dari   konsumen   seperti   mengganti   staples   dengan   isolasi   untuk   merapatkan kemasan,   pergantian   pemasok   untuk   pasta  makanan   karena  aroma   roti   yang
dihasilkan  tidak  wangi,  dan  mengganti  bahan  bakar  oven  yang  pada  awalnya menggunakan   minyak   tanah   dan   solar   diganti   menjadi   gas.   Hal   tersebut
dimaksudkan  untuk mengurangi jumlah roti yang hangus. Galih   Bakery   juga   mengevaluasi   komposisi   bahan   baku   roti   yang
digunakan.  Evaluasi  tersebut  dilakukan  dengan  cara  melakukan  perbandingan dengan  roti  lain.  Selain  itu,  Galih  Bakery  melengkapi  usahanya  dengan  surat  izin
usaha   dari   pemerintah   daerah   setempat   dengan   nomor   005510-04PKI1995 untuk melegalkan usahanya.
Sama  seperti  obsesi  terhadap  kualitas,  komitmen  jangka  panjang  pada Galih  Bakery  juga  hanya  dipegang  oleh  pimpinan  Galih  Bakery.  Hal  inilah  yang
menjadi  hambatan  Galih  Bakery  dalam  penerapan  Manajemen  Mutu  Terpadu. Karena, dalam organisasi yang menerapkan Manajemen Mutu Terpadu, komitmen
jangka  panjang  ini  harus  dimiliki  oleh  pimpinan  dan  disebarluaskan  kepada  para karyawannya  guna  mengadakan  perubahan  budaya  agar  penerapan  Manajemen
Mutu Terpadu dapat berjalan sukses.
5.1.2.5.   Kerjasama dan Kesatuan Tim
Kualitas  roti  yang  dihasilkan  Galih  Bakery  tidak  terlepas  dari  kerjasama semua   pihak   baik   pemasok,   konsumen,   maupun   kerjasama   antar   karyawan
perusahaan  itu  sendiri.  Galih  Bakery  telah  melakukan  kerjasama  walaupun  hanya dengan pemasok pasta makanan yaitu CV. Lautan Aroma.
62
CV.  Lautan  Aroma  mengirimkan  pasta  pandan  dan  moka.  Sedangkan untuk  bahan  baku  utama  seperti  tepung  terigu,  margarin,  telur,  dan  garam,  Galih
Bakery  tidak  melakukan  kerjasama  dengan  pemasok,  selain  karena  Galih  Bakery tidak   mempunyai   gudang   penyimpanan   sehingga   Galih   Bakery   tidak   bisa
membeli  bahan  baku  dalam  jumlah  banyak,  juga  karena  bahan  baku  tersebut mudah didapat di pasaran.
Sama  halnya  kerjasama  yang  dilakukan  Galih  Bakery  dengan  pemasok, kerjasama  Galih  Bakery  dengan  konsumennya  telah  terjalin  walaupun  belum
optimal.  Kerjasama  tersebut  belum  optimal  karena  hanya  bersifat  sementara  atau tidak rutin. Kerjasama yang dilakukan berupa pemberian kritik maupun saran dari
konsumen  terhadap  roti  yang  Galih  Bakery  produksi.  Biasanya  kritik  dan  saran tersebut  disampaikan  ke  pedagang  yang  kemudian  ditindaklanjuti  oleh  karyawan
produksi. Saran  dan  kritik  juga  terkadang  disampaikan  langsung  ke  pemilik  Galih Bakery.
Begitu  pula  kerjasama  antar  karyawan  Galih  Bakery.  Kerjasama  antar karyawan  pun  terjalin  dengan  baik,  walaupun  tidak  ada  pembagian  tugas  secara
tertulis,  tetapi  masing-masing  personil  telah  mengetahui  tugas  masing-masing, sehingga   kegiatan   produksi   dapat   berjalan   dengan   baik   dan   pesanan   para
pedagang pun dapat terpenuhi. Berbeda   dengan   kerjasama,   kesatuan   tim   belum   ada   antara   pimpinan
dengan   karyawannya.   Walaupun   pimpinan   telah   berusaha   untuk   menyatukan tujuan   dengan   cara   mensosialisasikan   pentingnya   kualitas   untuk   eksistensi
perusahaan.  Tetap  saja,  upaya  yang  telah  dilakukan  tersebut  tidak  membuahkan
63
hasil yang menggembirakan. Hal ini menyebabkan tidak adanya tujuan yang sama antara pimpinan dengan karyawannya.
Pimpinan   menginginkan   roti   yang   dihasilkan   sesuai   dengan   harapan pimpinan,   seperti   empuk,   aroma   yang   wangi,   rasa   yang   enak,   dan   dengan
penampilan  yang  menarik.  Sedangkan  tujuan  karyawan  hanya  sebatas memproduksi roti tanpa mempertimbangkan harapan-harapan dari pimpinannya.
Belum  optimalnya  jalinan  kerjasama  dan  kesatuan  tim  pada  Galih  Bakery menjadi  salah  satu  masalah  yang  menyebabkan  terhambatnya  penerapan
Manajemen   Mutu   Terpadu,   karena   masalah   ini   mengakibatkan   unsur-unsur Manajemen  Mutu  Terpadu  seperti  obsesi  terhadap  kualitas, fokus  pada  pelanggan
maupun  komitmen  jangka  panjang  tidak  dapat  berjalan  optimal.  Karena  dalam organisasi  yang  menerapkan  Manajemen  Mutu  Terpadu,  kerjasama  baik  dengan
pelanggan,   pemasok,   dan   antar   personil   dalam   perusahaan   akan   membantu perusahaan  tersebut  untuk  dapat  menghasilkan  produk  dan  jasa  yang  berkualitas
dan sesuai dengan keinginan pelanggan.
5.1.2.6.   Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan