keahlian dan profesi yang bersangkutan. c.
Syarat organisasi pencipta yang dapat mengirimkan wakilnya dalam Dewan Hak Cipta, jumlah wakil dan syaratnya, ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. d.
Penetapan anggota ahli atau wakil profesi dalam bidang hak cipta dan tambahan keanggotaan diputuskan oleh pemerintah bersama-sama dengan
anggota yang mewakili anggotanya. Pada Pasal 40 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 dalam ketentuannya berbunyi:
a. Ketua, wakil ketua, sekertaris, wakil sekertaris dan anggota Dewan Hak
Cipta lainya diangkat dan diberentikan oleh presiden atas usul Menteri Kehakiman.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan, tata kerja,
pembiayaan dan tatacara penggantian lowongan dalam Dewan Hak Cipta ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
c. Biaya untuk Dewan Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
dibebankan kepada Anggaran Belanja Departement Kehakiman.
38
BAB III GAMBARAN UMUM MAHKAMAH AGUNG
A. Sejarah
Sejarah berdirinya Mahkamah Agung RI tidak dapat dilepaskan dari masa penjajahan atau sejarah penjajahan di bumi Indonesia ini.
1
Hal mana terbukti dengan adanya kurun-kurun waktu, dimana bumi Indonesia sebagian waktunya
dijajah oleh Belanda dan sebagian lagi oleh Pemerintah Inggris dan terakhir oleh Pemerintah Jepang. Oleh karenanya perkembangan peradilan di Indonesia pun
tidak luput dari pengaruh kurun waktu tersebut.
1. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda
Pada tahun 1807 Mr. Herman Willem Deandels diangkat menjadi Gubernur Jenderal oleh Lodewijk Napoleon untuk mempertahankan
jajahan-jajahan Belanda di Indonesia terhadap serangan-serangan pihak Inggris. Deandels banyak sekali mengadakan perubahan-perubahan di
lapangan peradilan terhadap apa yang diciptakan oleh Kompeni, diantaranya pada tahun 1798 telah merubah Raad van Justitie menjadi Hooge Raad.
Kemudian tahun 1804 Betaafse Republiek telah menetapkan suatu Charter atau Regeringsreglement buat daerah-daerah jajahan di Asia. Dalam Pasal 86
Charter tersebut, yang merupakan perubahan-perubahan nyata dari jaman Pemerintahan Daendels terhadap peradilan di bumi Indonesia, ditentukan
sebagai berikut :
1
Zamroni, 2009. Sejarah Mahkamah Agung: Online, httpwww.zamroni.com40-sejarah- Mahkamah-Agung.html, diakses tanggal 13 Mei 2013.
“Susunan pengadilan untuk bangsa Bumiputera akan tetap tinggal menurut hukum serta adat mereka. Pemerintah Hindia Belanda akan menjaga dengan
alat-alat yang seharusnya, supaya dalam daerah-daerah yang langsung ada dibawah kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda sedapat-dapatnya
dibersihkan segala kecurangan-kecurangan, yang masuk dengan tidak diketahui, yang bertentangan dengan tidak diketahui, yang bertentangan
degan hukum serta adat anak negeri, lagi pula supaya diusahakan agar terdapat keadilan dengan jalan yang cepat dan baik, dengan menambah
jumlah pengadilan-pengadilan negeri ataupun dengan mangadakan pengadilan-pengadilan pembantu, begitu pula mengadakan pembersihan dan
pengenyahan segala pengaruh-pengaruh buruk dari kekuasaan politik apapun
juga”;
Charter tersebut tidak pernah berlaku, oleh karena Betaafse Republiek segera diganti oleh Pemerintah Kerajaan , akan tetapi ketentuan didalam
“Charter” tidak sedikit mempengaruhi Deandels di dalam menjalankan tugasnya.
2. Masa Pemerintahan Inggris
Sir Thomas Stamford Raffles, yang pada tahun 19811 diangkat menjadi Letnan Gubernur untuk pulau Jawa dan wilayah di bawahnya,
mengadakan perubahan-perubahan antara lain : Di kota-kota Batavia, Semarang dan Surabaya dimana dulu ada Raad
van Justitie, didirikan Court Of Justitice, yang mengadili perkara sipil maupun