tersebut
menyebabkan  Galih  Bakery  kesulitan  untuk  merubah  pola  pikir  karyawan  dalam membuat  roti.  Mereka  hanya  berpikir  proses  pembuatan  roti  hanya  proses  yang
diawali   dengan   mencampur   bahan-bahan   menjadi   adonan,   mencetaknya,   dan diakhiri  dengan  proses  pemanggangan,  tanpa  memikirkan  apakah  kualitas  roti
yang mereka hasilkan sesuai dengan harapan pelanggan atau tidak. Walaupun demikian Galih Bakery tetap berusaha untuk merubah pola pikir
tersebut.   Salah   satunya,   Galih   Bakery   pernah   mengadakan   pelatihan   yang bertujuan  untuk  mempercantik  tampilan  roti  yang  mereka  hasilkan  dengan  cara
65
menyewa  baker  dari  Holland Bakery, tetapi  pelatihan  itu tidak  berlangsung  lama karena   roti   yang   dihasilkan   tidak   disukai   pedagang.   Pedagang   khawatir   roti
tersebut  tidak  disukai  konsumen.  Sehingga  selama  ini  pelatihan  yang  dilakukan hanya  bersifat  informal,  yaitu  pelatihan  yang  diberikan  oleh  karyawan  senior
kepada karyawan junior. Kurangnya  pengetahuan  dan  pelatihan  yang  dimiliki  oleh  karyawan  Galih
Bakery  menyebabkan  keahlian  karyawan  pun  menjadi  terbatas.  Hal  ini  berakibat penerapan  Manajemen  Mutu  Terpadu  pada  Galih  Bakery  belum  berjalan  optimal.
Karena  organisasi  atau  perusahaan  memang  sangat  membutuhkan  karyawan  yang ahli  sebagai  organisasi  dimana  kualitas  produk  atau  jasa  yang  ditawarkan  sangat
dipengaruhi keahlian karyawan.
5.1.2.8.   Kebebasan  yang  Terkendali  dan  Adanya  Keterlibatan  Serta Pemberdayaan Karyawan